Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Dari Bullying Hingga Citayam Fashion Week, Ada Apa dengan Generasi Muda?

TintaSiyasi.com -- Di Hari Anak Nasional, Presiden Joko Widodo menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya seorang siswa di Tasikmalaya, yang menjadi korban perundungan. Menurut Jokowi, kasus perundungan merupakan tanggung jawab seluruh elemen masyarakat. Hal ini disampaikan presiden usai menghadiri puncak Perayaan Hari Anak Nasional di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat.

Butuh kerja sama dari orang tua, sekolah, tenaga pendidik, hingga masyarakat mencegah terulangnya kasus perundungan. Presiden berharap semua elemen dapat menjaga dunia bermain anak dari perundungan (kompas.tv, 23/07/2022) 

Sebelumnya dunia pendidikan Tanah Air kembali menyampaikan kabar duka atas meninggalnya seorang anak Sekolah Dasar (SD), FH (11) korban perundungan atau bully asal Tasikmalaya, Jawa Barat. Kabar meninggalnya murid SD kelas 6 itu kian memantik perhatian publik, lantaran dilatarbelakangi oleh masalah yang cukup serius.

FH dikabarkan mengalami depresi usai dirundung oleh teman sebayanya. Ia dipaksa untuk menyetubuhi kucing dan tindakan tidak senonoh itu direkam kemudian disebarluaskan di media sosial. Buntut tindakan bully itu, video perundungan itu viral, kemudian mengakibatkan FH trauma dan mengalami penurunan kondisi psikis, depresi hingga meninggal dunia (pikiran rakyat, 22/07/2022).

Kasus bullying (dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai “penindasan/risak”) merupakan segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang lain, dengan tujuan untuk menyakiti dan dilakukan secara terus menerus.

Sungguh miris potret generasi hari ini, meskipun dilakuan oleh anak SD namun tindakan ini sungguh jauh dari kata manusiawi, termasuk ekstrem untuk ukuran anak SD sebagai pelaku. Mengingat usia yang masih muda. Publik pun bertanya-tanya, bagaimana pola asuh dan pendidikan mereka? Apakah mereka tidak tahu perbuatan mereka salah? Di mana peran keluarga dan lingkungan? 

Hal ini tentu tidak bisa dipandang remeh, semakin hari kasus bullying di kalangan pelajar semakin meningkat dan tak jarang merenggut korban jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa generasi kita sedang tidak baik-baik saja. Kejadian ini mencerminkan betapa buruknya pengaturan yang diterapkan hari ini, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, pendidikan, juga pergaulan. 

Begitupun dengan fenomena Citayam Fashion Week yang kini viral di kalangan publik, khususnya para remaja sebagai pelaku utama. Reaksi publik pun bermuncukan mulai dari yang menilai sebagai seni, kreatifitas, bahkan tindakan yang meresahkan sebab dilakukan di jalan raya yang otomatis mengganggu ketertiban lalu lintas. Fakta di lapangan tak kalah memprihatinkan, pasalnya remaja-remaja yang terlibat tak jarang tinggal di kawasan tersebut bahkan ada yang putus sekolah, belum lagi fenomena LGBT bermunculan tentu semua itu ancaman bagi remaja sebagai penerus bangsa. 

Perlu perhatian secara penuh dan solusi yang tepat atas persoalan ini, karena menyangkut generasi muda sebagai penerus bangsa. Jika para generasi muda berperilaku keji dan jauh dari nilai Agama akan seperti apa masa depan negeri ini. Beragam persoalan yang menghampiri anak muda hari ini termasuk bullying bukanlah tanpa sebab dan suatu kebetulan belaka. tak dapat disangkal, salah satu faktor penyebabnya adalah sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan dan melahirkan liberalisme/kebebasan yang membuat perilaku kebablasan dalam segala hal dilakukan demi keinginan dan kesenangan tanpa peduli halal haram . 

Akibat perilaku bebas yang dijamin HAM, marak konten-konten negatif bertebaran baik pornografi atau kekerasan verbal serta fisik kerap dipertontonkan diberbagai platform media yang dengan mudah diakses oleh siapapun termasuk para generasi muda. Akibatnya generasi muda yang notabene mudah meniru, mencontoh aktivitas-aktivitas itu tanpa pikir panjang.

Sejatinya mereka pun korban dari buruknya sistem yang dianut oleh negara ini. Sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan melahirkan manusia berperilaku bebas tanpa memandang halal dan haram, demi kesenangan semua dilakukan tanpa ada batasan. Munculnya aksi perundungan yang ekstrem pada kasus meninggalnya bocah 11 tahun tadi memperlihatkan ada masalah dalam pemahaman mereka. Anak-anak usia sekolah dasar bisa berpikir melakukan hal semacam itu. Tidak mungkin jika belum pernah mendapat info sebelumnya.  Bisa saja mereka telah menjadi korban peredaran video porno yang bebas di media sosial. Atau bahkan merupakan korban perundungan sebelumnya. 

Dalam Islam pendidikan generasi seyogianya tak hanya dibebankan kepada orang tua, melainkan masyarakat dan negara pun ikut andil dalam proses pendidikan mereka. Negara di dalam Islam sebagai peri'ayah dan pemilik kekuasaan yang berwenang  untuk menentukan arah pandang pendidikan yang benar dan berlandaskan akidah Islam. Tidak seperti sekarang yang menjadikan materi sebagai tujuan hidupnya,  akibatnya tak jarang remaja hari ini yang sudah bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah memutuskan untuk berhenti sekolah. Bercermin dari berbagai persoalan yang menimpa generasi muda, sudah sepatutnya kita mengoreksi apa yang sang salah dan kurang dengan sistem pendidikan saat ini. 

Dalam sistem kapitalisme hari ini pendidikan hanya berfokus pada tujuan materi belaka, Agama mendapatkan porsi  sangat sedikit dalam mendidik generasi, Akibatnya generasi saat ini mengalami krisis moral karena kehidupan sekuler memberikan kebebasan berperilaku pada setiap individu, membentuk mereka menjadi manusia yang bebas dalam konteks jauh dari norma dan nilai-nilai agama, sehingga naluri mereka tidak terarah dan tidak terdidik dengan norma dan nilai agama.

Negara sebagai periayah rakyat berkewajiban menyaring segala informasi yang dapat merusak generasi, seperti segala konten porno, kekerasan, maupun tayangan berbau liberal yang berdampak menjauhkan generasi dari arah yang semestinya. Negara sebagai junnah/pelindung seharusnya serius dan waspada dalam menjaga dan melindungi anak-anak, karena merekalah calon generasi penerus bangsa. Hal ini harus diawali dengan mengubah pendidikan sekuler menjadi pendidikan Islam. Sebab hanya syariat Islamlah yang menjaga anak sesuai dengan fitrahnya, dan menjadikannya generasi berkualitas, yang produktif dalam kebaikan dan ketaatan kepada Allah SWT. 

Di samping itu, diperlukan lingkungan yang kondusif untuk menjaga pertumbuhan generasi. Sudah saatnya umat sadar dan bangkit agar sistem yang rusak tersebut segera diganti dengan sistem yang akan memudahkan kita sebagai orang tua dalam mendidik anak-anak kita, sistem yang kondusif untuk melahirkan generasi terbaik, yaitu dengan penerapan Islam secara kaffah oleh negara. Dengan berjalannya seluruh fungsi ini, serta menjadikan Islam sebagai sandaran, generasi kita akan  terselamatkan dari rusaknya sistem hidup yang ada saat ini. Dan tentunya akan melahirkan generasi yang berkualitas baik dalam pemikiran maupun perbuatan. 

Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Imroatus Sholeha 
Pegiat Opini
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments