Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Liberalisme Mengakar, Rasa Sayang Dinilai Perundungan


TintaSiyasi.com -- Allah SWT menciptakan alam semesta beserta isinya tentulah mempunyai maksud dan tujuan yang jelas. Apalagi manusia, makhluk sempurna yang Allah bekali beberapa potensi hidup yang luar biasa. Mulai dari naluri, kebutuhan jasmani, dan akal. Dengan akal ini kemudian manusia mampu berpikir dan menggunakannya dengan maksimal. Yaitu membedakan mana yang baik dan buruk sesuai dengan tuntunan Islam.

Berbicara terkait dengan penciptaan tadi, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an yang artinya:  jin dan manusia tak lain agar ia menyembah kepada-Nya. 

"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku” (TQS. Az Zariyat: 56).

Dapat kita telaah bahwa Allah menciptakan jin dan manusia tak lain agar ia mengenal hakikat Tuhan sebenarnya. Berikut agar ia mengetahui apa yang seharusnya dilakukan ketika berada di dunia ini. Taat atau ingkar menjadi pilihan yang nantinya wajib diambil olehnya. Tentunya sebagai seorang manusia, kita wajib untuk melakukan yang terbaik agar sematan takwa berada dalam diri kita. Apalagi sebagai seorang muslimah, maka kita wajib untuk melaksanakan perintah apa saja yang dialmatkan kepada kepada wanita. Mulai menjaga aurat, pandangan, dan lain sebagainya. 

Terkait dengan penjagaan dan perlindungan terhadap aurat maka seorang Muslimah wajib menutupinya ketika ia berada di luar lingkungan khasnya (rumah). Secara otomatis ia harus menggunakan busana yang sesuai agar tak tampak auratnya dari laki-laki asing (ajnabi). Sebagaimana firman Allah.

Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, "Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang (TQS. Al Ahzab: 59).

Dari ayat di atas kita dapati bagaimana seorang muslimah dalam menggunakan pakaiannya. Muslimah wajib mengenakan jilbab (baju gamis) dan menutupi kepalanya dengan khimar atau kerudung. Nah, artinya ini menjadi kewajiban yang harus dilakukan oleh seluruh wanita yang telah baligh.

Namun sekarang para wanita nampaknya mengindahkan perintah tersebut. Mereka berbusana sesuai dengan kehendaknya dan kerap kali mengikuti gaya terkini. Ataupun malah mengikuti para idola mereka yang nampak aurat di sana-sini. Sungguh miris bin sedih melihatnya.

Ada satu fakta yang ada di hadapan kita bahwa siswi SMA kelas 10 di daerah Banguntapan Bantul-Yogyakarta telah mengalami depresi dan mengurung diri. Ia menangis selama satu jam di toilet dengan alasan guru BP memberikan jilbab (masyakat mengenalnya dengan kerudung) untuk dikenakan (detikjateng.com, 29/7/2022).

Tentunya fakta di atas membuat geger. Sontak saja Disdikpora DIY turut berkomentar bahwa sekolah umum harusnya memunculkan warna kebhinekaan. Tak memaksakan kepada pada siswa untuk melakukan sesuatu. Berikut Ombudsman juga angkat bicara dan akan menyelidiki kasus tersebut karena diduga masuk pada ranah perundungan.

Melihat akan hal tersebut sejatinya kita harus mengetahui akar masalahnya. Guru yang menyuruh siswi tersebut menutupi auratnya adalah wajar dilakukan. Bahkan harusnya sekolah berterima kasih terhadap beliau karena ini sebagai bukti rasa sayang dan cinta sang guru terhadap siswi tersebut. Bentuk penjagaan serta amar makruf sebagai sesama muslim. Lantas mengapa hal tersebut menjadi sesuatu yang dinilai pemaksaan serta perundungan? 

Ternyata patut diduga bahwa semua itu terjadi akibat sistem yang diterapkan saat ini bukan berasal dari Islam. Sehingga wajar saja jika ada yang berkomentar pemaksaan dan tak sesuai dengan makna kebebasan yang dianut hampir seluruh negeri Muslim. 

Kebebasan yang dimaksud adalah produk yang tercipta dari sistem yang diterapkan saat ini. Liberlisme telah menyihir kaum Muslim untuk selalu berdalih bahwa manusia bebas melakukan apa saja yang ia kehendaki tanpa ada seorang pun yang mampu mengaturnya. Hal ini berakibat luar biasa pada kaum Muslim. Dampaknya adalah kaum muslim menjadi fobia alias takut terhadap ajaran yang seharusnya ia pahami dan laksanakan dalam kehidupan di dunia. Benar dan salah menjadi abu-abu alias tak jelas serta bisa berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan. Bahaya yang tentunya luar biasa. Padahal dalam Islam benar dan salah sudah ada ketentuannya. Yaitu sesuai dengan hukum syarak yang ada, bukan pada prinsip pemikiran manusia yang selalu berubah sesuai dengan keperluannya dan keinginannya. 

Sejatinya sebagai seorang Muslim, maka wajib bagi kita untuk menjalankan seluruh perintah Allah SWT tanpa ada kata nanti dan tapi. Itulah wujud rasa keimanan yang tertancap dalam dada-dada kita. Tak segan dan malu untuk melakukannya walaupun diejek atau dihina oleh manusia lainnya. Karena patokan kita adalah keridaan Allah semata bukan yang lainnya. 

Termasuk ketika kita menjalankan perintah Allah, maka wajib untuk melaksanakannya secara keseluruhan. Tak boleh hanya mengambil dan meninggalkan sebagian. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT.

"Hendaklah umat manusia masuk ke dalam Islam secara kaffah" (TQS. Al Baqarah: 208).

Inilah adalah dalil dan patokan yang wajib diambil oleh kaum Muslim. Masuk ke dalam Islam secara kaffah, tidak setengah-setengah. Berikut mengamalkannya secara menyeluruh. Bukan mengamalkan sesuai yang ia sukai.

Walhasil, aksi guru yang memberikan kerudung kepada salah seorang siswi tadi bukan termasuk pada perundingan ataupun pemaksaan. Itu justru tanda sayangnya kepada sesama muslimah. Berikut melaksanakan amar makruf yang memang diperintahkan oleh Allah SWT. Semoga Islam akan segera tegak agar seluruh aturan dapat diterapkan secara sempurna dan menyeluruh. Sehingga semua orang menjadi paham akan kewajibannya sebagai seorang muslim dan tak lagi salah menilai sayang dengan perundungan. Tak lupa agar keberkahan dapat dirasakan oleh seluruh makhluk di bumi ini. Serta keridaan Allah bisa kita dapatkan.

Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Mulyaningsih
Pemerhati Keluarga
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments