Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Mengapa Terjadi Krisis Ekonomi di Negeri Penghasil Grafit Terbanyak di Dunia?


TintaSiyasi.com -- Baru-baru ini ramai sekali pemberitaan tentang bangkrutnya negara penghasil grafit terbesar di dunia, yaitu Sri Lanka.

Sri Lanka didera krisis dan disebut bangkrut.
Rakyatnya harus mengantre berhari-hari untuk mendapat bahan bakar. Ilustrasi PM Sri Lanka Ranil Wickremesinghe (Ngopibareng.id). Penyebab terjadinya krisis ekonomi yang di alami Sri Lanka diakibatkan gagalnya membayar utang luar negri lebih dari Rp.700 triliun dan inflasi lebih dari 50%.

Dampak dari krisis ekonomi akibat tidak mampu membayarng utang ini membuat amarah warga di sana memuncak dan terjadi pemadaman listrik, harga kebutuhan pokok yang meroket tajam, dan kelangkaan bahan bakar. Lalu, banyak rumah sakit kehabisan obat-obatan dan persedian penting kesehatan.

Dalam perspektif ekonomi Islam, penyebab utama krisis ekonomi dan keuangan salah satunya dikarenakan adanya kelakuan buruk para pelaku ekonomi. Di antaranya adalah keserakahan, individualis, hedonisme, spekulasi, gharar, dan curang. Perilaku buruk lainnya adalah monopoli, penimbunan, kontrol harga, manipulasi, informasi asimetris (tidak seimbang), tidak ada keadilan distributif, keserakahan, dan lain-lain. Semua itu juga dapat memicu krisis keuangan.

Bila pelaku ekonomi telah terbiasa bertindak di luar tuntunan ekonomi Ilahiah, maka tidaklah berlebihan bila krisis ekonomi yang melanda adalah suatu malapetaka yang sengaja diundang kehadirannya. 

Hal ini seperti firman Allah SWT di dalan QS. Ar-rum ayat 40, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” dan di dalam QS. As-Syura ayat 30, “Dan apa saja yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri dan Allah mema’afkan sebahagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).”

Begitu juga dengan sabda Rasulullah SAW, “Bila satu kaum melakukan perzinaan secara terang-terangan, mereka akan diserang oleh penyakit yang belum pernah dialami oleh nenek moyang mereka. Bila mereka mengurangi timbangan (menipu dalam perdagangan) mereka akan dihukum dengan kapapaan dan kemiskinan serta kezaliman pihak atasan. Bila mereka enggan membayar zakat, mereka akan terhalang oleh hujan dari langit, dan kalau tidak karena adanya hewan dan binatang ternak, tidaklah akan diturunkan hujan. Bila mereka melanggar janji Allah dan Rasul-Nya, maka mereka akan dijajah oleh musuh dari bangsa lain yang akan merampas sebahagian dari harta mereka” (HR. Ibnu Majah dan Baihaqi).

Kejahilan manusia ini terjadi tidak terlepas dari sifat ketamakan atau kerakusan manusia yang lebih mementingkan diri sendiri (selfishness) ketimbang kemaslahatan umat (public interest) sehingga mereka tidak mau mendengar panduan Ilahi, seperti disebutkan Allah SWT dalam dua ayat berikut ini: “...Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi Allah dengan berbuat kerusakan” (QS. Al-Baqarah: 60) dan ”....dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan” (QS. Asy-Syu’ara: 183).  

Melakukan praktek ekonomi yang bertentangan dengan syariat Islam seperti disebutkan dalam ayat-ayat di atas merupakan suatu tindakan yang tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga akan merusak sendi-sendi kehidupan ekonomi umat. Karena setiap aturan Ilahiah senantiasa mengandung kemaslahatan bagi umat baik di dunia maupun di akhirat kelak. Sebaliknya, pelanggaran syariat Islam baik yang dilakukan dengan sengaja maupun tidak, pasti akan mengundang malapetaka (ganjaran setimpal) langsung atau tidak langsung dari Allah SWT. Krisis ekonomi merupakan salah satu contoh malapetaka atau cobaan yang datang dari Allah ketika kita sebagai hambanya tidak mengindahkan syariat yang telah ditetapkan-Nya.

Dari kasus yang terjadi di Sri Lanka ini seharusnya menjadi pelajaran penting bagi negeri lain khususnya negara kita tercinta yaitu Indonesia agar meninggalkan kepercayaan kepada sistem kapitalisme untuk akhirnya beralih kepada sistem Islam dalam menyelesaikan segala permasalahan kehidupan, karena Islam merupakan agama yang di dalamnya mengatur segala urusan manusia dari mulai bangun tidur hingga membangun negara. Islam adalah satu-satunya solusi terbaik untuk menghindarkan krisis ekonomi yang terjadi. Sistem ekonomi Islam yang terbebas dari nilai-nilai riba, gharar, dan maysir merupakan rahmat Allah SWT yang sering terlupakan dalam mengatasi krisis ekonomi. Di samping bahaya riba dan utang luar negeri terhadap perjalanan ekonomi sebuah negara, ternyata nilai-nilai akhlaqul karimah pemerintah dan pebisnis sangat memainkan peran penting dalam usaha menghindari dan mengatasi krisis ekonomi umat. 

Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Tsani Tsabita F
Sahabat TintaSiyasi
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments