Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Tawuran Merenggut Nyawa Remaja


TintaSiyasi.com -- Tawuran merupakan tindakan kekerasan yang dilakukan untuk melukai lawan dengan menggunakan alat maupun tidak. Baru-baru ini salah satu kasus tawuran sempat menjadi sorotan. Aksi kekerasan di jalanan yang dilakukan para remaja bahkan anak yang masih di bawah umur marak terjadi di sejumlah daerah. Seolah sudah menjadi persoalan klasik yang tidak pernah terselesaikan.

Salah satunya terjadi di Poris Indah, Cipondoh, Kota Tanggerang dimana berawal dari saling ejek di media sosial seorang remaja menjadi korban pembacokan tawuran. Ketika terjadi aksi tawuran, korban terpisah dengan kelompoknya karena mengejar pelaku (R). Dari arah belakang, korban dibacok oleh (D) dengan celurit hingga mengakibatkan punggung korban terbuka. 

Korban langsung dilarikan ke rumah sakit namun sayang nyawa korban tidak dapat diselamatkan. "Korban dalam hal ini inisialnya RH, meninggal dunia, laki-laki umur 23 tahun. Kemudian mengalami empat luka yang terbuka akibat tusukan di bagian punggung," tambah Zulpan. Setelah kejadian tersebut, Polres Metro Tanggerang Kota telah menetapkan tiga tersangka yang dua di antaranya masih di bawah umur (merdeka.com, 29/07/2022).

Berulangnya kasus tawuran serta penggunaan senjata tajam sehingga mengakibatkan adanya korban jiwa semestinya mendorong evaluasi yang mendasar dalam sistem pembangunan generasi yakni pendidikan di keluarga, sekolah, dan lingkungan bahkan negara.

Seperti yang kita lihat corak kehidupan saat ini sangat dipengaruhi oleh cara pandang sekularisme liberalisme. Paham yang berasal dari Barat di mana paham ini mengantarkan manusia pada kehidupan yang sekuler yakni memisahkan agama dari kehidupan sehingga pemisahan ini menghasilkan kebebasan dalam diri manusia. 

Manusia bebas berbuat sesuka hati tanpa takut perbuatan mereka dapat merugikan orang lain termasuk kemaksiatan dan mendapat dosa. Alhasil remaja menjadi rusak akibat dari kematangan fisik tapi tidak diimbangi dengan kematangan ketaatan. Lantas apa yang melatarbelakangi aksi kekerasan ini terjadi?

Pertama, kurangnya pemahaman individu terhadap agamanya sendiri. Tidak menuntut ilmu islam secara mendalam sehingga kurangnya pemahaman terkait Islam. Alhasil aktivitas yang dilakukan tidak memandang apakah ini mendatangkan pahala atau dosa. Padahal jelas di dalam Islam segala aktivitas yang dilakukan manusia akan dimintai pertanggungjawaban. Allah SWT berfirman:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا

Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya” (QS. Al-Isra ayat 36).

Kedua, lingkungan pertemanan. Seorang teman memiliki pengaruh yang sangat besar. Dan sesungguhnya seseorang akan mengikuti sahabat atau teman dekatnya dalam tabiat dan perilakunya. Banyak orang terjerumus pada kemaksiatan karena pengaruh teman bergaul yang kurang baik. Namun banyak orang pula mendapatkan hidayah dari Allah SWT dan mendapatkan banyak kebaikan disebabkan bergaul dengan teman-teman yang saleh. 

Dari Abu Musa ra, bahwa Nabi SAW bersabda: “Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap” (HR. Bukhori dan Muslim).

Ketiga, kurangnya kontrol orang tua pada anak. Orang tua masa kini menaruh perhatian yang sangat besar kepada sekolah yag bagus dan bergengsi untuk membentuk anak-anaknya menjadi anak yang pandai, cerdas dan berkarakter. Akan tetapi dalam kenyataannya, harapan orang tua masih jauh dari realisasinya. Kebiasaan yang terbentuk semasa kanak-kanak dan remaja kerap bertahan hingga dewasa. 

Sangat berbeda jika diatur dengan cara pandang Islam, dalam Islam mendidik seorang anak merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk dan mengembangkan karakter anak. Pendidikan Islam adalah suatu usaha untuk mengarahkan manusia menjadi beradab, bermanfaat, dan bermartabat. Menanamkan pendidikan Islam pada anak sejak dini berarti ikut mempersiapkan generasi yang berkarakter, karena anak-anak adalah calon generasi bangsa yang diharapkan mampu memimpin bangsa. 

Dan ini akan menjadi suatu kenyataan apabila negara berada dalam sistem Islam yakni khilafah. Karena negara berperan penting dalam menyediakan pendidikan berbasis akidah Islam. Sehinga dari pendididkan Islam terbentuklah generasi yang memiliki syakhsiyyah Islam yaitu pola pikir dan pola sikapnya sesuai dengan ajaran Islam. 

Wallahu a’lam bishshawab. []


Oleh: Ria Fauzia
The Voice Muslimah of Papua Barat
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments