Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Model Negara Berbasis Utang Kapitalis Adalah Penyebab Krisis Ekonomi


TintaSiyasi.com -- Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM) Agung Wisnuwardana menyatakan bahwa model ekonomi negara berbasis utang kapitalis adalah akar penyebab krisis ekonomi.

“Model ekonomi berbasis utang kapitalis negara tersebut (Sri Lanka) yang berusaha membangun negara dengan pinjaman berbasis bunga besar dari negara-negara Asing, terutama Cina, dalam beberapa tahun terakhir adalah akar penyebab krisis ekonomi,” lugasnya dalam video singkat berjudul Rajapaksa Akhirnya Mundur di YouTube Aspirasi News, Sabtu (16/07/2022).

Wisnu mengatakan, kapitalisme merupakan akar krisis ekonomi Sri Lanka, sebagaimana krisis ekonomi yang terjadi di negara demokratis lainnya. “Sifat krisis ekonomi yang memengaruhi Sri Lanka dan negara demokratis lainnya mungkin berbeda, tetapi korban kepada rakyat jelata adalah senada sebagaimana akar penyebab kesengsaraan umat manusia, yaitu sistem kapitalis, peraturan serta kebijakan yang “

“Dari Sri Lanka bisa ditelaah bahwa ada kesalahan pengelolaan dana publik oleh pemerintah dan keputusan ekonomi yang buruk telah memainkan peran yang besar dalam kesengsaraan negara sekarang,” sebutnya.

Lebih jauh, ia mengatakan, pada awal tahun 2000-an pemerintah Sri Lanka beralih ke China untuk mendanai banyak proyek infrastruktur. China menginvestasikan 12 miliar USD dalam proyek sejenis antara tahun 2006 – 2019, yang secara efektif menggadaikan negara itu ke Beijing.

“Disebabkan tidak mampu lagi membayar pinjaman, pemerintah Sri Lanka mengambil pinjaman berbasis bunga lainnya untuk membayar utangnya ke China, sehingga menyebabkan utang luar negerinya lepas kendali. Diperkirakan sebesar 119 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2021. Tahun 2022 negara tersebut memiliki utang luar negeri sebesar tujuh miliar USD untuk dibayar, sementara cadangan mata uang asingnya hanya sekitar dua miliar USD,” mirisnya.

Ia menyayangkan, akibatnya pemerintah mencari bailout dari IMF yang kebanyakan pasar bebas kapitalis yang penuh dengan konsekuensi yang penuh bencana, seperti yang dialami banyak negara Afrika, Amerika Selatan, dan Asia.

“Badan kapitalis IMF telah mengubah negara-negara itu menjadi pecandu pinjaman, sementara memiskinkan rakyatnya melalui program penyesuaian struktural yang memotong pengeluaran pemerintah untuk pendidikan, biaya perawatan kesehatan, meningkatkan ekspor murah sumber daya alam (SDA) negara, dan menyebabkan kehancuran industri lokal melalui manipulasi ekonomi untuk mengimpor lebih banyak barang asing yang semuanya memperkaya negara-negara Barat, sedangkan mencekal ekonomi negara miskin dan mendorong mereka ke dalam utang lebih banyak,” urainya.

Wisnu mengungkapkan, begitulah gambaran dari sistem kapitalisme yang memungkinkan privatisasi SDA, seperti minyak dan gas yang telah memungkinkan bisnis secara efektif, menahan negara-negara untuk menebus dengan imbalan agar mereka menerima apa yang menjadi kebutuhan pokok di bawah panji liberal, kebebasan kesengsaraan ekonomi, dan kemiskinan.

“Hal ini merupakan ketidakamanan finansial yang memengaruhi jutaan manusia di negara ini tercermin di negara demokratis lainnya di seluruh dunia di bawah bayang gelap sistem kapitalisme yang beracun,” tandasnya.

Rajapaksa

Wisnu mengatakan, Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa yang resmi mengundurkan diri pada Jumat (15/07/2022) dan melarikan diri ke Singapura untuk menghindari perlawanan rakyatnya akibat krisis. “Pengunduran presiden memicu kegembiraan di kota utama Sri Lanka, Kolombo, dan disambut gembira oleh rakyatnya pada Kamis malam (14/07/2022).

"Surat pengunduran Rajapaksa dikirim pertama kali melalui email ke Ketua Parlemen Sri Lanka Mahinda Yapa Abeywardena, kemudian surat dikirim dalam bentuk hard copy. Akibat pengunduran tersebut, unjuk rasa terus meluas di Sri Lanka," terangnya.

Lanjut ia katakan, sebagian besar kemarahan dan kesalahan atas krisis ekonomi di negara tersebut di arahkan kepada presiden dan keluarganya. “Keluarga Rajapaksa termasuk dinasti politik paling kuat di negaranya dan memegang posisi presiden, perdana menteri, Menteri Keuangan, dan beberapa jabatan kabinet senior lainnya,” bebernya.

“Selain itu, presiden yang mendorong agenda ultranasionalis yang keras ini juga dituduh melakukan korupsi, salah mengelola ekonomi, dan mendorong negara menuju kebangkrutan," imbuhnya.

Ia menambahkan, sejak Maret telah terjadi protes luas yang menyerukan presiden disingkirkan dari kekuasaan dan diminta bertanggungjawab atas keadaan ekonomi yang mengerikan dan sekarang sedang dihadapi oleh 22 juta penduduk Sri Lanka.

“Namun, Rajapaksa yang diketahui seorang mantan anggota militer yang dituduh melakukan kejahatan perang ketika ia menjabat sebagai Menteri Pertahanan menolak mengundurkan diri selama berbulan-bulan. Pengunduran dirinya pada pekan ini akan menandai berakhirnya penahanan dua dekade yang dimiliki oleh keluarga Sri Lanka atas politik negaranya,” tuntasnya.[] Nurmilati

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments