Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Viralnya Remaja Negeri, Generasi Rusak Terjadi Sistemis

TintaSiyasi.com -- Akhir-akhir ini begitu banyak terdengar jelas bagaimana kondisi remaja yang semakin viral kehidupannya di atas tanpa keidentitas baik di dunia maya maupun di dunia nyata. Lebih menyedihkan adalah sebagaimana di peringatan Hari Anak Nasional Indonesia tahun 2022 pada sabtu, 23 Juli kemarin. 

Bocah kelas enam SD di Tasikmalaya jadi korban bullying. Bocah malang itu mengalami depresi hingga sakit keras dan akhirnya meninggal usai dipaksa menyetubuhi kucing oleh teman sebayanya. Na'udzubillahiminzalik.

Belum lagi Citayam yang semakin eksis. Citayam Fashion Week jadi booming sejagat maya. Hadirnya para selebritas menjadikan gaya ABG Citayam makin terekspos. Sampai pejabat yang turut hadir meramaikan Citayam Fashion Week.

Masalah ini menjadi pro kontra di masyarakat. Kelompok pro menganggap bahwa apa yang ABG Citayam lakukan itu positif. Menurut mereka, kreativitas anak muda di daerah SCBD patut mendapat apresiasi. Akan tetapi, tidak sedikit juga yang menganggap bahwa di balik fenomena ABG Citayam, ada cerita miris yang tidak terekspos. Citayam Fashion Week adalah aksi peragaan busana di zebra cross kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat. Layaknya Paris Fashion Week yang terkenal, para 'model' berlenggak-lenggok mengenakan busana khasnya sambil menyeberangi jalan. Bedanya, para 'model' yang meramaikan Citayam Fashion Week adalah remaja dari Depok, Citayam, dan Bojonggede, daerah penyangga Jakarta.

Beginilah kondisi remaja yang notabene akan menjadi generasi penerus agama dan bangsa. Ini tidak lain terjadi karena diterapkannya sistem kapitalisme demokrasi. Yang mengakibatkan remaja krisis identitas dalam menjalani kehidupan. 

Kerusakan generasi ini terlihat pada aspek pendidikan yang belum mampu memberikan edukasi secara jelas dan mumpuni untuk remaja. Kenapa bisa seperti ini? Tidak lain akibat sistem pendidikan kapitalisme sekuler, terjadinya pemisahan antara agama dengan kehidupan, yang pada akhirnya membuat pelajar tidak mengetahui arah tujuan yang jelas dalam menjalani kehidupan.

Selain itu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak atau remaja negeri asas liberal yang merupakan produk dari sistem kapitalisme membuat mereka menjadi generasi yang bebas semaunya sendiri tanpa ada batasan. Mereka tidak lagi mengindahkan aturan-aturan dalam kehidupan. Mereka juga abai dengan kepentingan orang lain. Bagi mereka yang terpenting adalah diri mereka sendiri. 

Yang kita tau bersama bahwa dengan asas liberal ini telah menumbuhkan jiwa kebebasan pada generasi yang membuat mereka lalai pada aturan Penciptanya. Mereka mengekspresikan eksisistensi mereka dengan  pemahaman yang salah yang sudah terbentuk dari dini akibat dari sistem kapitalisme demokrasi.

Kondisi remaja sekarang jauh beda dengan kondisi remaja dalam sistem Islam. Untuk mewujudkan generasi  yang memahami makna kehidupan, maka hal yang pertama adalah membutuhkan peran orang tua dan sekitarnya, dan termasuk dukungan sistem sebagai wadah institusi negara. 

Memberikan pemahaman kepada remaja Muslim bahwa diciptakannya di dunia memiliki maksud dan tujuan serta seperangkat aturan yang membersamainya dalam menjalani kehidupan tersebut. Memaknai hidup adalah ibadah, pastinya akan membuat remaja selalu terikat dengan syariat Islam. Memiliki syakhsiyah atau kepribadian Islam sehingga pola pikir dan sikap mereka adalah Islam. Maka tidak heran ketika sistem Islam ditegakkan, output-nya adalah seperti Muhammad Al-Fatih, Ali Bin Abi Thalib,  dan masih banyak lagi, yang kehidupannya berorientasikan akhirat. 

Wallahu a'lam. []


Oleh: Siti Hajar
Aktivis Dakwah, Pemerhati Remaja
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments