Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pendidikan Sekuler vs Pendidikan Islam


TintaSiyasi.com -- Kehidupan dalam sistem sekuler (pemisahan agama dengan kehidupan) yang diterapkan di negeri ini, memang sangat pelik. Semua orang, hampir dihantui dengan masalah-masalah yang tak mampu diselesaikan. Ditambah dengan ketakwaan yang minim, membuat orang mudah sekali memutuskan solusi bagi permasalahannya adalah bunuh diri. 

Padahal selama manusia hidup di dunia, tidak ada masalah yang tak dapat diselesaikan, tidak ada kesedihan yang abadi, tidak ada pula kesenangan yang abadi. Tapi paradigma berpikir yang rusak membuat orang tak mampu berpikir jernih. Sehingga ia tak mampu meyakini bahwa setiap masalah di dunia pasti ada jalan keluarnya.

Sungguh tragis, seorang siswi nekat bunuh diri, karena tidak diterima di PTN impiannya. Ada pula mahasiswa yang tak lulus kuliah, selama 7 tahun melakukan gantung diri. Kedua kasus di atas, mungkin belum mewakili dari sekian banyak kasus kelamnya wajah pendidikan di negeri yang menerapkan sistem demokrasi ini. Bagaimana mungkin, orang yang mengenyam pendidikan bisa melakukan tindakan demikian? 

Seyogianya orang yang mendapat pendidikan di sekolah ataupun di kampus, mampu menyelesaikan masalah hidupnya. Bukankah, memang salah satu dari tujuan pendidikan adalah mendewasakan manusia? Membuatnya menjadi orang-orang yang memiliki kepribadian yang kokoh sehingga mampu menyelesaikan setiap problem dalam hidupnya. Namun mengapa, yang terjadi adalah sebaliknya? 

Artinya, ada yang tidak beres dengan penerapan pendidikan di negeri ini. Sehingga gagal mencetak orang-orang yang memiliki kepribadian kokoh. Himpitan ekonomi keluarga, sulitnya akses pendidikan serta kurikulum pendidikan berbasis sekuler melahirkan orang-orang yang tidak berkarakter dan memiliki kepribadian yang rapuh.   

Pendidikan berbasis akidah sekuler nyatanya gagal dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang sebenarnya. Karena, dalam kurikulumnya, capaian keberhasilan pelajar adalah nilai, bukan kepribadian. Standar kebahagiaan yang dibentuk juga adalah materi. Kebahagiaan dalam pandangan pelajar adalah mendapat nilai tinggi, walaupun diraih dengan mencontek. 

Sudah menjadi rahasia umum, jikalau ada yang memiliki nilai tertinggi dengan karakter yang rapuh bisa menjadi juara kelas. Atau, suap untuk bisa masuk di perguruan tinggi impian. Atau pendidikan berkualitas hanya untuk orang yang punya uang banyak. Jikalau sudah begini, bagaimana mungkin pendidikan karakter bisa diraih? Adakah solusi yang tepat?

Pendidikan berbasis akidah Islam adalah solusinya. Pendidikan dalam Islam dapat dirasakan oleh semua warga negara Islam secara gratis. Khalifah sebagai kepala negara Islam, mengupayakan agar setiap elemen masyarakat dapat mengenyam pendidikan berkualitas. Pendidikan berkualitas dalam Islam tidak hanya dirasakan oleh segelintir orang kaya saja, namun dapat dirasakan oleh seluruh warga negara. 

Tujuan pendidikan di dalam Islam pun adalah menguasai tsaqafah Islam, mencetak generasi yang beriman dan bertakwa serta menguasai ilmu pengetahuan. Sehingga terbentuk orang-orang yang memiliki kepribadian kokoh. Jikalau sudah takwa mengajam di dalam sanubari, apakah mungkin, bunuh diri menjadi solusi? Tentu impossible

Namun, pendidikan Islam tidak akan mampu berdiri independen, tanpa sokongan dari ekonomi dan politik Islam. Begitu pula dengan ekonomi dan politik Islam, tidak bisa tegak dalam naungan negara sekuler. Maka, untuk menegakkan pendidikan Islam, negara Islam wajib ditegakkan. 

Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Radayu Irawan, S.Pt.
Sahabat TintaSiyasi
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments