Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Harga BBM Naik, Haruskah Bersabar?


TintaSiyasi.com -- Sepagi ini sudah ramai netizen berkomentar di jagad media sosial terkait kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Imbas keputusan pemerintah menaikkan harga BBM langsung terasa di kalangan masyarakat. 

Dampak yang dirasakan langsung salah satunya oleh Inah, seorang Ibu Rumah Tangga dari Bekasi. "Barang pokok sudah pasti naik lah, kalau dipikir ya pusing, pendapatan tak berubah, harga-harga naik. Ini telur dari maren-maren sudah naik, yang lain siap-siap nyusul ini," ujarnya (Suara.com, 5/9/2022).

Di tengah ramainya masyarakat yang menanggapi dan kebingungan lantaran harga BBM naik dan akan diikuti oleh harga kebutuhan yang lain, ada pula bersliweran pendapat yang menarik untuk disimak. Salah satunya adalah anjuran untuk bersabar menghadapi kenaikan harga BBM ini. Ada pula yang menyertakan hadis Nabi terkait pentingnya bersabar dalam ujian.

Akhirnya masyarakat dibuat bingung, di satu sisi mereka kesulitan membeli barang-barang pokok untuk kehidupannya, di sisi lain ada anjuran bersabar. Sebagai Muslim, bagaimanakah seharusnya kita menyikapi fenomena kenaikan harga BBM agar tetap sesuai koridor syariat?

Yang perlu kita pahami, ada 2 (dua) sisi dalam memandang dari perspektif Islam, yaitu akidah dan syariat. Pertama, secara akidah, kita wajib meyakini bahwa rezeki kita adalah Allah yang menanggung. Allah pasti mencukupkan rezeki kita. Kita tidak boleh ragu atas ke-Mahakayaan-Nya yang setiap saat selalu sibuk mengurusi hamba-hamba-Nya. Seperti tertuang dalam firman Allah: "Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?” Katakanlah: “Allah” (QS. Saba’: 24).

Namun dalan kondisi harga-harga yang kian melambung tinggi, juga perlu ditinjau sisi penerapan syariahnya. Sehingga cara yang kedua, dalam menyikapi kenaikan harga BBM ini adalah dari aspek syariat. Sudah benarkah langkah kita dalam mengatur pengelolaan BBM sehingga mampu diakses dengan mudah oleh rakyat? Islam adalah ideologi yang mengatur seluruh sendi kehidupan. Mulai terkait cara beribadah kepada Allah, hingga cara mengatur sektor ekonomi pda level negara. Sehingga wajiblah kita memahami bagaimana penerapn syariah dalam pengelolaan BBM di negeri kita. 

Bersumber dari hadis Nabi yang bersabda:

اَلْمُسْلِمُوْنَ شُرَكَاءُ في ثلَاَثٍ فِي الْكَلَإِ وَالْماَءِ وَالنَّارِ

Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air dan api (HR Abu Dawud dan Ahmad).

Hadis ini menjelaskan bahwa sumber daya alam yang menyangkut hajat hidup orang banyak adalah milik umat, haram hukumnya jika hanya dikuasai oleh segelintir pemilik modal saja. BBM adalah salah satu produk hasil sumber daya tambang, yang dikategorikan api dalam hadis tersebut. 

Sedangkan pada faktanya, di Indonesia tambang minyak dikuasai oleh sektor swasta. Dan harga yang ditetapkan mengikuti harga minyak dunia. Menurut Aktivis Muslim, Doni Riwayanto mengatakan, "Praktik inilah yang menyebabkan harga BBM ditentukan oleh harga internasional. Ditambah dengan utang negara yang makin membengkak, bunga riba yang luar biasa besar, maka harga BBM dalam negeri naik meskipun harga minyak internasional sedang turun” (muslimahnews, 4/9/2022).

Ini berarti telah jelas bahwa pengelolaan BBM di negeri ini telah menyelisihi syariat.BBagaimana sikap kita seharusnya?

Ustaz Utsman Zahid as-Sidany, menjelaskan dalam akun pribadinya (3/9/2022), "soal hati, qanaah, dan sabar terhadap ada atau tidak adanya kenaikan BBM, hati memang tetap wajib qanaah. Salah satu wujud qanaah dan sabar tersebut, selain tidak menyalahkan Allah dan menggerutu atas ketentuan-Nya, adalah sabar menyampaikan kritik dan melakukan amar makruf nahi munkar atas kebijakan penguasa dan segala bentuk kezaliman."

Menurut Ustaz Yuana RT dalam akun pribadinya (3/9/2022) mengatakan bahwa posisi penguasa adalah sebagai pengelola, bukan sebagai pemilik. Sumbernya adalah hadis Nabi di atas. “Maka, pos pemasukan dan pengeluaran dari sumber kepemilikan umum ini menempati pos tersendiri di Batulmal. Semuanya digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat,” ujarnya. Maka, ia menegaskan, problem minyak dan gas bukan hanya masalah teknis, tetapi masalah filosofis, ideologis, yuridis, dan politis. Sehingga tidak cukup hanya bersabar dan shalat saja. Mari suarakan, dan ajak sebanyak-banyaknya ummat untuk memahami kondisi ini. Agar tidak salah kaprah dalam bersikap.

Wallahu a'lam. []


Oleh: Najwa F.N, S.I.P
Pemerhati Sosial Politik
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments