Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Indonesia, Belajarlah dari Sri Lanka agar Tak Bernasib Sama


TintaSiyasi.com -- Viral di jagat dunia maya berita tentang ratusan ribu pendemo merangsek masuk istana kepresidenan di ibu kota Colombo. Tak hanya menduduki istana dan rumah presiden, mereka bahkan beramai-ramai menggunakan fasilitas pribadi, kamar, gym, kolam renang, dan lain-lain. Inilah bentuk pelampiasan rakyat atas kondisi sulit yang menimpa mereka selama ini.

Sesaat sebelum rakyat menyerbu istana, Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa, telah meninggalkan kediamannya. Ia dan keluarganya melarikan diri ke lepas pantai dengan kapal Angkatan Laut dan berencana untuk mengundurkan diri. 

Sri Lanka dinyatakan bangkrut akibat kegagalan membayar utang luar negeri senilai 51 miliar dolar AS (Rp764,79 triliun). Sejak berbulan-bulan lalu Sri Lanka memang sudah dilanda krisis ekonomi. Ini ditandai dengan tingginya inflasi, harga barang yang kian mahal, bahkan kenaikan harga bahan makanan hingga 57 persen. Pemerintah melakukan pemadaman listrik karena terbatasnya bahan bakar. Mata uang negara jatuh hingga 80 persen hingga membuat impor menjadi lebih mahal. Inflasi yang sudah tidak terkendali menjadi kain parah. Pemerintah tidak bisa lagi mengimpor barang-barang vital seperti susu, LPG, BBM, dan lain-lain (cnbcindonesia.com, 11/7/2022).


Faktor Penyebab Bangkrut

Ada beberapa faktor yang menyebabkan Sri Lanka bangkrut:

Pertama, terjerat utang luar negeri. Per akhir 2021 adalah US$ 50,72 miliar, jumlah ini sudah 60,85% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Apalagi utang dalam sistem kapitalisme tak akan terlepas dari bunga yang mencekik. Bagaimana negara bisa bayar utang jika setiap tahun hanya bisa membayar bunganya saja? 

Kedua, Pemerintah Sri Lanka terkena debt trap Cina. Sejak 2005, pemerintah berutang untuk membangun proyek infrastuktur melalui skema Belt and Road (BRI). Salah satunya adalah pembangunan pelabuhan Hambantota. Namun sayangnya, sebagian proyek dinilai tak memberi manfaat ekonomi bagi negara itu. Cina juga meminta jatah ekspor produk mereka ke Sri Lanka sebesar US$ 3,5 miliar. 

Utang memang menjadi alat penjajahan dalam ekonomi neoliberalisme. Jika tidak mampu membayar utang, maka aset-aset negara akan akan diambil alih dengan disertai sejumlah syarat yang tentunya menguntungkan negara pemberi utang. 

Ketiga, mesin pertumbuhan ekonomi Sri Lanka bertumpu pada sektor pariwisata. Nahasnya, pendapatan dari pariwisata terpukul oleh pandemi Covid-19. Negara-negara di dunia memang sedang didorong untuk menggenjot pariwisata. Di sisi lain, sumber daya alam yang banyak dan berlimpah malah dikuasai swasta dan asing kapitalis dunia. Negara-negara berkembang dialihkan untuk mencari recehan dari pariwisata, sedangkan negara maju kian kaya dengan menyedot kekayaan alam negara-negara tersebut. 

Keempat, pejabat korup yang mencari keuntungan pribadi. Dalam mindset kapitalis, oligarki menggunakan kekuasaan untuk memperkaya diri. Kelompok ini bergelimang harta di tengah kesulitan hidup yang membelit rakyat. Kesenjangan antara penguasa dan rakyat semakin menganga. Yang kaya makin kaya, sedangkan yang miskin kian menderita. Jangan heran bila terjadi kecemburuan sosial yang memicu kriminalitas. Kejahatan merajalela. Kehidupan rakyat kian terpuruk. 

Inilah realitas kapitalisme yang rusak. Penjajahan ekonomi gaya baru menjadikan negara-negara yang sebenarnya kaya sumber daya alam menjadi bangkrut. Mereka terus bergantung pada negara-negara maju dan mengekor tanpa bisa berbuat banyak. Mereka tunduk pada kapitalisme global. 

Sistem ekonomi kapitalisme memiliki standar ukur yang jauh dari kemaslahatan rakyat. Mata uang tidak stabil sehingga mudah menimbulkan inflasi. Apalagi yang diharapkan dari kapitalisme riba yang membawa kerusakan ini? Tentu saja harus dicampakkan agar tak semakin banyak korban yang berjatuhan. 

Sri Lanka bangkrut akibat penerapan kapitalisme liberal hingga jatuh ke titik terendah. Rakyatnyalah yang paling merasakan kesengsaraannya. Sementara penguasanya kabur entah ke mana. 

Apa yang terjadi di Sri Lanka, harus dijadikan pelajaran buat Indonesia agar tak bernasib serupa. Indonesia, sama dengan Sri Lanka yang menerapkan kapitalisme liberal juga memiliki utang yang begitu besar. Saat ini pun, kondisi perekonomian sedang penuh masalah. Harga-harga melambung tinggi. Kebijakan tak populer dan perilaku para pejabat yang menambah derita rakyat. Jangan sampai krisis ekonomi 1998 terjadi lagi. 


Islam Adalah Solusi

Melihat kondisi ini kita harusnya menyadari bahwa sistem sekarang jelas tak mampu mewujudkan kesejahteraan. Kapitalisme mengeksploitasi kekayaan alam milik rakyat untuk memperkaya para kapitalis. Bagaimana rakyat bisa sejahtera bila harta mereka justru dinikmati orang lain dan mereka harus membelinya dengan harga yang jauh lebih mahal?

Rakyat hanya bisa hidup sejahtera dalam sistem ekonomi yang mengerti dan mampu memenuhi kebutuhan mereka. Sistem itu adalah sistem Islam yang hakiki. Islam memiliki pengaturan yang terperinci dan tepat. Islam mampu mengatur urusan di segala bidang kehidupan, termasuk tentang pengelolaan sumber daya alam. Dalam Islam, negaralah yang harusnya mengelola sumber daya alam untuk kepentingan rakyat, bukan untuk swasta atau asing. 

Negara juga harus menghentikan utang riba dan berusaha melepaskan diri dari proyek-proyek jebakan utang. Sejatinya, utang bukanlah solusi, melainkan pintu masuk asing untuk bisa menjajah suatu negeri yang kaya SDA namun lemah dalam tata kelola dan kemandiriannya.

Sistem ekonomi yang kuat tidak bisa disokong kecuali dengan sistem politik yang juga pro rakyat. Sistem ekonomi Islam harus bergandengan dengan sistem politik Islam. Sistem politik Islam akan membentuk pejabat publik yang bertakwa dan jauh dari mindset menguntungkan diri sendiri. Kebijakan yang dibuat pun bukan berorientasi pada asing atau swasta, namun agar rakyat sejahtera. 

Impian ekonomi dan politik yang sehat tidak akan terwujud dalam negara demokrasi yang anti-Islam. Rakyat butuh penerapan sistem Islam kaffah dalam bingkai Daulah Khilafah. Negara ini secara normatif terbukti memiliki sistem yang kuat hingga berabad-abad. Tidak perlu alergi dengan khilafah karena kebangkitan Islam adalah sesuatu yang pasti. Apalagi yang kita nanti? Tegakkan kembali syariat Islam kaffah. Indonesia sejahtera dan berkah hanya dengan Islam kaffah. 
Allahu a'lam. []


Oleh: Masyithoh Zahrodien S.S.
Sahabat TintaSiyasi
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments