TintaSiyasi.com -- Perundungan yang Terus Terulang
Bullying alias perundungan menjadi satu fenomena yang sangat sulit dihapuskan. Pada model sekolah manapun, bullying bisa terjadi. Ibarat “hukum rimba”, siapa yang kuat akan menindas siapa yang lemah.
Adalah F, Seorang bocah yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar Tasikmalaya Jawa Barat meninggal dunia karena depresi. Bocah itu sebelumnya diduga mengalami perundungan dari teman-temannya dengan cara dipaksa menyetubuhi kucing. Bocah berinisial F ini menghembuskan nafas terakhirnya di RSUD SMC Tasikmalaya. T (30) ibu korban mengatakan, putranya tersebut dipaksa teman-temanya menyetubuhi kucing sambil ditonton dan diolok-olok. Adegan itu ternyata direkam di ponsel teman-temannya. Parahnya, video tersebut disebarkan dan menjadi viral.
Karena videonya viral, bocah SD ini pun mengalami trauma dan penurunan kondisi psikis hingga depresi. Seminggu sebelum meninggal, rekamannya itu menyebar. Dia pun semakin di-bully teman-temannya. “Anak saya jadi malu, tak mau makan minum. Bahkan melamun sampai dibawa ke rumah sakit dan meninggal saat perawatan,” kata T (suara.com/21/7/2022).
Kasus bullying yang selalu terjadi harus segera dicarikan solusi tuntas agar bisa memutus siklusnya, harus ada upaya preventif untuk mencegah berulangnya kasus ini, karena hukuman yang diterapkan selama ini ternyata faktanya tidak memberikan efek jera.
Buah Sistem Sekuler
Sesungguhnya apa yang terjadi pada generasi remaja saat ini adalah buah dari diterapkannya sistem sekuler kapitalisme liberal yang memisahkan agama dari kehidupan hingga melahirkan kebebasan tanpa batas dalam segala aspek dalam menjalani kehidupan. Termasuk aspek dalam bertingkah laku. Derasnya arus informasi yang seperti tak ada filter, semakin tak terkendali mempengaruhi. Apalagi dengan konten-kontennya yang banyak berisi kekerasan baik game maupun film yang mudah sekali ditirukan dalam kehidupan nyata. Dan perilaku bullying ini merupakan siklus di mana kemungkinan pelakunya adalah korban dari pelaku bullying sebelumnya. Sistem pendidikannya pun sangat mengagungkan prestasi namun jauh dari pembentukan akhlak yang baik.
Inilah buah pendidikan dalam sistem sekuler yang melahirkan sistem pendidikan, sistem pergaulan, sistem informasi hingga sistem hukum yang tidak mampu menjaga generasi remaja dari kerusakan.
Hanya Islam Solusi Tuntas Perilaku Bullying
Allah berfirman dalam QS Al Hujurat ayat 11:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
Dalam ayat di atas jelas menyatakan bahwa Islam melarang keras perilaku merendahkan orang lain, oleh karena itu perilaku bullying tidak boleh dibiarkan. Ada 2 upaya yang bisa dilakukan sebagai terapi bullying remaja.
Yang pertama adalah upaya preventif atau pencegahan yaitu dengan mengembalikan peran keluarga, masyarakat dan negara.
Keluarga adalah tempat pendidikan dan pembentukan karakter yang terpenting bagi seorang anak remaja. Orang tua wajib memberikan pendidikan akidah yang kuat dan akhlak yang terpuji sekaligus memberikan teladan bagi mereka. Namun tak jarang, walau telah mendapat pendidikan yang baik dari keluarga, remaja masih saja terpengaruh ketika berada di luar rumah.
Maka dari itu tak hanya dibutuhkan peran orang tua dalam menjaga generasi remaja, namun juga membutuhkan peran dari masyarakat dan negara. Masyarakat harus peduli pada permasalahan yang terjadi di sekitarnya. Tidak individualis dan cenderung permisif. Anggota masyarakat wajib saling menasehati, mencegah perilaku yang menjurus pada perbuatan tercela dan selalu mengajak pada kebaikan.
Sedangkan negara berperan dalam mengambil sistem pendidikan yang menjamin terbentuknya perilaku dan akhlak yang terpuji, sistem informasi yang semakin menambah tsaqafah Islam, sistem pergaulan yang benar serta sistem hukum yang memberikan efek jera.
Yang kedua adalah upaya kuratif atau pengobatan, yaitu bagaimana mengobati mereka yang memiliki kecenderungan memiliki perilaku bullying dengan pendekatan yang akan mempengaruhi pola pikir remaja ketika berada dalam kehidupan, sehingga mereka meninggalkan perilaku tercela tersebut dengan penuh kesadaran.
Demikianlah memutus siklus bullying pada remaja dibutuhkan sinergitas antara keluarga, masyarakat dan negara, namun hal itu tidak dapat diwujudkan jika tetap berada dalam sistem sekuler di bawah pemerintahan demokrasi.
Maka dari itu sudah saatnya kita menerapkan syariat Islam yang sempurna menjaga jiwa, akal, harta dan kehidupan manusia dalam bingkai Daulah Khilafah yang akan menjamin tidak akan terjadi lagi kasus bullying atau perundungan di kalangan remaja.
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Maya Anggraini
Sahabat TintaSiyasi
0 Comments