Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Banjir Mengguyur Negeri, Diam Bukan Solusi


TintaSiyasi.com -- Akhir-akhir ini negara Indonesia mengalami berbagai benturan berupa bencana alam di berbagai wilayah, terlebih daerah DKI Jakarta. Yang mana, tidak lepas dari peristiwa bencana banjir. Tepat pada tanggal 06 Oktober, daerah Jakarta dan sekitarnya tengah terendam banjir yang kiranya sekitar dua hingga tiga hari tidak kunjung surut.

Tidak dipungkiri lagi apabila bencana alam tersebut dapat merenggut nyawa. Tercatat tiga pelajar menengah tewas dalam reruntuhan dinding sekolah. Bahkan, Gubernur DKI Jakarta pun turut serta melayati rumah duka korban tersebut. Terdapat pula 41 RT dan sekitar 17 ruas jalan di Jakarta Selatan terendam. Sehingga, terdapat sekitar 270 orang yang mengungsi.

Adanya banjir tersebut, lantaran tidak ada yang dapat menahan volume luapan air. Pasalnya, BMKG pun juga telah memprediksi curah hujan ekstrim yang terjadi tidak hanya di Jakarta. Namun, diseluruh wilayah Indonesia. Hanya saja, kadar curah hujannya yang berbeda. Selain itu, banjir tersebut dikarenakan meluapnya saluran air penghubung Pinang Kalijati yang berada dibelakang sekolah.

Bencana alam ini, juga mengguyur wilayah Aceh Utara hingga meluas. Di antaranya sekitar 18 ribu warga terpaksa mengungsi. Sekitar 500 lahan sawah terndam banjir. Bahkan, banjir terus melahap gedung-gedung tinggi, perkantoran, layanan kesehatan, dan Pendidikan. Banjir bandang di Aceh ini, disebabkan karena factor curah hujan yang tinggi dan kondisi tanggul-tanggul banyak yang jebol. Sehingga, tanggul kehilangan kemampuan menampung debit air yang terus meningkat.

Terutama bagi DKI Jakarta, seharusnya sudah diberi peringatan dini. Mantan Rektur UGM pun menegaskan, intensitas curah hujan hanya dapat memicu terjadinya banjir, namun, hal itu bukanlah factor utamanya.

Berdasarkan solusi yang pemerintah provinsi DKI Jakarta menyatakan, beberapa warga melalui PPSU kelurahan turut serta berkolaborasi dengan pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah untuk melakukan kegiatan kerja bakti pembersihan aliran-aliran air dan gorong-gorong bilamana terdapat sumbatan yang terjadi. Apalagi, intensitas curah hujan yang tinggi juga sangat berpengaruh besar terhadap infrastruktur yang terdapat di Jakarta hingga terjadinya luapan. 

Pemerintah Indonesia pun bergerak untuk memperbaiki sungai dengan cara dikeruk lebih dalam melebihi biasanya, diperluas, serta dihijaukan. Rehabilitasi seluruh drainase dengan memperbesar dimensi-dimensi saluran air sesuai lebar jalan. Seharusnya, pemerintah juga mengadakan penyuluhan kepada masyarakat terhadap waspada bancana, terutama banjir. Serta memberikan jalur evakuasi terbaik bagi masyarakat supaya dapat menepis korban jiwa. 

Sangat disayangkan bahwa kita hidup di era kapitalisme. Yang mana memberikan kebebasan dalam bertindak tiada aturan. Bencana saling berdatangan bahkan bergiliran dan memakan nyawa manusia. Namun, mereka hanya mencari keuntungan semata, tanpa pedulikan orang sekitarnya. Mereka membantu bukanlah atas dasar kebaikan, akan tetapi seberapa banyak keuntungan yang akan mereka dapatkan.

Berbeda halnya dengan Islam yang sangat menjunjung tinggi rasa solidaritas sesama manusia. Karena kita diikatkan dalam satu tali persaudaraan Islam. Dengan segala tatanan kehidupan dunia dan alam semesta telah diatur oleh Sang Maha Kuasa. Yang menurunkan syariat bagi seluruh umatnya. 

Ternyata masalah banjir sudah dibahas dalam Al-Qur'an. Di dalam Al-Qur'an diceritakan bahwa kaum 'Ad, negeri Saba dan kaumnya nabi Nuh pernah menjadi korban banjir. Dan juga terdapat kisah-kisah dari beberapa surat-surat di dalam Al-Qur'an, seperti pada surah Hud ayat 32-49. Jika dilihat dari sisi pandangan Islam, kebijakan khilafah dalam mengatasi banjir yaitu mencakup sebelum, ketika, dan pasca banjir.

Solusi khilafah dalam upaya mengatasi banjir adalah membangun bendungan-bendungan untuk menampung curahan air hujan dan curahan air sungai, memetakan daerah rawan banjir dan melarang penduduk membangun pemukiman di dekat daerah tersebut, pembangunan sungai buatan dan saluran drainase untuk mengurangi penumpukan volume air dan mengalihkan aliran air, membangun sumur-sumur resapan di daerah tertentu. 

Selain itu, khilafah juga menekankan beberapa hal penting lainnya seperti, pembentukan badan khusus untuk penanganan bencana alam, persiapan daerah-daerah tertentu untuk cagar alam, sosialisasi tentang pentingnya kebersihan lingkungan dan kewajiban memelihara lingkungan, dan kebijakan atau persyaratan tentang izin pembangunan bangunan.

Dengan itu, segala macam musibah yang menimpa kita, tiada rasa khawatir akan kehilangan segalanya. Karena kita selalu yakin dengan pertolongan Allah SWT, serta dapat menerima dengan lapang dada akan takdir Allah semata. Wallahu a’lam. []


Oleh: Diyanah Fadhillah
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments