TintaSiyasi.com -- Sebuah penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Universitas Gadjah Mada bekerja sama dengan University of Queensland di Australia dan Johns Hopkins Bloomberg School of Publilc Health di Amerika Serikat (AS), menemukan bahwa 1 dari 20 remaja di Indonesia terdiagnosa memiliki gangguan mental. Hal ini mengacu pada Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-V) keluaran American Psychological Assiciation (APA). Ini berarti, sekitar 2,45 juta remaja di seluruh Indonesia masuk dalam kelompok orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Penelitian ini termuat dalam makalah berjudul Indonesia-National Adolecent Mental Health Survey (I-NAMHS) yang bakal terbit pada 20 Oktober pekan depan.(KumparanSains, 14/10/22).
Data bicara, gangguan kesehatan jiwa di Indonesia naik dalam 30 tahun terakhir, perempuan dan usia produktif lebih tinggi. Menurut Ilham Akhsanu Ridho, dosen dan peneliti Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, perempuan di Indonesia rentan mengalami gangguan kesehatan mental karena mengalami beban ganda dalam keluarga dan tempat kerja. Selain dituntut oleh sistem sosial untuk mengurus pekerjaan di rana domestik, perempuan juga dituntut bekerja untuk meningkatkan pendapatan keluarga, apalagi di kalangan kelompok miskin. Di sektor domestik, kerentanan sosial muncul saat perempuan mengurus rumah tangga, anak, perceraian (jika terjadi), konflik dengan pasangan, kekerasan dalam rumah tangga. ‘’Akar-akarnya bisa dilacak pada budaya patriarki,’’ kata dia. Secara umum, analisis lain juga menyatakan semakin tinggi beban pekerjaan rumah tangga, semakin tinggi juga kemungkinan perempuan mengalami stress.(theconversation.com, 11/10/22)
Kapitalisme adalah sumber utama gangguan mental di tengah masyarakat
Banyaknya fenomena atau fakta yang terjadi di tengah kehidupan masyarakat utamanya pada kaum ibu dan pemuda yaitu kasus bunuh diri, mental breakdown dan istilah lainnya membuktikan bahwa pada sistem sekarang kesehatan mental itu masih menjadi tugas besar untuk kita semua bukan hanya pada rana individu, keluarga, masyarakat namun juga untuk Negara yang harus turut andil dalam menyelesaikn fenomena tersebut.
Kesehatan mental itu, sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Kesehatan mental akan mendukung fisik yang prima, sedangkan kesehatan fisik dapat menunjang kewarasan mental. Keduanya saling berkaitan. Pentingnya menjaga kesehatan mental karena masih dianggap tabu di masyarakat dan masih diterapkan budaya individualistik atau kurangnya rasa peduli, efeknya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental juga masih rendah, sehingga membuat masyarakat lebih mudah terjangkiti keputusasaan.
Fenomena ambruknya kesehatan mental masyarakat karena adanya faktor internal dan eskternal yang mempengaruhi yaitu kurangnya keimanan kepada Allah SWT dan sistem kehidupan yang diterapkan menjadi sumber utama karena banyaknya penderitaan dan beban kehidupan dan penghidupan yang serba sempit serta banyak kezaliman.
Hanya Keimanan dan Sistem Islam yang bisa menjaga kesehatan mental
Rasulullah Saw bersabda, bahwa ada dua nikmat yang manusia sering terlena, salah satunya adalah berkaitan dengan kesehatan. Padahal kesehatan adalah aset yang mahal dalam hidup kita karena ketika sakit maka ibadah yg dilakukan juga akan kurang maksimal begitu juga dengan aktivitas dunia lainnya. Satu hal lagi, terkadang kita hanya memperhatikan kesehatan fisik semata, padahal kesehatan mental juga merupakan bagian penting yang mestinya dijaga oleh setiap muslim. Karena keadaan yang buruk sering menyulitkan kita untuk beraktivitas dengan normal.
Keimanan atau aqidah yang kokoh dan kuat yang akan menjadikan seorang muslim senantiasa optimis dalam kehidupan, punya harapan besar, bersabar dalam menghadapi musibah dan rintangan, tidak mudah menyerah pada keadaan, serta tidak berputus asa. Terus berupaya dan berusaha keras ketika menghadapi berbagi rintangan, yakni bahwa Allah akan selalu bersamanya, menolongnya, serta memberikan jalan keluar terbaik ketika menghadapi masalah apapun. Dan hanya sistem islam yang dapat menjaga kewarasan mental umat dengan tetap menyejahterakan kehidupan dengan menjamin kebutuhan ekonomi, menjaga pergaulan dan adanya ikatan persaudaraan yang kuat.
Wallahu a’lam bissawab
Oleh: Nurhayati, S.Ak.
Aktivis Muslimah
0 Comments