Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Bukan Sekadar Seremonial

TintaSiyasi.com --  Di bulan Rabiul Awal, bulan yang penuh dengan peringatan maulid nabi. Hingga akhir bulan nanti, setiap pekannya masih ada masjid yang menyelenggarakan peringatan ini. Tanggal 12 Rabiul Awal memang menjadi tanggal spesial bagi umat Islam, karena di tanggal tersebut adalah tanggal kelahiran Nabi Muhammad sebagai utusan Allah yang terakhir.

Di Indonesia dan beberapa negeri muslim lainnya, tanggal 12 Rabiul Awal diperingati setiap tahunnya sebagai peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw. Peringatan ini disambut baik oleh kaum Muslim, hingga tercipta berbagai budaya untuk meramaikannya. Namun ternyata di balik itu semua, masih banyak yang menganggap maulid ini hanya sekadar seremonial belaka tanpa meninggalkan bekas setelahnya. Alhasil, fokus masyarakat hanya kepada kemeriahan di satu malam itu saja. Keesokannya sudah menjadi hari biasa kembali. 

Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw. seharusnya mengingatkan umat Islam tentang kecintaan kepada Rasulullah saw. beserta sirah perjalanan hidupnya dan penerapan risalah yang diembannya. Peringatan ini juga pantas digunakan untuk membakar semangat keislaman umat muslim untuk kembali ke jalan yang benar dan sesuai apa yang dicontohkan beliau. Sungguh, jika tidak demikian, maka umat Islam akan lebih lama tertidur dalam kelenaan dunia dan sulit untuk berdikari.

Pun diingatkan dengan pesan Rasulullah kepada umatnya, “Barang siapa yang menghidupkan sunnahku berarti ia benar-benar mencintaiku, dan barang siapa yang mencintaiku, maka dia akan bersamaku di dalam syurga”. (HR. as Sajzi melalui Anas ra)

Peringatan maulid nabi sebenarnya bukan suatu hukum syara’ yang harus dilaksanakan, karena memang bukan berasal dari Islam. Rasulullah pun tak pernah meminta atau merayakan hari kelahirannya. Peringatan ini tercipta karena tradisi yang berkembang di masyarakat Islam setelah nabi Muhammad saw wafat untuk mengingatkan pada perjuangan beliau. Juga untuk menanamkan dan mengedukasi generasi supaya tetap menjadikan Rasulullah sebagai contohnya.

Oleh karena itu, jika tujuannya untuk kebaikan dan syiar Islam, maka hukumnya mubah (boleh saja). Akan tetapi, jika sudah kelewat batas atau bahkan ada sesajen yang dipakai, maka inilah kesyirikan. Bahkan jika ada yang dizalimi atas peringatan tersebut, maka boleh untuk ditolak dan tidak ikut andil di dalamnya.

Yang terjadi hari ini banyak yang sudah kelewat batas, misal membuat gunungan atau pajegan yang mengharuskan memakai telur sampai beratus-ratus hingga akhirnya mubazir (terbuang-buang). Tidak boleh juga membebani masyarakat dengan menarik iuran tanpa melihat kondisi yang sesungguhnya. Bahkan ada juga yang menghambur-hamburkan makanan di laut dengan niat tolak bala. Astaghfirullah.

Jika seandainya Rasulullah Saw. melihat umatnya seperti sekarang ini, apakah beliau tidak kecewa? Begitu banyak aktivitas yang merusak akidah umat hingga menganggap maulid adalah sebuah kewajiban dan harus dilaksanakan dengan meriah.

Bukti cinta kepada Rasulullah dan upaya mengikuti risalahnya tidaklah harus diperingati pada bulan kelahirannya saja. Tiap hari pun umat Islam bisa melaksanakannya, dari perkara wajib ataupun sunnah, dengan demikian bisa sekaligus mengingat nama beliau. Dari bangun tidur hingga tidur lagi. Dari bangun rumah hingga bangun Negara.  

Begitu mulianya kedudukan beliau di mata Allah, maka tak pantas jika umatnya hanya sekadar melaksanakan seremonial di bulan kelahirannya. Nama Muhammad selalu berdampingan dengan nama Allah. Oleh karena itu, tak perlu diragukan bahwa memang benar Rasulullah Muhammad Saw adalah suri tauladan yang terbaik bagi seluruh umat, khusunya muslim.
Wallahua’lam bissawab.

Oleh: Serlina
Aktivis Muslimah Jembrana-Bali
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments