Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Monkeypox Hadir, Kesejahteraan Tersingkir


TintaSiyasi.com -- Di Indonesia tiada hentinya berita terkait wabah. Semakin banyak penularan varian virus yang menyebar hingga ke negara Nusantara ini. Belum lagi pandemi usai total, sudah berdatangan wabah baru. Penyakit hewan langka yang disebabkan oleh infeksi virus monkeypox, cacar monyet.

Penyakit ini bermula teridentifikasi di Benua Afrika yang mana dikabarkan telah menyerang seorang pria asal Jakarta yang berusia 27 tahun. Pasalnya pria tersebut dinyatakan sepulang dari perjalanan luar negeri. Gejalanya ditandai dengan munculnya ruam bintik merah di kulit. Sementara, hingga saat ini sudah mencapai 89 negara di berbagai belahan dunia yang sudah mengidentifikasi adanya cacar monyet.

Berdasarkan data yang telah disebar, total kasus terkonfirmasi mencapai 41.358 kasus, sebagian besar dari Benua Eropa, lalu disusul Amerika Serikat. Peningkatannya mencapai 20%. Di Indonesia sendiri sudah tercatat 12 kasus kematian akibat cacar monyet. Tidak dipungkiri lagi jika Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan bahwa penyakit ini merupakan masalah darurat kesehatan global.

Cacar monyet ini diprediksi tidak sampai menjadi pandemic berat seperti Covid-19. Dikarenakan penularannya yang spesifik dan membutuhkan kontak erat. Namun, kita harus serius dalam menanggulanginya. Daripada jika berkelanjutan dalam jangka panjang, maka akan semakin melonjak dalam skala yang tidak terduga.

Penyakit ini mudah tertular dengan adanya kontak langsung, terlebih dengan orang yang telah terjangkit virus tersebut. Seperti halnya bersalaman dan menyentuh benda-benda sekitar yang diduga terkontaminasi virus. Dikarenakan cacar monyet yang tidak terlalu berat sakitnya, sehingga masyarakat bisa tenang. Selain itu, penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya (self limiting disease).

Sudah seharusnya bagi kita untuk selalu waspada terhadap segala keadaan dan kondisi. Setidaknya dengan adanya peningkatan kewaspadaan terhadap para petugas gerbang masuk Indonesia, seperti bandara ataupun pelabuhan untuk teliti dengan masuknya warga dari luar negeri dengan adanya ruam merah di kulit yang harus segera dilarikan ke fasilitas kesehatan terdekat. Upanya demikian guna menghentikan rantai penularan.

Pemerintah saat ini kurang bijak dalam menanggulangi wabah negeri. Oleh karena itu, tugas kita untuk menyalurkan edukasi pada masyarakat dengan baik. Segala informasi terkait masyarakat yang terjangkit virus harus segera dirujuk ke tenaga kesehatan. Jadi, jauh lebih baik lagi apabila pemerintah dapat bekerja sama dengan organisasi yang bersangkutan.

Sangat disayangkan, dengan kondisi negara yang sudah mengkhawatirkan, namun terindikasi masih menjadikan kapitalisme sebagai paradigma dalam membuat kebijakan. Pasalnya mereka masih lebih mementingkan aspek ekonomi ditengah wabah daripada menjaga nyawa manusia. Seharusnya umat mulai menyadari akan lambannya penanganan wabah tiada lain adalah problem sistemis. Oleh karena itu, solusinya harus dengan sistemis juga. Harus mengubah sistem, tiada lain hanya dengan sistem Islam.

Rasulullah bersabda, “Jika kalian mendengar wabah disuatu wilayah, janganlah kalian memasuki wilayah tersebut. Jika terjadi wabah di tempat kalian berada, janganlah kalian keluar dari wilayah tersebut” (H.R Bukhari).

Islam dalam mengatasi wabah sangatlah komprehensif dan dapat menyejahterakan masyarakatnya. Islam pun tidak main tarik biaya pengobatan apapun. Karena, masalah wabah sudah menjadi tanggung jawab pemerintah dalam melindungi negara dan mensejahterakan rakyatnya. Oleh karena itu, perlu adanya aturan yang baik dan benar. Tiada lain hanya dengan menjalankan syariah kaffah demi membangun daulah yang diridhai Allah SWT. 

Wallahu a’lam. []


Oleh: Diyanah Fadhillah
Sahabat TintaSiyasi
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments