TintaSiyasi.com -- Merespons maskapai Garuda Indonesia mengumumkan rencana restrukturisasi besar-besaran. Maskapai ini telah kehilangan uang selama bertahun-tahun (bahkan sebelum pandemi), dan memiliki hutang yang melumpuhkan, Ketua Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Salamudin Daeng mengatakan, restrukturisasi utang tidak akan menyelesaikan masalah, justru akan menjadikan Garuda terhempas lebih keras.
"Restrukturisasi utang tidak akan menyelesaikan masalah, namun justru akan menjadikan Garuda terhempas lebih keras," ungkapnya kepada TintaSiyasi.com, Senin (19/9/2022).
Ia mengungkapkan, Menteri Negara BUMN Erick Thohir, telah mengungkapkan rencana restrukturisasi pada maskapai Garuda Indonesia.
"Seperti dilansir Bloomberg: Garuda Indonesia akan menghentikan sebagian besar rute internasional, dengan beberapa pengecualian, termasuk penerbangan haji ke Arab Saudi; sebagian besar penerbangan jarak jauh akan dioperasikan sebagai bagian dari perjanjian codeshare dengan maskapai lain," imbuhnya.
Ia mengatakan, Garuda Indonesia akan fokus pada penjualan kelas bisnis, ekonomi premium (yang saat ini tidak dimiliki maskapai), dan kursi ekonomi, pada penerbangan “lokal”; Garuda Indonesia mungkin tidak lagi menawarkan first class.
"Maskapai saat ini hanya memiliki sekitar 30 pesawat, tetapi berniat mengembalikan armada ke ukuran pra-pandemi sekitar 120 pesawat; Garuda Indonesia akan memperoleh pesawat tambahan dari perusahaan leasing. Ini juga akan mengulang kesalahan lama. Ibarat keledai jatuh dua kali dalam lubang yang sama," ungkapnya.
Ia menjelaskan bahwasannya Garuda Indonesia tidak mungkin dapat membayar utang yang akan merestrukturisasi senilai $ 9,5 miliar, dan kesepakatan diduga telah dicapai dengan kreditur.
"Astaga utang 9 miliar dolar direstrukturisasi itu 135 triliun rupiah. Kalau kurs 25 ribu rupiah per dolar nanti berapa utang ini?" tanyanya.
Lanjut ia menjelaskan, Garuda Indonesia akan mengakhiri penerbangan jarak jauh. Ini sepertinya resep bencana Garuda Indonesia adalah maskapai penerbangan dengan karyawan yang luar biasa tetapi manajemen yang mengerikan. Setidaknya itu yang terjadi secara historis, karena dua mantan Dirut Garuda Indonesia didenda dan ditangkap karena korupsi.
"Masalahnya adalah bahwa Garuda Indonesia telah menempatkan dirinya di tempat di mana ia tidak lagi memiliki model bisnis yang layak, seperti halnya dengan begitu banyak maskapai milik pemerintah. Ya, memang benar bahwa menghasilkan uang di rute jarak jauh itu sulit, dan secara historis Garuda Indonesia mungkin mengoperasikan terlalu banyak rute untuk gengsi daripada keuntungan," terangnya.
"Tampaknya maskapai penebangan Indonesia akan segera diambil alih yang lain, siapa mereka? apakah mereka akan berkuasa lagi 2024 nanti. Kita lihat ya? Jadi presiden Jokowi dan Menteri Erick Tohir, jawablah permasalahan Garuda secara utuh. Jangan menambah masalah lagi di masa mendatang," tutupnya. [] Alfia Purwanti
0 Comments