Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Sistem Ekonomi Islam Solusi Krisis Ekonomi Global


TintaSiyasi.com -- Sri Lanka menjadi sorotan dunia karena krisis ekonomi yang tengah dihadapinya saat ini. Perekonomian Sri Lanka tengah terpuruk, bahkan negara yang berada di kawasan Asia itu telah dinyatakan bangkrut (dikutip dari Kompas.com). Faktor terbesar penyebab bangkrutnya Sri Lanka diduga karena terjerat hutang dari Cina. Pembangunan infrastruktur yang didanai Cina dengan skema Belt and Road Initiative (BRI), salah satunya adalah proyek Pelabuhan Hambantota yang merugi dan berujung pada perjanjian sewa pelabuhan pada Cina selama 99 tahun.

Padahal dulunya Sri Lanka adalah negara yang cukup kaya dan termasuk dalam negara berpenghasilan menengah, sebanding dengan Filipina hingga sempat membuat iri India. Sri Lanka merdeka pada 4 Februari 1948 dan merupakan anggota negara-negara persemakmuran. Sebelum Sri Lanka krisis, hampir semua rumah tangga di Ibu kota Colombo mampu membeli gas, namun setelah Sri Lanka bangkrut warga ramai-ramai beralih ke kayu bakar. 

Kondisi dalam negeri begitu mengkhawatirkan hingga pemerintah menyetop impor untuk mengendalikan cadangan mata uang asing dan menggunakannya untuk melunasi utang yang kini berstatus gagal bayar. Hal ini menyebabkan kelangkaan barang-barang (cadangan pangan, bahan bakar, obat-obatan, dan kebutuhan pokok lainnya). Krisis pangan membuat masyarakat melakukan panic buying dan penimbunan yang memberikan efek kelangkaan bahan pokok di berbagai tempat.

Selain itu, media menyoroti jumlah kekayaan Rajapaksa yang “gila-gilaan” di tengah rakyatnya yang kesulitan. Harta kekayaan keluarga Rajapaksa mencapai 18 miliar US dollar atau lebih dari Rp 257 triliun. Politik dinasti trah Rajapaksa menggurita turut menyebabkan krisis Sri Lanka (dikutip dari muslimahNews.com). 

Sri Lanka bangkrut tidak terlepas dari kegagalan pemerintah menghentikan krisis ekonomi terburuk yang dihadapinya dalam sejarah kemerdekaannya. Imbasnya Sri Lanka gagal bayar Utang Luar Negeri (ULN) yang mencapai 754 Triliun plus bunga pada Cina dengan selisih sekitar 1,5 – 2 miliar dolar AS. 

Kemudian mari kita berkaca pada keadaan ekonomi negara sendiri, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan bahwa fakta perekonomian Indonesia dan Sri Lanka berbeda sehingga sangat kecil potensi Indonesia gagal bayar utang dan terjadi krisis seperti Sri Lanka. Padahal tahun ini, utang Indonesia mencapai Rp 7 ribu triliun, 10 kali lebih banyak daripada utang Sri Lanka, belum lagi alokasi utang luar negeri yang juga besar untuk pembiayaan proyek infrastruktur. Persis seperti Sri Lanka yang proyeknya didanai dari utang. APBN selalu defisit setiap tahunnya. Mirisnya lagi defisit ini ditambal dengan utang penerimaan pajak yang kian turun tiap tahunnya. Artinya, Indonesia menutup utang dengan utang sehingga bila dicermati dengan baik, skema terburuknya bisa saja apa yang terjadi di Sri Lanka juga akan terjadi di Indonesia (dikutip dari muslimahNews.com).

Inilah yang terjadi dalam sistem ekonomi kapitalisme, sosialisme, dan mix economic yang berkembang berdasarkan pemikiran Barat telah menunjukkan kegagalan dalam meningkatkan harkat hidup orang banyak, terutama negara-negara berkembang. 

Dalam Islam tujuan penggunaan perekonomian, penggunaan harta, dan hubungan antar manusia juga hubungan lingkungan masyarakat harus didasarkan pada Al-Qur'an dan hadis, sistem ekonomi Islam (syariah) menerapkan bahwa seluruh harta perekonomian harus digunakan sesuai petunjuk syariat Islam. Oleh karena itu Al-Qur'an menegaskan "Bahwa harta dan kekayaan harus didistribusikan secara adil dan merata, tidak boleh berhenti atau berputar di kalangan elit saja” (TQS Al-Hasyr 59:7).

Implementasi sistem ekonomi konvensional yang menempatkan uang sebagai komoditi menjadi salah satu penyebab timbulnya krisis global. Sistem ekonomi Islam menjamin bahwa praktik secara langsung berhubungan dengan ekonomi riil. Sistem ekonomi konvensional menerapkan bunga (riba) pada setiap transaksi. Sedangkan sistem ekonomi Islam mengharamkan riba. Riba termasuk transaksi bisnis yang menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lainnya. Pengharaman riba adalah upaya untuk peningkatan kesejahteraan yang dijunjung tinggi dalam ekonomi Islam.

Ditambah lagi, pembayaran konvensional biasanya didasarkan pada janji untuk membayar di mana aset riil peminjam tidak disertakan dalam transaksi. Dampaknya pembiayaan konvensional bisa tumbuh beberapa langkah ke depan perekonomian riil, hal ini berakibat pada penggelembungan (inflasi) dan spekulasi harga aset yang tidak dibenarkan. Inilah yang menyebabkan ekonomi konvensional yang begitu rentan terhadap krisis.

Oleh karena itu krisis ekonomi yang sedang melanda Sri Lanka dalam kebangkrutan dan melanda dunia secara global, menjawab secara transparan kekuatan rapuh dari sistem ekonomi kapitalisme. Munculnya sistem ekonomi Islam menjadi solusi yang tidak terbantahkan dalam krisis keuangan atau ekonomi global. Pilar-pilar prinsip yang dimiliki oleh sistem ekonomi Islam kaffah dapat mendukung dan memperkuat perekonomian. Prinsip-prinsip ekonomi syariah Islam yang tidak dimiliki oleh sistem ekonomi konvensional merupakan kunci keberhasilan dalam menghadapi krisis ekonomi global saat ini. Dan hanya dengan penerapan secara kaffah ekonomi Islam yang akan menuntaskan segala permasalahan umat di seluruh penjuru dunia oleh Khilafah ‘ala minhaj annubuwah.

Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Yani Riyani
Sahabat TintaSiyasi
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments