Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Banjir Berulang, Bukti Tidak Serius dalam Penanganan


TintaSiyasi.com -- Memasuki musim hujan, banjir seolah menjadi bencana rutin dan tak pernah absen yang melanda beberapa wilayah di Indonesia. Seperti yang tejadi di Ibukota, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta, Isnawa Adji mengatakan bahwa jumlah titik yang terendam banjir bertambah menjadi 63 RT atau 0,223% dari 30.470 RT di wilayah DKI Jakarta. Bahkan genangan air mencapai tinggi 270 cm. (news.detik.com/10/10/2022) 
 
Banjir juga melanda wilayah Aceh Timur dan Aceh Utara, dilansir dari bnpb.go.id (09/10/2022) bahwa enam kecamatan di Aceh Timur yaitu Kecamatan Pante Bidari, Kecamatan Peunaron, Kecamatan Birem Bayeun, Kecamatan Indra Makmur, Kecamatan Nurussalam, dan Kecamatan Banda alam. Informasi sementara, tercatat 1.276 kk atau 4.764 jiwa terdampak. Lima kecamatan di Kabupaten Aceh utara juga masih terendam banjir, sebelumnya mencakup 15 kecamatan dan 151 gampong. 
 
Berdasarkan laporan, banjir disebabkan karena intensitas hujan yang masih tinggi ditambah kiriman air dari hulu di Kabupaten Bener Meriah. Tingginya curah hujan mengakibatkan Sungai Krueng Keuriti, Krueng Pirak, dan Krueng Pase tidak mampu menampung debit air yang cukup tinggi sehingga air meliputi permukiman penduduk.(bnpb.go.id/10/10/2022) 
 
Direktur Walhi Aceh, Muhammad Nur mengatakan bahwa banjir akibat meluapnya sejumlah sungai adalah bencana klasik yang seringkali terjadi di Kabupaten Aceh Utara. Masalah ini tidak pernah ditangani dengan serius. Ia juga mengatakan, Kabupaten Aceh Utara berada di bawah Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah. Dimana dua kawasan itu telah hilang tutupan kawasan hutan. Akibatnya banjir melanda wilayah Aceh Utara. 
 
Meluapnya sungai adalah akibat dari deforestasi hutan dengan pembalakan liar, pembukaan lahan besar-besaran yang dilakukan para kapital untuk eksploitasi sumber daya alam kerap dilakukan. Alhasil daerah resap air menurun drastis ditambah dengan struktur tanah berupa lumpur dan bebatuan, sehingga akan mudah terjadi banjir dan tanah longsor ketika musim hujan. Demi kepentingan segelintir orang membuat bencana banjir akan merugikan masyarakat, rumahnya terendam banjir dan mata pencaharian juga terganggu.  
 
Upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi banjir tidak menyentuh akar permasalahan. Sebagaimana yang dilakukan pemerintah Aceh yang menghimbau untuk melakukan penanaman kopi maupun palawija, termasuk kentang, padahal upaya ini malah membahayakan. Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Monalisa menyebutkan bahwa menanam palawija termasuk kentang di lereng gunung atau di daerah resapan air adalah kegiatan berbahaya karena kondisi tanah gembur akan mudah terbawa air jika hujan turun. Alih-alih menyelesaikan masalah justru memperparah keadaan.  
 
Tabiat rakus dalam memanfaatkan suatu kawasan menjadi bukti bobroknya sistem kapitalisme yang dijadikan sebagai asas kehidupan di mana hanya berorientasi pada materi semata tanpa melihat dampak pada sektor lainnya. Kapitalisme hanya melahirkan penguasa yang tidak serius mengurusi rakyatnya khususnya dalam mitigasi bencana, padahal upaya tersebut hanya bisa dilakukan oleh penguasa. 
 
Hal ini tidak akan terjadi jika menjadikan islam sebagai sudut pandang dalam membuat kebijakan. Islam yang berasal dari Allah adalah aturan terbaik yg penerapannya akan mendatangkan keberkahan. Dalam sistem yg menerapkan Islam kaffah, seorang pemimpin, yakni khalifah, adalah pengurus kebutuhan rakyatnya. Terkait pengelolaan lingkungan, khalifah akan mengeluarkan kebijakan dalam pengelolaan lahan sesuai dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) untuk meminimalisir kerusakan lingkungan dan eksploitasi secara berlebihan. Juga akan mengambil tindakan teknis secara akademis dan keahlian, seperti melibatkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang akan memetakan wilayah-wilayah potensi bencana 
 
Dalam buku berjudul Fikih Ekonomi Umar bin Khattab yang ditulis oleh Dr. Jaribah bin Ahmad Al-Haritsi, khalifah Umar bin Khattab mencontohkan pembangunan yang senantiasa memperhatikan pada kelestarian lingkungan. Karena lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan manusia, sebagaimana beliau pernah berkata, “Satu rumah di Rakbah lebih saya sukai daripada sepuluh rumah di Syam,” karena Rakbah daerah yang bersih dan sedikit penyakit sedangkan Syam seringkali terjadi wabah. Khalifah Umar juga tidak mengizinkan eksploitasi lingkungan karena kelak menjadi milik generasi yang akan datang.  
 
Lingkungan adalah investasi umat baik saat ini maupun yang akan datang, maka dalam pengolahannya butuh pengkajian yang mendalam dan sistematis agar tidak merugikan aspek lainnya. Oleh karenanya tidak ada jalan lain untuk mengatasi banjir kecuali dengan menerapkan islam secara kaffah. Wallahu’alam bishowab.

Oleh: Nabila Sinatrya
Aktivis Muslimah 
Baca Juga

Post a Comment

1 Comments

  1. 로그인 유지 기능을 사용할 경우 다음 접속부터는 로그인할 필요가 없습니다. 단, 게임방, 학교 카지노게임 등 공공장소에서 이용 시 개인정보가 유출될 수 있으니 꼭 로그아웃을 해주세요. 이뉴스투데이 모든 콘텐츠(영상,기사, 사진)는 저작권법의 보호를 받는 바, 무단 전재와 복사, 배포 등을 금합니다. 호텔에 이어 카지노 부문도 12월 한 달 81억 3000만원 매출로 최대 실적을 기록했다. 이에 따라 14억 8000만 원에 이르는 상각전 영업이익(EBITDA 기준)을 기록하면서 지난해 6월에 개장한 이후 처음으로 흑자 전환에 성공했다.

    ReplyDelete