TintaSiyasi.com -- Cerita buruk kehidupan rakyat tak kan ada habisnya dalam sistem sekuler kapitalisme. Mulai dari kondisi kemiskinan rakyat hingga tak bisa makan dan tak punya tempat tinggal. Ada lagi cerita sedih pada rakyat miskin yang akhirnya meregang nyawa karena antri BLT dan tidak punya uang untuk biaya rumah sakit. Cerita buruk ini bukan fiktif belaka melainkan fakta dan realita terjadi di negeri subur, kaya, dan melimpah sumber daya alamnya.
Masalah kemiskinan yang berujung pada kematian masih sering terjadi di negeri ini. Baru-baru ini, kita juga dikejutkan dengan berita 6 warga suku Baduy meninggal secara misterius, 4 di antaranya masih balita. Kematian misterius ini pun akhirnya terungkap. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Banten dr. Ati Pramudji Hastuti mengatakan, keenam orang itu ternyata meninggal karena penyakit tuberkulosis. "Kasus TB (tuberkulosis) yang meninggal dunia (di Baduy)," kata Ati kepada wartawan usai menghadiri focus group discussion di Kota Serang. Kamis (15/9/2022).
Selain mencari tahu penyebab kematian misterius warga Baduy dengan mengambil sampel darah, petugas juga memeriksa warga dan memberi pengobatan. Dalam rentang waktu itu, petugas kesehatan juga menemukan penyakit malaria, campak rubela, bahkan stunting di wilayah Baduy (Kompas.com, 15/09/2022).
Selain itu, hal yang tak kalah menyedihkan juga terjadi pada Undang, warga Kampung Haur Seah, Cipicung, Banyuresmi, Garut. Undang harus kehilangan tempat tinggalnya akibat dirobohkan oleh rentenir. Ia dikabarkan tak bisa melunasi utang sang istri senilai Rp 1,3 juta. Insiden penghancuran rumah milik Undang oleh rentenir itu terjadi hari Sabtu, 10 September 2022 lalu. Saat itu, sejumlah pekerja bangunan mendatangi rumahnya dan langsung membongkar rumah semi permanen tersebut (Detik.com, 17/9/2022).
Kemiskinan benar-benar mengancam negeri ini. Guru Besar Ilmu Gizi Fakultas Ekologi Manusia IPB, Prof. Drajat Martianto mengatakan, meski kondisi ketahanan pangan Indonesia masih tergolong baik, tapi terjadi penurunan dalam ketahanan pangan nasional. Dia menyebut, posisi Indonesia di Global Food Security Index mengalami penurunan pasca pandemi Covid-19.
"Indonesia saat ini menghadapi triple burden of malnutrition, 3 masalah gizi sekaligus, yaitu gizi kurang (stunting dan wasting), obesitas dan kurang gizi mikro (KGM) atau disebut sebagai kelaparan tersembunyi (the hidden hunger)," kata dia dalam keteragannya, Minggu (18/9/2022). Yang menjadi masalah adalah hampir 50 persen penduduk Indonesia yang kekurangan sayuran, buah-buahan, pangan hewani dan kacang-kacangan (Kompas.com, 18/09/2022).
Sungguh fakta-fakta yang membuat hati kita benar-benar miris. Semua yang terjadi bukanlah kasus baru melainkan sudah pernah terjadi dan akan terus berlanjut jika penerapan sistem kapitalisme secular ini terus bercokol di negeri kita.
Kemiskinan benar-benar menjadi PR besar kapitalisme sekuler ini. Bahkan tidak berhenti hanya pada kasus kemiskinan. Kemiskinan juga menjadikan seseorang bertindak kriminal demi memenuhi kebutuhannya. Kasus pencurian, perampokan, pembegalan, dan lain-lain bisa terjadi akibat kemiskinan.
Sistem ekonomi kapitalisme yang hanya berpihak pada segelintir orang saja menjadikan sebagian besar rakyat jatuh pada jurang kemiskinan. Ekonomi kapitalisme pula yang menjadikan kekayaan hanya beredar pada segelintir orang dan di sisi lain ada orang yang benar-benar tak bisa menyambung hidupnya.
Melihat kondisi buruk ini pun seolah tak ada solusi yang bisa diberikan oleh kapitalisme untuk menyelesaikan problem berat ini. Negara seperti menutup mata, abai terhadap permasalahan rakyatnya. Inilah buah busuk dari penerapan sistem ekonomi kapitalisme sekuler. Sudah jelas bahwa tidak ada lagi yang bisa dipertahankan dari sistem rusak ini.
Kemiskinan dan kelaparan hanya akan selesai jika Islam diterapkan dalam kehidupan kita. Islam memiliki syariat yang sempurna untuk mengatur seluruh aspek kehidupan kita. Hal ini pun telah terbukti penerapan sistem Islam secara kaffah dalam naungan khilafah selama 13 abad lamanya. Khalifah Umar bin Abdul Aziz pernah kesulitan mencari orang miskin untuk membagi harta zakat saat penerapan Islam. Penerapan ekonomi Islam akan mampu menuntaskan masalah kemiskinan hingga ke akar-akarnya.
Di dalam sistem ekonomi Islam, negara akan benar-benar memastikan terpenuhinya kebutuhan sandang, pangan, dan papan secara individu per individu. Negara akan benar-benar mengawasi distribusinya. Sehingga bisa dipastikan setiap individu telah terjamin kebutuhannya. Karena ini menjadi tanggung jawab negara. Selain itu, negara juga akan dikendalikan oleh orang-orang yang amanah dan penuh tanggung jawab.
Maka sudah saatnya kapitalisme sekuler ini kita ganti dengan sistem Islam. Karena hanya Islam yang mampu menyelesaikan permasalahan kemiskinan dan permasalahan lainnya.
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Pipit Ayu
Sahabat TintaSiyasi
0 Comments