TintaSiyasi.com -- Pemkab Sumedang berencana melanjutkan proses ekskavasi fosil di Desa Jembarwangi dan Desa Darmawangi, Kecamatan Tomo, Kabupaten Sumedang pada Juni 2022 ini. Ekskavasi dilanjutkan setelah sebelumnya ditemukan berbagai fosil di wilayah tersebut.
Kepala Bidang Kebudayaan dari Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Budi Akbar mengatakan, proses ekskavasi kali ini sebagai kelanjutan dari kegiatan ekskavasi sebelumnya yang dilakukan Balai Arkelog, peneliti dari ITB, dan Badan Geologi (5/6/2022).
"Fosil binatang purba yang berhasil ditemukan selama ini diantaranya gajah purba atau stegodon, fosil badak, taring buaya, fosil rusa, dan fosil lain. Bahkan ada temuan fosil binatang laut berupa kerang moluska yang ditemukan di permukaan sebuah bukit," ungkap Budi kepada detikJabar, Sabtu (4/5/2022).
Kendati demikian, lanjut Budi, proses ekskavasi kali ini tidak menutup kemungkinan menemukan fosil manusia purba. Pasalnya, proses ekskavasi sebelum-sebelumnya telah berhasil menemukan sejumlah perkakas dari manusia purba. Terkait temuan fosil purbakala di Sumedang, kata Budi, telah menarik perhatian Balai Pelestari Situs Manusia Purba Sangiran, Jawa Tengah dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset Teknologi (Kemendikbud Ristek).
Bahkan, menurut peneliti dari Balai Geologi, sambung Budi, fosil-fosil yang ditemukan di Sumedang kemungkinan usianya lebih tua dibandingkan dengan temuan di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Namun, yang menjadi paradoks adalah ketika kita melihat realitas negara Indonesia yang mayoritas Muslim, mengapa menjadi pusat peribadatan agama Hindu? Inilah yang menjadi alasan mengapa peresmian Candi Prambanan sebagai pusat peribadatan agama Hindu di dunia menjadi momentum dalam memperkuat moderasi beragama.
Padahal, mata pencaharian mereka hanya bertani atau nelayan. Lalu bagaimana kompensasinya pada mereka yang kehilangan mata pencaharian? Sungguh nelangsa, pekerjaan yang ditawarkan pada mereka adalah pekerjaan dengan upah di bawah rata-rata, seperti penjaga karcis, cleaning service, dan lainnya. Tidak hanya itu, mereka juga terus berupaya menjegal perjuangan tegaknya hukum-hukum Islam di muka bumi.
Maka umat tidak boleh diam, harus berjuang melakukan perubahan dengan melakukan langkah nyata. Memberikan pemahaman Islam kaffah kepada umat manusia, khususnya umat Islam. Menyadarkan umat bahwa Islam tidak hanya mengatur ibadah ritual dan spiritual, tetapi juga mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, seperti sistem pemerintahan, uqubat, interaksi laki-laki dan perempuan, pendidikan, kesehatan, dan aspek lainnya.
Membangun kesadaran politik umat dengan menanamkan akidah Islam yang kukuh di benak umat, serta menjelaskan arah politik Islam yang harus diperjuangkan, serta menelaah dan mengkaji setiap peristiwa politik yang terjadi dan menganalisisnya dari sudut pandang Islam.
Dengan demikian umat akan memiliki kesadaran politik Islam yang khas. Dan memiliki kesadaran untuk berjuang mengganti sistem yang diadopsi hari ini, yaitu sistem sekuler dan menggantinya dengan sistem Islam yang menerapkan syariat Islam kaffah sehingga akan tercipta kebaikan bagi seluruh umat manusia, baik Muslim maupun non-Muslim.
وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الأرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ الْآيَةَ
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah” (QS Al-An’am: 116), hingga akhir ayat.
Agama-agama lain sebelum agama kita berselisih pendapat diantara sesamanya menjadi beberapa golongan yang masing-masing berpegang kepada pendapat-pendapat dan prinsip-prinsip yang batil. Setiap golongan mengira bahwa dirinyalah yang benar.
Menjadi penting untuk dipahami oleh umat bahwa menjadikan pariwisata sebagai bagian dari uslub dakwah bukan hanya berbicara sebatas konsep teknisnya saja, namun lebih dari itu, kita harus membenahi landasan tata kelola negara yang sekuler menjadi Islam agar sektor pariwisata kembali memiliki fungsi utamanya yaitu syiar Islam.
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Saleema Dymy Destiranti
Sahabat TintaSiyasi
0 Comments