Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Syarat Masuk PTN Diubah, Kualitas Pendidikan Makin Rendah?


TintaSiyasi.com -- Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Nadiem Anwar Makarim akan berencana mengubah skema sistem penerimaan mahasiswa baru melalui Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Pasalnya, materi TKA dalam SBMPTN dirasa sangat membebani peserta didik maupun guru.

Dilansir dari detik.com, Ketua Tim Pelaksana Persiapan Seleksi Masuk PTN 2023 Budi P. Widyobroto mengatakan, kebijakan perubahan skema seleksi masuk PTN 2023 bisa mendukung seleksi masuk PTN yang berkeadilan, termasuk secara ekonomi. Selain itu, perubahan seleksi masuk PTN penting karena tidak adanya jembatan antara kebijakan Merdeka Belajar di pendidikan dasar dan menengah dengan di perguruan tinggi (15/9/2022).

Rencananya, transformasi seleksi masuk PTN dilakukan melalui lima prinsip perubahan, yaitu mendorong pembelajaran yang menyeluruh, lebih berfokus pada kemampuan penalaran, lebih inklusif dan lebih mengakomodasi keragaman peserta didik, lebih transparan, serta lebih terintegrasi dengan mencakup bukan hanya program sarjana, tetapi juga diploma tiga dan diploma empat/sarjana terapan.

Terlebih, perubahan dalam seleksi ini tidak lagi menggunakan tes mata pelajaran. Tes akan difokuskan pada tes skolastik yang mengukur empat hal yaitu potensi kognitif, penalaran matematika, literasi dalam Bahasa Indonesia, dan literasi dalam Bahasa Inggris. Pada tes ini juga akan menitikberatkan kemampuan penalaran peserta didik, bukan pada konteks menghafal.

Menyikapi hal tersebut, Pengamat Pendidikan dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jejen Musfah, juga mengingatkan pemerintah untuk memastikan bahwa guru-guru dan sekolah di Indonesia mampu memenuhi target itu, apalagi di tengah kondisi pendidikan Indonesia yang belum merata.

Perubahan skema seleksi PTN tersebut terkesan mendadak. Mengingat pendidikan yang belum stabil pasca pandemi dan kapasitas guru yang masih rendah. Tidak hanya itu, selama ini guru-guru terbiasa mengajar dengan target menyelesaikan materi pada kurikulum. Metode pembelajaran yang digunakan untuk mencapai penyelesaian pada materi ajar adalah dengan menghafal. Maka dengan adanya skema perubahan ini, tidak hanya sekadar merubah teknis saja akan tetapi juga merubah pendekatan dan pola mengajar pada guru-guru.

Ditambah, kemampuan siswa yang saat ini masih rendah. Mereka hanya ditarget pada nilai semata, sementara kering dari pemahaman ilmu yang dimiliki. Lantas, bagaimana bisa mereka dapat berpikir mendalam jika pemahaman saja tidak dimiliki? Apalagi, paradigma sekolah yang mayoritas belum terformat dalam proses berpikir, sekolah hanya mampu mencetak siswa yang siap kerja bukan yang memiliki kemampuan dengan taraf berpikir mendalam. Hal ini tentu sangat jauh dari visi besar pendidikan tinggi yang mampu mencetak generasi intelektual yang mampu memberikan solusi bagi problematika umat.

Selain itu, pemahaman generasi saat ini banyak diracuni oleh pemahaman asing. Melalui buku-buku, tayangan, dan para pendidik yang juga menjadi agen Barat untuk terus melakukan propaganda terhadap ajaran yang sesuai syariat Islam. Pendidikan tinggi telah menjadi pintu masuk imperialisme akademik, hegemoni riset, serta propaganda ide liberal dan sekuler.

Oleh karena itu, seharusnya skema penerimaan mahasiswa baru di PTN dilakukan dengan tidak menyulitkan siapa saja yang ingin kuliah. Prosesnya lebih mudah dan cepat. Maka, untuk mencapai ini semua perlu adanya perhatian lebih pada guru, murid dan calon mahasiswa untuk dapat memiliki paradigma dan kualitas yang mumpuni.

Ini semua tidak terlepas dari sistem pendidikan dasar dan menengah yang telah ditempuh sebelumnya. Kualitas pengajaran di sekolah harus bertujuan melahirkan para pemikir inovatif dan mulia. Dengan pemahaman yang seperti inilah nantinya membuat mereka sudah terbiasa melakukan proses berpikir tingkat tinggi dalam rangka mencapai solusi bagi problematika kehidupan.

Dengan demikian, perubahan tes seleksi masuk perguruan tinggi semestinya juga diiringi koreksi total sistem pendidikan mulai dari dasar, menengah, hingga pendidikan tinggi. Mekanisme kegiatan pembelajaran juga harus disesuaikan dengan pencapaian taraf berpikir tingkat tinggi.

Pencapaian ini hanya mampu diraih apabila sistem pendidikan yang diadopsi adalah sistem pendidikan Islam. Dalam sistem Islam, semua masyarakat akan memperoleh pendidikan gratis dengan kualitas yang bagus. Negara akan memfasilitasi semua yang menjadi kebutuhan dalam dunia pendidikan. Bahkan, menjadi pendidik juga harus memiliki pemahaman dan kepribadian Islam. 

Dengan demikian, tujuan pendidikan dalam sistem Islam adalah membentuk generasi dengan kepribadian Islam yang taat serta membekalinya dengan berbagai ilmu dan pengetahuan yang berhubungan dengan kehidupan. Sehingga akan lahir generasi peradaban cemerlang yang mampu memberikan pengaruh di tengah-tengah umat dan demi terwujudnya kejayaan Islam.

Wallahu a'lam. []


Oleh: Novriyani, M.Pd.
Praktisi Pendidikan
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments