TintaSiyasi.com -- Gantungkanlah cita-cita kita setinggi langit. Tapi jangan gantungkan cita-cita hanya pada kekuatan diri kita. Karena kekuatan diri kita sangatlah rapuh. Kita harus melibatkan Sang Khaliq dalam upaya meraih cita-cita. Sehingga nantinya kita tidak mudah putus asa saat cita-cita belum teraih. Tidak seperti kasus yang baru-baru ini menimpa pada seorang calon mahasiswa. Dikabarkan memilih bunuh diri sebab cita-citanya masuk kampus idaman tidak terwujud.
Dilansir dari hops.id (13/7/2022), "Jadi gini, adik gue kemarin ngide, jika dia keterima di UGM, dia bernazar akan memberikan bantuan santunan kepada anak yatim, sedangkan jika tidak diterima, ia akan suicide (bunuh diri). Adik gue sekarang korban, beneran bunuh diri dengan cara minum semua obat yang diberi psikiater dan OD alcohol," tulis kakak korban di sosial media.
Sedari Sekolah Menengah Pertama (SMP) Dena ingin sekali berkuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM). Namun, setelah ia berpacaran bukannya mendapat dorongan untuk bisa melewati kesulitan, Dena malah terganggu.
Kenapa pelajar itu punya nazar seperti itu? Banyak faktor yang melatarbelakanginya. Mulai dari lemahnya akidah. Keluarga yang kurang memperhatikan. Kesalahan pergaulan. Serta negara saat ini yang mengusung sistem kapitalisme. Negara yang kurang memperhatikan perlindungan terhadap rakyatnya.
Dia tidak tahu kalo bunuh diri dilarang dan termasuk salah satu dosa besar. Larangan itu disebutkan, antara lain dalam surah an-Nisa ayat 29 yang artinya, “Janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”
Nabi Muhammad SAW dalam riwayat Muslim dijelaskan: "Barangsiapa yang bunuh diri dengan besi, maka besi yang tergenggam di tangannya akan selalu ia arahkan untuk menikam perutnya dalam neraka jahanam secara terus-menerus dan ia kekal di dalamnya."
Barangsiapa yang bunuh diri dengan cara meminum racun maka ia akan selalu menghirupnya di neraka jahanam dan ia kekal di dalamnya. Barangsiapa yang bunuh diri dengan cara terjun dari atas gunung, maka ia akan selalu terjun ke neraka jahanam dan dia kekal di dalamnya (HR Muslim).
Hadis di atas menjelaskan bahwa orang yang mati bunuh diri akan kekal dalam neraka.
Muhyiddin Syaraf An-Nawawi dalam kitab Syarah Muslim-nya menghadirkan beberapa pandangan yang mencoba untuk menjelasakan maksud dari sabda Rasulullah SAW tentang kekekalan di neraka bagi orang mati karena bunuh diri.
Pertama, bahwa maksud dari ia (orang yang mati karena bunuh diri) kekal di dalam neraka adalah apabila ia menganggap bahwa melakukan tindakan bunuh diri tersebut adalah halal padahal ia tahu bahwa bunuh diri itu adalah haram. Karena itu maka tindakan menganggap halal bunuh diri menyebabkan ia menjadi kafir.
Adapun sabda Rasulullah SAW; "Maka ia kekal selama-lamanya di dalam neraka Jahanam", maka dalam hal ini dikatakan ada beberapa pandangan. Pertama, sabda ini mesti dipahami dalam konteks orang yang mati karena bunuh diri dan menganggap bahwa tindakan bunuh diri adalah halal padahal ia tahu bahwa bunuh diri itu haram. Maka hal ini menjadikannya kafir dan kekal di dalam neraka sebagai siksaan baginya (karena melakukan tindakan bunuh diri)” (Lihat Muhyiddin Syaraf An-Nawawi, Al-Minhaj Syarhu Shahih Muslim bin al-Hajjaj, Beirut, Daru Ihya`it Turats Al-‘Arabiy, cet ke-2, 1392, juz II, halaman 125).
Kasus di atas hanya contoh segelintir saja, masih banyak kasus kasus bunuh diri pelajar lainnya. Banyaknya kasus bunuh diri pada pelajar disebabkan karena pendidikan yang berlandaskan sekularisme yaitu pemisahan agama dari kehidupan gagal total dalam membangun kepribadian tangguh seorang Muslim.
Selain menghimpit para pelajar, sistem sekuler juga menghimpit kehidupan masyarakat. Penghasilan pas pasan tapi semua kebutuhan serba mahal. Sekolah sekolah mahal. Sehingga banyak anak-anak yang berasal dari keluarga tidak mampu harus putus sekolah.
Paradigma Dasar Pendidikan dalam Sistem Khilafah Islam
Pertama. Dalam sistem Khilafah Islam prinsip kurikulum, strategi, dan tujuan pendidikan berdasarkan akidah Islam. Dalam aspek ini diharapkan terbentuk SDM (Sumber Daya Manusia) terdidik dengan pola berfikir dan pola sikap yang Islami.
Kedua. Pendidikan dalam Khilafah Islam diarahkan pada pengembangan keimanan, sehingga melahirkan amal saleh dan ilmu yang bermanfaat. Prinsip ini mengajarkan pula bahwa di dalam Islam yang menjadi pokok perhatian bukanlah kuantitas, tetapi kualitas pendidikan. Perhatikan bagaimana Al-Qur'an mengungkapkan tentang ahsanu amalan atau amalan shalihan (amal yang terbaik atau amal saleh).
Ketiga. Pendidikan dalam Islam ditujukan dalam kaitan untuk membangkitkan dan mengarahkan potensi-potensi baik yang ada pada diri setiap manusia selaras dengan fitrah manusia dan meminimalisir aspek yang buruknya.
Keempat. Dalam pendidikan sistem Islam, keteladanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam suatu proses pendidikan. Dengan demikian sentral keteladanan yang harus diikuti adalah Rasulullah SAW.
Hanya Sistem Islam Solusi Terbaik
Dalam sistem Islam tujuan pendidikan adalah membangun kepribadian Islam yang tangguh. Dalam sistem Islam, sistem pendidikan bisa diakses pada semua warga negara dan menghasilkan masyarakat yang kokoh dan sejahtera. Sudah selayaknya kita membuang sistem pendidikan ala kapitalisme dan menggantinya dengan sistem Islam.
Wahai kaum Muslim, mari kita bergandengan tangan menyelamatkan mental dan akidah generasi. Yakni dengan melanjutkan kehidupan Islam dalam naungan Khilafah Islamiah.
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Venni Hartiyah
Sahabat TintaSiyasi
0 Comments