TintaSiyasi.com -- Konsultan dan Trainer Keluarga Sakinah Ustazah Ir. Dedeh Wahidah Achmad menyatakan bahwa penerapan kapitalisme sekularisme dalam kehidupan mengakibatkan nestapa bagi para wanita dan keluarga. “Adanya penerapan sistem kapitalisme sekularisme dalam kehidupan mengakibatkan nestapa bagi para wanita dan keluarga,” tuturnya kepada TintaSiyasi, Selasa (22/02/2022).
“Banyak wanita yang menjadi komoditas seksual dan benda yang dinikmati semata. Tidak diperhatikan kemanusiaannya, tetapi lebih pada feminitasnya. Sehingga, muncullah berbagai pelanggaran dan kejahatan, seperti zina, pelacuran, aborsi, perselingkuhan, dan homoseksual,” bebernya.
Akibatnya, banyak timbul penyakit mental dan fisik pada perempuan, rusaknya hubungan keluarga, dan terjadi disintegrasi keluarga. Yang paling mengkhawatirkan adalah ancaman masa depan generasi dan umat.
“Mengapa terjadi nestapa itu? Semuanya disebabkan penerapan sistem kehidupan kapitalisme sekalerisme yang tidak berpegang pada ajaran agama. Akhirnya, mereka menghalalkan segala hal selama menguntungkan,” ujarnya.
Ia menambahkan, dalam kehidupan sosial adanya pandangan dan tuntutan persamaan laki-laki dan perempuan, pandangan hubungan seksual sebagai motivasi hidup, dan adanya pergaulan yangg serba bebas (liberal).
“Ditambah lagi, ide moderasi beragama dan feminisme yang meracuni pemikiran perempuan. Moderasi Islam ala Barat menghendaki karakter Muslimah harus moderat, yaitu mendukung demokrasi, mengakui HAM (termasuk kesetaraan gender dan kebebasan beragama), menghormati sumber hukum nonagama, dan menentang terorisme dan kekerasan (menurut tafsiran Barat),” ungkapnya.
Ustazah Dedeh menambahkan, kaum feminis pun tidak tinggal diam. Mereka menggugat dan mengobok-obok syariat seputar perempuan, seperti pembagian waris, pakaian, poligami, sunat perempuan, kepemimpinan laki-laki atas perempuan, serta peran perempuan sebagai ibu rumah tangga.
Islam
Ustazah Dedeh menyatakan bahwa aqidah Islam menanamkan keyakinan bahwa hidup semata untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Taala, yang termaktub di dalam Al-Qur’an surah Adz-Dzariyat ayat 56, وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ.
“Supaya bernilai ibadah, maka hidup harus terikat dengan syariat yang mengatur semua aspek kehidupan (kaffah). Dalilnya terdapat di dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 208,” kutipnya.
Ia menegaskan, solusi Islam hanya bisa terwujud ketika Islam diterapkan oleh negara, yaitu terdapat di dalam Al-Qur’an surah An-Nisaa ayat 65 dan As-Sunnah, عنْ أَبِي هُرَيْرَةَ , عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , قَالَ : " إِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ ، فَإِنْ أَمَرَ بِتَقْوَى اللَّهِ وَعَدَلَ , فَإِنَّ لَهُ بِذَلِكَ أَجْرًا ، وَإِنْ أَتَى بِغَيْرِهِ فَعَلَيْهِ إِثْمُهُ.
“Maka, penerapan Islam kaffah adalah solusi untuk menyelamatkan wanita dan keluarga dari nestapa kehidupan. Sesungguhnya, negara adalah perisai hakiki bagi anak, perempuan, dan keluarga,” pungkasnya.[] Reni Tri Yuli Setiawati
0 Comments