Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Milenial Lakukan Self Harm, Waduh!


TintaSiyasi.com -- Kehidupan milenial saat ini tidak terlepas dari beragam fenomena. Melakukan satu aktivitas saja bisa viral di mana-mana. Hanya dalam sekejap terkenallah ia di seluruh media sosial. Hanya saja, tidak semua aktivitas itu berdampak baik, banyak juga yang berdampak buruk bahkan menyakiti dirinya hingga hilanglah nyawanya.

Ada fenomena self harm yang belakangan ini cukup santer terdengar. Self harm adalah perilaku melukai diri sendiri akibat kekecewaan, kekhawatiran, ketidakpercayaan diri, dan semacamnya. Seseorang yang mengalami trauma atau kesehatan mentalnya terganggu cenderung akan melakukan self harm ini. Parahnya, jika hal ini terus menerus dilakukan, maka pelaku bisa saja menjemput ajalnya dengan cepat.

Perilaku self harm mungkin tidak akan diungkap oleh para pelakunya. Mereka hanya menganggap bahwa ini adalah hal yang wajar. Jikapun ditanya oleh orang-orang di dekatnya, mereka akan berkata yang berbeda, seperti kecelakaan kecil, tergores tanpa disengaja, atau bahkan dijadikan sebagai bahan candaan.

Self harm memang terlihat seperti luka kecelakaan, goresan pisau, atau luka jatuh. Namun, perilaku self harm ini melebihi batas luka orang jatuh, karena terlampau banyak jejak di tubuhnya. Bahkan tak jarang yang dibiarkan begitu saja tanpa diobati. Inilah yang membuat orang meragukan pernyataan para pelaku self harm.

Pelaku self harm jika dilihat dan diamati, akan cenderung memiliki dunianya sendiri. Suka menyendiri dan mengurung diri. Kondisi seperti ini mendukung mereka untuk leluasa melakukan self harm karena tidak ada yang mengusik atau menghalanginya melakukan self harm.

Oleh karena itu, sudah seharusnya orang-orang di sekitarnya saling memperhatikan dan peduli terhadap kondisinya. Memang tak mudah untuk mengembalikan motivasi hidup yang lebih baik, tetapi ketika usaha itu ada, keberhasilan pun juga memiliki peluang.

Terlebih lagi, pelaku self harm ini kebanyakan dari kaum milenial yang masih memiliki potensi untuk bangkit membangun peradaban yang lebih baik. Apa jadinya jika generasi perubahan justru terpuruk dan menghancurkan potensinya? Tentu negeri ini akan sangat menyesal karena kehilangan potensi yang luar biasa.  

Milenial yang bisa dikatakan para pemuda atau syabab memang memiliki potensi yang sangat besar. Lihat saja dari kekuatan fisiknya, kecapakan tingkahnya, kecerdasan pemikirannya, hingga keberaniannya mengambil risiko, mampu menunjukkan bahwa para syabab ini bisa melakukan perubahan menuju kehidupan yang lebih baik bagi seluruh umat manusia. Para syabab juga akan menjadi tonggak peradaban suatu negeri.

Sejarah Islam menjadi salah satu bukti yang mencatat bahwa banyak syabab yang menjadi garda terdepan dalam perubahan. Menjadi pionir dalam bertindak. Bahkan menjadi harapan untuk menegakkan kebenaran di bumi Allah ini. Jika disebutkan satu per satu, maka tak habis-habislah ceritanya.

Sungguh, para syabab ini harus mengerti betul potensinya. Dua puluh empat jam dalam sehari mungkin tak akan cukup untuk memikirkan seberapa berharganya dirinya dan seberapa penting kedudukannya dalam mengubah dunia. 

Oleh karena itu, untuk menjadi syabab yang diharapkan oleh seluruh kaum Muslim, maka berdayakan tenaga, jiwa, dan pemikiran hanya berlandaskan dengan Islam. Seluruh masalah kehidupan harus mampu diselesaikan dengan solusi Islam. Inilah syabab yang mengerti tentang arti kehidupan yang sesungguhnya.

Wallahu a’lam bishshawab. []


Oleh: Maulinda Rawitra Pradanti, S.Pd.
Aktivis Muslimah Bali
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments