Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Badai PHK, Bagaimana Nasib Pejuang Keluarga?


TintaSiyasi.com -- Tak dapat dipungkiri, saat ini Indonesia sedang mengalami goncangan besar pada ranah industri, hal tersebut terbukti dengan adanya PHK besar besaran di berbagai perusahaan yang berada di Indonesia.

PT Kahatex misalnya, perusahaan yang berlokasi di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat ini, terancam merumahkan para karyawan perusahaannya. Penyebabnya pabrik yang bergerak di bidang produksi tekstil dan garmen ini sedang mengalami krisis permintaan ekspor. Sebagaimana yg dikatakan oleh Kepala Disnakertrans Jawa Barat Taufik Garsadi; PT Kahatex sudah melaporkan rencana untuk merumahkan para pekerjanya imbas dari kondisi krisis tersebut. Namun, ia belum bisa merinci berapa banyak karyawan yang bakal dirumahkan melalui sistem pemutusan kontrak (Detikjabar, 12/10/2022).

Tak hanya PT Kahatek, Disnakertrans Jawa Barat mencatat sudah ada total 43.567 pekerja yang di-PHK sepanjang Januari hingga 29 September 2022. PHK tersebut menimpa 87 perusahaan di Jawa Barat. Adapun rincianya yaitu, 26 perusahaan di Kabupaten Sukabumi yang PHK 12.188 pekerja, 18 perusahaan di Kabupaten Bogor yang PHK 14.720 pekerja dan 29 perusahaan di Kabupaten Purwakarta yang PHK 3.883 pekerja. Kemudian 12 perusahaan di Kabupaten Subang yang PHK 9.626 pekerja, satu perusahaan di Kota Bogor yang PHK 150 pekerja dan satu perusahaan di Kabupaten Bandung yang PHK 3.000 pekerja.

Faktanya krisis ekonomi tersebut tak hanya terjadi di indonesia, namun di berbagai belahan dunia. Laporan terbaru IMF menyebutkan kondisi ekonomi 2023 akan lebih suram lagi. IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini hanya 3,2%, hampir separuh lebih rendah dari tahun lalu yang mencapai 6,1%. 

Tahun depan diperkirakan hanya tumbuh 2,9%. Penyebabnya, tiga negara motor penggerak ekonomi global—Cina, Amerika Serikat (AS), dan Uni Eropa—mengalami tekanan yang cukup berat. AS, yang menyumbang 25% ekonomi global, tahun ini menghadapi masalah ekonomi yang cukup serius. Pada Juli, inflasi di negara itu mencapai 9,1%, tertinggi dalam 40 tahun terakhir. Kondisi ekonomi AS dalam enam bulan terakhir secara teknis sebenarnya telah masuk ke dalam resesi. 

Pertumbuhan ekonomi negara itu negatif pada kuartal pertama dan kuartal kedua tahun ini. Masing-masing -1,9% dan 0,6%. Kenaikan inflasi yang tinggi tersebut kemudian di respons oleh The Fed, Bank Sentral AS, dengan menaikkan suku bunga Federal Fund Rate hingga mencapai 2,5% pada Juli. 

Sebagai negara yang memiliki keterkaitan kuat secara ekonomi dengan AS dan Cina, perlambatan ekonomi di negara itu juga akan menekan perekonomian Indonesia. Dampak resesi akan menurunkan ekspor Indonesia. AS menjadi salah satu tujuan utama ekspor Indonesia dengan pangsa pasar di kisaran 11% per tahun, sedangkan ke Cina berada di kisaran 25%. 

Oleh karena itu, jika ekonomi negara tersebut melemah, ekspor Indonesia akan turun. Harga-harga komoditas primer juga akan cenderung turun akibat melemahnya permintaan global. Dengan demikian, beberapa andalan ekspor Indonesia, seperti batu bara, minyak sawit, tembaga, dan nikel, akan ikut turun.

Oleh karenanya tak heran jika saat ini banyak perusahaan di Indonesia yang pada akhirnya memutuskan untuk merumahkan karyawannya guna menyelamatkan bisnis mereka. Sungguh miris memang, jika keadaan ini terus berlanjut bagaimana nasib warga, yang menggantungkan hidup mereka pada tulang punggung yang bekerja di sektor industri? Apakah mereka bisa tetap mempertahankan kehidupan mereka? Memenuhi kebutuhan setiap perut di rumah rumah mereka? 

Sungguh ini merupakan fenomena yg terus berulang. Hal yang sangat disayangkan adalah pemerintah tidak memberi edukasi pada masyarakat untuk bersiap siap terhadap ancaman resesi yg sudah di depan mata. Tak ada persiapan, apalagi tindak pencegahan. Seakan pasrah pada keadaan. Beginilah faktanya negara yang membebek pada ekonomi kapitalis. Sistem rusak yang tidak bisa menjamin kesejahteraan warganya. Apakah semua hal ini cukup hanya dengan solusi "kartu sabar"?

Berbeda halnya dengan bangunan sistem ekonomi Islam (SEI) yanh bersifat sederhana, tetapi memiliki ciri (karakteristik) unik dan memiliki daya tahan yang kukuh dari terjangan krisis. Disebut unik karena lahir dari nilai-nilai yang berbeda dengan nilai-nilai yang melahirkan sistem ekonomi kapitalistik yang telah mengangkangi dunia saat ini. Nilai-nilai tersebut tegak di atas cara pandang hidup yang mengajarkan bahwa kehidupan manusia adalah dalam rangka pengabdian kepada Pencipta semesta alam (Allah SWT). 

Dari nilai-nilai itu pula lahir pandangan bahwa persoalan ekonomi sesungguhnya terdapat pada distribusi, bukan produksi. Nilai-nilai dan cara pandang yang benar terhadap problem ekonomi sesungguhnya berdampak atau berpengaruh luas terhadap keseluruhan bangunan ekonomi yang akan dibangun. Pengaruh luas tersebut akan tampak dari jawaban pertanyaan: Apa tujuan dan arah pembangunan ekonomi? Bagaimana pembangunan tersebut dijalankan? Siapa saja pihak yang terlibat mengemban tugas pembangunan?

Dari sisi arah dan tujuan (politik ekonomi), SEI menetapkan bahwa seluruh kebutuhan pokok individu rakyat wajib dijamin penuh oleh negara. Negara juga memberikan peluang sebaik mungkin kepada setiap warganya untuk mengakses kebutuhan pelengkap sesuai dengan kadar kemampuan sebagai individu yang hidup dalam suatu masyarakat dengan gaya hidup tertentu. Dengan politik ekonomi demikian, krisis ekonomi seperti krisis energi dan pangan, dapat dicegah.

Saat ini, ketika ekonomi berpijak pada asas mendorong produksi (GDP) dengan target trickle down effect (efek menetes ke bawah), ia justru menciptakan makin cepatnya sumber daya alam menjadi langka, bahkan menimbulkan kerusakan lingkungan yang parah karena dieksploitasi. Atas nama meningkatkan produksi, sifat dan bergaya hidup boros justru didorong agar terus menggerakkan mesin-mesin produksi. Atas nama percepatan kenaikan produksi, negara-negara di dunia juga berlomba-lomba meningkatkan utang agar bisa membangun infrastruktur. 

SEI memiliki daya tahan yang kukuh dari segala terjangan krisis. Pasalnya, dengan seluruh hukum yang ada dalam SEI, pembangunan ekonomi dijalankan dengan berfokus pada sektor riil, sebagai satu-satunya sektor yang boleh menawarkan keuntungan. Adapun seluruh transaksi ribawi dan yang bersifat judi—sebagaimana yang ada pada pasar modal, pasar valas, dan pasar komoditas seperti sekarang—dilarang secara total. Sektor riil adalah sektor yang darinya akan lahir produksi barang dan rekrutmen tenaga kerja. Dengan kata lain, harta kekayaan si kaya hanya akan bertambah jika bertemu dengan sektor produksi barang dan jasa.

Selain itu, SEI juga mewajibkan standar mata uang logam (dinar dan dirham) serta larangan penimbunan harta kekayaan. Standar mata uang demikian akan memastikan pemerintah dan penguasa zalim tidak bisa mencetak uang untuk menopang kekuasaannya yang korup, sekaligus mampu menjaga nilai tukar mata uang tetap stabil.

Di sisi lain, ketika kesempatan untuk meningkatkan kekayaan hanya pada sektor riil (syirkah, jual beli, dan sebagainya), sektor riil akan mendapatkan akses yang begitu luas dan besar untuk mendapatkan modal. Dengan begitu, tingkat produksi dapat berjalan lancar dan mampu menjaga kesetimbangan pasokan dan permintaan barang yang ada di pasar. Hal itu akan menjaga tingkat inflasi tidak bergerak liar.

Terakhir terkait pertanyaan: Siapa saja yang ikut mengelola serta mendorong roda perekonomian? Dalam menjawab pertanyaan ini, SEI juga memiliki jawaban unik. SEI tidak terjebak pada perdebatan seberapa jauh pemerintah ikut berpartisipasi dalam aktivitas perekonomian. SEI membagi terlebih dulu kepemilikan harta kekayaan yang ada menjadi tiga macam, yakni kepemilikan individu, umum, dan negara. 

Dalam konteks kepemilikan umum dan negara, negara akan berperan aktif dan langsung untuk mengatur serta menjalankan pengelolaannya. Sebaliknya, dalam konteks kepemilikan individu, negara hanya akan mengawasi dan memberikan arahan agar ekonomi berjalan lancar dan adil sesuai yang diinginkan oleh hukum Islam.

Dengan skema pengaturan yang demikian, tidak akan ada lagi kasus perusahaan listrik negara mengalami kelangkaan energi karena perusahaan tambang tidak mau menjual di dalam negeri atau harus menjual energi listrik dengan harga keekonomian agar investor bersedia ikut membangun pembangkit listrik.

Demikianlah gambaran singkat SEI mengelola dan membangun ekonomi yang antikrisis dan berkeadilan bagi semua pihak. SEI akan mendorong dan menciptakan ekonomi yang berkah, berkembang, dan berkelanjutan. besar harapan penulis jika kelak indonesia bisa menggunakan Sisten Ekonomi Islam dalam pengaturanya satu paket beserta sitem perpolitikan dan yang lainnya. Sebab Islam adalah agama paripurna yang apabila seluruh aturanya diterapkan dalam kehidupan, maka akan menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Neng Saripah, S.Ag
Sahabat TintaSiyasi
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments