Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kegagalan Pendidikan dalam Sekularisme

TintaSiyasi.com -- Anak bukan hanya sebagai permata hati, tetapi anak juga sebagai investasi bagi kedua orang tuanya di akhirat kelak. Mendengar kata anak baik kita sebagai orang tua maupun para pendidik, pastinya akan memberikan yang terbaik untuk kehidupan mereka khususnya dalam segi pendidikan. Kita tidak akan pernah rela atau menelantarkan pendidikan anak-anak kita. 

Kita yang katanya sudah memberikan pendidikan terbaik untuk anak-anak kita ternyata pada kenyataannya jiwa dan mental anak-anak pada masa kini begitu rapuh, lemah, dan mudah menyerah. Padahal di pundak dan di tangannyalah tongkat estafet penerus perjuangan peradaban akan dilanjutkan. Dengan menelisik dan melihat kondisi serta situasi yang ada pastinya ada sesuatu yang salah dalam diri dan pemahaman mereka. 

Anak-anak yang mengikuti perkembangan zaman dan mempunyai fasilitas super canggih tapi dalam hati dan jiwa mereka sebenarnya terasa kering kerontang bahkan ada yang kosong. Kebanyakan anak-anak tidak paham atau bahkan tidak mengenal aqidahnya sendiri padahal mereka beragama.

Ketidakpahaman akan akidah inilah menyebabkan begitu mudah dan gampangnya mereka mengakhiri kehidupan. Hal ini terjadi berawal dari kiriman di akun Twitter @utbkfess, sender atau pengirim menyampaikan bahwa adiknya yang saat itu sedang menunggu pengumuman kelulusan masuk perguruan tinggi, memiliki nazar jika dia benar diterima di PerguruanTinggi Negeri impiannya dia akan memberi santunan untuk anak yatim.

Jika dia tidak lolos pun, dia pun memiliki nazar lainnya. Si kakak mengetahui nazar itu. Setelah mengetahui hasil kelulusan si kakak khawatir dengan keadaan adiknya tersebut. "Jadi gini, adik gue kemarin ngide, Jika dia keterima di UGM, dia bernazar akan memberikan bantuan santunan kepada anak yatim, sedangkan jika tidak diterima, dia akan suicide (bunuh diri),” tutur kakaknya (Hops.id,20 Juli 2022). 

Mengetahui hasilnya gagal dan pesan terakhir adiknya yang membuat khawatir si kakak serta bingung dan meminta saran dari netizen. "Kak, maaf aku berarti harus menuhin nazar 'kan?". Setelah mengetahui pesan terakhir dari adiknya itu, si adik dikabarnya menghilang, dan sebab itulah kiriman dibuat untuk meminta bantuan netizen untuk mencari adiknya tersebut. 

Selang beberapa jam, seorang pengirim yang mewakili kiriman sebelumnya menyampaikan bahwa adik yang sempat hilang itu ternyata sudah mengakhiri hidupnya. Ternyata realitas yang ada saat ini tidak terpisahkan dari pandangan hidup kapitalisme sekuler yang banyak dianut masyarakat dunia. Pandangan ini memisahkan agama dari kehidupan. 

Dalam paradigma sekuler kehidupan harus diatur berdasarkan rasio, ilmu, dan sains. Serta wujud keberadaan segala sesuatu harus dibuktikan oleh pancaindera. Padahal realitasnya tidak semua bisa dijangkau oleh pancaindera. Misalnya keimanan terhadap perkara yang gaib seperti Malaikat, Surga, dan Neraka. Sehingga sangat berbahaya jika keimanan anak-anak hanya bergantung pada fakta-fakta yang terindra. Tidak mustahil mereka akan mengingkari adanya surga dan neraka bahkan boleh jadi keberadaan Allah pun akan dipertanyakan.

Prinsip sekuler juga memandang bahwa nilai baik dan buruk ditentukan oleh akal manusia bukan berdasarkan wahyu Allah SWT, sehingga keberadaan Tuhan hanya hadir dalam proses penciptaan semata.  

Selain banyaknya kasus bunuh diri pada pelajar, mereka menampakkan sikap bebas, sulit diatur bahkan terkesan liar dan membangkang. Ini adalah bukti nyata pendidikan sekuler mengalami kegagalan dalam membangun kepribadian kuat pada pelajar. Di saat sama sistem sekuler membangun masyarakat yang penuh tekanan hidup, sulit mendapatkan kebutuhan salah satu di antaranya sulit masuk sekolah. 


Pendidikan dalam Islam

Berkebalikan 180 derajat dalam sistem Islam, anak-anak tidak boleh dibiarkan berislam tanpa memiliki keimanan. Keislaman dan keimanan mereka harus diperoleh dengan jalan yang benar, berbasis kesadaran dan pemahaman, bukan keyakinan yang diturunkan oleh orang tuanya atau semata-mata kepercayaan karena ikut-ikutan. 

Para pendidik dan orangtua harus bekerja keras dalam memberikan pendidikan islami. Beberapa langkah yang harus dilakukan adalah :

Pertama. Penanaman keimanan kepada anak-anak berarti mengurai simpul besar yang terkait dengan kehidupan manusia. Anak-anak harus dibimbing untuk memiliki jawaban yang shahih terkait darimana mereka, untuk apa mereka hidup didunia dan mau kemana mereka setelah kematian menjemput. Pemahaman yang benar menjadikan tujuan hakikat kehidupan ini akan mengarahkan anak-anak untuk senantiasa menyesuaikan keyakinan yang ada dihati, perkataan yang diucapkan, serta perbuatan yang dilakukan agar selaras dengan tuntunan syariat Islam. Seperti dalam QS Al Baqarah [2] : 208 yang berbunyi :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَاۤفَّةً ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.”

Kedua. Menanamkan kecintaan kepada Rasulullah yang dimulai dengan mengenal Rasulullah, yaitu bahwa Allah mengutus beliau sebagai contoh terbaik untuk umat Islam untuk menyampaikan syariat Allah. Dari Ali bin Abi Thalib, Rasulullah bersabda: “Didiklah anak-anakmu atas tiga hal: mencintai nabimu, mencintai ahli baitnya dan membaca Al-Qur’an, karena orang yang mengamalkan Al-Qur’an nanti akan mendapatkan naungan Allah pada hari ketika tiada naungan kecuali dari-Nya bersama para nabidan orang-orang yang suci” (HR ath-Thabrani).

Ketiga. Mengasah akal anak-anak untuk berpikir yang benar. Dalam persoalan ini para pendidik dan orangtua harus memberikan informasi yang benar yang bersumber dari ajaran Islam Al-Qur’an dan As-Sunnah, yang pada akhirnya informasi ini dijadikan pijakan dalam menilai berbagai informasi yang anak-anak dapatkan. Tentu cara memberikannya bertahap, sesuai kemampuan nalar anak. Yang penting adalah merangsang anak menggunakan awalnya untuk berpikir dengan benar.

Keempat. Kenaikan syariat Islam termasuk adab dan akhlaq mulia. Anak-anak harus dikenalkan dengan syariat Islam mulai sejak dini, sebagaimana hadist Rasulullah SAW, “Perintahlah anak-anakmu agar mendirikan shalat tatkala mereka telah berumur tujuh tahun dan pukullah karenanya tatkala mereka telah berumur sepuluh tahun.” Demikian halnya dengan hukum-hukum yang lain seperti kewajiban memakai khimar dan jilbab (untuk Muslimah), larangan mencuri dan lain sebagainya. Demikian halnya yang berkaitan dengan akhlaq seperti berbakti pada orangtua, santun, dan sayang kepada orang lain, bersikap jujur, berani karena benar, tidak berbohong, bersabar, tekun bekerja, bersahabat, sederhana dan lain sebagainya. Mengajari anak-anak tentang berbagai adab seperti makan dengan tangan kanan, berdoa sebelum dan sesudah makan, menjaga kebersihan, mengucapkan salam, dan lain sebagainya.

Kelima. Memberikan tauladan bagi anak-anak. Orangtua dan para pendidik sudah seharusnya memberikan contoh yang baik pada anak-anak, agar tertanam dalam jiwa mereka, benih-benih kebaikan yang akan menghujam dalam lubuk hati sanubari mereka.

Keenam. Menanamkan sikap tanggung jawab atas perbuatan yang dilakukan. Ketika anak sudah tamyiz, orangtua dan para pendidik sudah bisa menumbuhkan kesadaran pada anak-anak kita bahwa segala perbuatan yang mereka lakukan akan ada pertanggungjawabnya. Amal baik akan dibalas kebaikan dan amal buruk akan dibalas keburukan. Dengan begitu anak-anak akan berhati-hati dalam bertindak dan berucap. Mereka tidak akan mudah jatuh dalam suatu keburukan, jika melakukan suatu kekhilafan, mereka akan segera menyadari lalu bertobat kepada Allah dan memperbaikinya agar menjadi lebih baik. Termasuk mendidik tanggungjawab pada anak-anak adalah menegur mereka darikesalahan yang telah mereka lakukan.

Ketujuh. Orang tua dan para pendidik harus menyampaikan kepada anak-anak bahwa sampai kapanpun musuh-musuh Islam akan senantiasa melakukan upaya penyesatan terhadap terhadap umat Islam. Mereka juga harus dibekali dengan pemahaman bahwa pemikiran, perkataan dan perilaku manusia terikat dengan aturan Allah.

Kedelapan. Harus menyadari bahwa benteng utama yang bisa melindungi akidah adalah kehadiran negara bersistem Islam kaffah.

Kesembilan. Senantiasa memanjatkan doa tanpa henti. Doa orangtua untuk keluarga dan anak-anaknya merupakan senjata utama. Meminta kepada Allah agar menjadikan anak-anak kita menjadi anak yang sholeh dan sholehah dan agar Allah selalu membimbing mereka ke jalan yang lurus.

Sehingga pembangunan kepribadian islam sebagai inti dari sistem pendidikan, menjamin akses pendidikan pada semua warga negara dan menghasilkan masyarakat yang kokoh sejahtera.

Wallahu a’lam bishshawab. []


Oleh: Dewi Rahayu Cahyaningrum
Komunitas Muslimah Rindu Jannah Jember
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments