TintaSiyasi.com -- Tak bisa dipungkiri, dunia saat ini memasuki era digitalisasi yang sangat pesat. Di antara banyak manfaat yang bisa kita rasakan atas hadirnya teknologi ini, tak sedikit pula keburukan yang ditimbulkan akibat penggunaannya. Perkembangan teknologi digital saat ini telah membawa generasi Islam ke lembah kerusakan yang makin dalam. Teknologi yang sebenarnya adalah bebas nilai, namun ketika beroperasi di bawah kapitalisme yang merusak, jadilah perkembangannya mengakibatkan kerusakan pula. Mari kita tengok. Di era digital saat ini generasi Islam banyak yang menghabiskan waktunya untuk hal yang sia-sia seperti main game, drakor (drama korea), berselancar ke dunia maya tanpa kontrol dan pergaulan bebas tanpa batas. Tercatat bahwa Indonesia adalah salah satu pasar industri game terbesar di dunia. Terutama mobile game yang dimainkan melalui telepon seluler, komputer tablet, ataupun konsol.
Berdasarkan laporan We Are Social, Indonesia menjadi negara dengan jumlah pemain video game terbanyak ketiga di dunia. Laporan tersebut mencatat ada 94,5% pengguna internet berusia 16-64 tahun di Indonesia yang memainkan video game per Januari 2022 (@databoksid.com). Apa yang diperoleh dari game ini? Membangun kecerdasan intelektual kah atau hanya sekedar hiburan yang menghabiskan waktu secara sia-sia. Padahal seharusnya generasi sadar akan potensi dirinya untuk memanfaatkan kelebihan kecerdasannya, masa mudanya dan waktunya untuk menjadi generasi yang lebih baik.
Tak kalah dengan mobile game. Drama Korea atau drakor juga menjadi hiburan populer yang menghipnotis orang di dunia. Begitu pun di Indonesia, banyak penikmat drakor ini tidak saja dari kalangan muda, orang tua pun tidak ketinggalan menjadi kecanduan dengan drakor. Lantas, apa yang menyebabkan mereka gemar menonton drama asal Korea Selatan ini? Survei JakPat mengungkap alasan paling populer orang Indonesia suka menonton drama Korea Selatan (drakor) lantaran alur cerita yang menarik. Itu tercermin dari 88% jawaban responden.
Adapun survei ini melibatkan 2.474 responden dari seluruh Indonesia yang disaring menjadi 1.025 responden, dengan kriteria pernah menonton drama Korea dalam 6 bulan terakhir. Pengumpulan data dilakukan pada 24 Juni-4 Juli 2022. Sungguh sangat disayangkan ketika waktu terbuang percuma hanya untuk sebuah tontonan yang bisa-bisa melalaikan dari kewajiban seorang Muslim. Belum lagi efek yang lain yang dapat mengubah life style para generasi karena terpapar life style para artis drakor. Hingga tidak aneh, jika gaya hidup remaja saat ini jauh dari gaya hidup seorang muslim yang sesungguhnya, mulai dari cara berpakaian, model rambut, pola makan, dan lain sebagainya.
Tidak hanya dua hal di atas gambaran kerusakan generasi saat ini. Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia menilai remaja rentan terhadap penyalahgunaan narkoba mengingat angka coba pakai yang cukup tinggi, yakni 57 persen dari total penyalahgunaan narkoba (Jatim Newsroom).
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) membeberkan data, 23 persen penghuni Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) merupakan pelaku pencurian, 17,8 persen terjerat tindak pidana narkotika diikuti dengan kasus asusila sebanyak 13,2 persen. KPAI juga membeberkan hasil survei terhadap kasus penyalahgunaan narkoba oleh anak-anak.
Komisioner KPAI Divisi Monitoring dan Evaluasi, Jasa Putra menjabarkan 82,4 persen anak yang terjerat kasus narkotika berstatus pemakai. Sedangkan 47,1 persen berperan sebagai pengedar, dan 31,4 persen sebagai kurir.Padahal narkoba jelas-jelas akan merusak akal. Kecanduan dengan narkoba akan mengakibatkan lahirnya perbuatan maksiat yang lainnya seperti pergaulan bebas, aborsi atau bunuh diri.
Kerusakan yang lebih parah lagi ditunjukkan dari data Tingkat kehamilan tak diinginkan <20 tahun masih tinggi. Juni 2020 BKKBN menyatakan angka kehamilan tidak diinginkan di Indonesia 17,5 %. Di provinsi DKI Jakarta, persentase umur kehamilan pertama <20 tahun pada tahun 2020 (29,32%) meningkat dibanding tahun 2019 (29,13%). Diketahui bahwa dari jumlah penduduk remaja (usia 14-19 tahun) terdapat 19,6% kasus kehamilan tidak diinginkan (KTD) dan sekitar 20% kasus aborsi di Indonesia dilakukan oleh remaja (BKKBN, 2021). Sungguh, sangat lengkaplah kerusakan generasi saat ini. Generasi yang diharapkan akan menjadi pengisi peradaban Islam kelak, nyatanya jauh dari kata “sempurna”. Tidak sedikit dari mereka, ketika terjadi kehamilan yang tidak diinginkan, maka aborsi atau bunuh diri menjadi pilihannya.
Fakta kerusakan generasi ini terjadi baik di kota sampai di pelosok negeri. Miris melihat generasi Islam seperti ini hidupnya, mengikuti arus zaman yang semua perbuatannya bebas dilakukan tanpa peduli hukum perbuatan tersebut. Problem seperti ini merupakan efek dari penerapan kapitalisme dengan asas sekulernya. Hukum Allah dicampakkan diganti dengan hukum buatan manusia yang sifatnya lemah, terbatas, dan pastinya tidak dapat menyelesaikan masalah secara tuntas. Tata aturan di bidang politik, ekonomi, sosial, dan pendidikan tidak mengambil hukum-hukum yang ditetapkan Allah SWT. Oleh karenanya manusia bisa berbuat apa saja tanpa memikirkan hukum perbuatan yang dilakukan. Sampai kepada generasi yang saat ini sudah terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Pemerintah pun tidak mengambil andil untuk menyelesaikan masalah ini. Alih-alih ingin menyelesaikan kekerasan seksual, malah mengusung RUU-PKS berlanjut ke Permendikbud No. 30 tahun 2021 yang disinyalir malah menyuburkan perzinahan, karena yang dianggap kekerasan seksual adalah yang pelakunya tidak saling suka. Sementara ketika pelaku suka sama suka tidak dianggap sebagai pelanggaran prilaku. Seakan memberikan ruang yang seluas-luasnya untuk melakukan praktek perzinahan. Naudzubillahi min dzalik.
Lalu bagaimana menyelesaikan kerusakan kronis yang terjadi pada generasi saat ini? Tak ada cara lain, kecuali kita harus kembali kepada hukum-hukum Allah SWT. Allah telah menciptakan manusia sepaket dengan aturannya sehingga manusia akan berjalan terarah dengan aturan tersebut. Pencipta akan selalu menyertakan manual atas ciptaannya. Sebagai analogi, seseorang yang membuat komputer sepaket dengan manual penggunaan komputer. Jika seorang pengguna computer, menggunakannya tidak sesuai dengan manualnya maka akan menyebabkan kerusakan pada komputer tersebut. Begitu juga manusia, jika berjalan di muka bumi ini tidak menggunakan hukum Allah maka akan tersesat bahkan lebih sesat dari binatang ternak. Allah sebagai Pencipta manusia dan alam semesta, telah mengatur secara sempurna bagaimana manusia menjalani kehidupannya dan memanfaatkan alam semesta.
Dengan Islam, manusia akan terhindar dari perbuatan yang sia-sia dan perbuatan yang merusak dan melanggar hukum-hukum Allah. Dengan Islam manusia akan selamat di dunia dan di akhirat. Cukuplah bersandar pada Islam dalam mengisi waktu keseharian, dengan tidak membuang waktu dengan main game, menonton drakor, pecandu narkoba bahkan pergaulan bebas. Dengan Islam kerusakan kronis yang mendera generasi akan terselesikan. Tentu saja butuh dukungan sistem yang akan menjalankan hukum-hukum Allah tersebut.
Oleh karena itu sebagai umat Islam khususnya generasi muda sebagai generasi penerus peradaban Islam perlu mengkaji Islam secara menyeluruh bukan setengah-setengah. Tidak cukup adanya ketaatan individu, namun harus ada kontrol masyarakat dan peran negara dalam menyelesaikan masalah yang sudah kompleks ini. Hanya Islamlah yang dapat menyelesaikan seluruh permasalahan ini dengan tuntas. []
Oleh: Mimi Husni
Aktivis Muslimah
0 Comments