TintaSiyasi.com -- Ketua DPR Puan Maharani mendapatkan kejutan ulang tahun di tengah rapat paripurna pada saat ribuan buruh dan mahasiswa menggelar demo menolak kenaikan BBM di luar gedung parlemen.
Hari ulang tahun Puan Maharani pada 6 september 2022 yang lalu bertepatan dengan deretan aksi masa yang menyuarakan penolakan terhadap kenaikan BBM. Aksi masa tersebut tersebar di berbagai titik dan diikuti oleh segenap lapisan masyarakat dari mahasiswa hingga buruh. Salah satu titik kumpul aksi masa tersebut tak jauh dari gedung parlemen DPR RI. Menariknya kala itu di dalam gedung sidang paripurna, Puan Maharani sedang merayakan ulang tahunnya, di sambut dengan tepuk tangan meriah jajaran anggota dewan. Dikutip dari Suara.com selasa, 13 September 2022.
Ini membuat banyak pihak mengomentari hal tersebut. Forum masyarakat peduli parlemen Indonesia (Formappi) mengkritik momen perayaan ulang tahun ketua DPR Puan Maharani di rapat paripurna saat demo buruh terkait kenaikan BBM sedang berlangsung. Peneliti Formappi Lucius Karus menilai hal itu memalukan. “Saya kira sih potret paripurna DPR kemarin yang diisi dengan momen perayaan HUT ketua DPR Puan Maharani sesungguhnya mengonfirmasi ironis DPR sebagai wakil rakyat. Apalagi di saat bersamaan dengan paripurna yang diisi dengan perayaan ulang tahun. Di pintu masuk DPR sendiri sedang ada demonstrasi masa yang ingin menyampaikan aspirasi ke DPR.” Kata Lucius dalam keterangannya. Dikutip dari detik News, Rabu (7/9/2022).
Sungguh miris, di saat rakyat menjerit karena kenaikan harga BBM mereka justru bersenang-senang. Wakil rakyat dalam sistem demokrasi tidak punya rasa empati. Masyarakat menderita mereka berlaku abai terhadap aspirasi rakyat. Beginilah wajah asli kepemimpinan dalam sistem demokrasi. Sistem ini lahir dari asas sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan) sehingga membuat pemimpin dalam sistem ini tidak memiliki kesadaran penuh atas tanggung jawabnya sebagai wakil rakyat. Mereka tidak mempunyai rasa kepedulian yang tinggi kepada rakyat. Konsep dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat hanya sebuah ilusi belaka. Sistem kehidupan yang kapitalis membuat semua tertuju hanya pada materi. Buktinya penguasa hanya memikirkan kepentingan pribadi dan para pemilik modal. Suara rakyat terabaikan dan hanya di butuhkan pada saat pemilu. Wakil rakyat dalam sistem sekuler kapitalisme tidak bisa menjalankan amanahnya dengan baik.
Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya kepemimpinan merupakan sebuah amanah, dimana kelak di hari kiamat akan mengakibatkan kerugian dan penyesalan. Kecuali mereka yang melaksanakan dengan cara baik, serta dapat menjalankan amanahnya sebagai pemimpin” (HR. Muslim).
Makin terlihat betapa buruknya dewan pengurus rakyat yang lahir dari kapitalisme sekuler. Seharusnya sebagai pengurus rakyat mereka amanah bertanggung jawab penuh mengurusi urusan rakyatnya. Bukan malah melakukan hal yang tidak penting bagi rakyat. Sungguh sistem sekuler kapitalisme tidak layak diterapkan. Sistem ini tidak bisa memberikan kemaslahatan kepada rakyat.
Sangat berbeda dengan kepemimpinan dalam sistem Islam. Sistem Islam yaitu khilafah menjadikan syariah sebagai sumber hukumnya. Sistem ini bisa melahirkan pemimpin yang peduli, yang peka dan pemimpin yang tidak mengabaikan aspirasi rakyat. Di mana yang pernah dikisahkan Umar bin khattab yang sangat peduli kepada aspirasi rakyat.
Sayyidina Umar pada suatu ketika dicegat di jalan oleh seorang perempuan tua bernama Khaulah binti Tsa'labah dan dimintanya berhenti. Cukup lama beliau berhenti di jalan seraya menyimak nasihat dari Khaulah binti Tsa'labah. “Wahai Umar, engkau dulu dipanggil Umair (Umar kecil), kemudian berubah menjadi Umar, lalu sekarang engkau dipanggil Amirul Mukminin.” (Pesan saya) “Takutlah engkau, wahai Umar kepada Allah, karena barang siapa meyakini adanya kematian, ia pasti khawatir akan hilangnya kesempatan, dan barang siapa meyakini adanya hisab, ia pasti takut menghadapi azab.”
Pertemuan di jalan antara khalifah dan perempuan tua menjadi tontonan dan orang-orang melihat keheranan. Maka di antara mereka ada yang bertanya. “Wahai Amirul Mukminin, mengapa njenengan rela berhenti di sini hanya untuk mendengarkan omongan perempuan tua itu?” Khalifah Umar menjawab, “Seandainya perempuan itu meminta agar saya berhenti di tempat ini dari awal siang sampai akhir siang, pasti saya tidak akan beranjak kecuali shalat.
Tahukah kalian siapakah perempuan tua itu? “Mereka menjawab, kami tidak tahu.” Sayyidina Umar menjelaskan. “Dia adalah Khaulah binti Tsa’labah , seorang perempuan yang perkataannya di dengar Allah SWT dari atas langit yang tujuh. Apa pantas saya tidak mendengar ucapan perempuan itu? Sementara Allah SWT mau mendengarnya.”
Sistem Islam yang berasal dari wahyu Allah yaitu Al-Qur'an dan As-Sunnah menjadikan pemimpin dalam sistem ini tidak mengabaikan urusan rakyat karena mereka menyadari ini adalah sebuah tanggung jawab besar dan kelak di akhirat akan diminta pertanggungjawaban.
Rasulullah Saw bersabda, “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Jadi apabila sistem ini diterapkan seorang pemimpin (wakil rakyat) akan melaksanakan tugasnya dengan amanah karena mereka di dorong olek ketakwaan kepada Allah SWT. Hanya sistem Islam yang terbaik dan layak untuk diterapkan. Sistem Islam harus ditegakkan kembali karena hanya sistem Islam satu-satunya solusi tepat kehidupan umat.
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Kiki Ariyanti
Sahabat TintaSiyasi
0 Comments