Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Berkaca dari Sri Lanka yang Krisis karena Jeratan Kapitalisme


TintaSiyasi.com -- Mencermati berita saat ini bahwa perekonomian Sri Lanka terus memburuk, atau bisa dikatakan negeri tersebut menghadapi krisis ekonomi yang sangat serius. Negara tersebut memiliki hutang 51 Miliar dollar AS. dan tidak mampu membayar bunga dari pinjamannya yang sebagian besarnya dikucurkan oleh IMF. Bahkan berita terbaru, pemerintahnya baru saja mengumumkan gagal bayar utang luar negeri atau default

Dikutif dari BBC, Kamis (14/4/2022), pengumuman kegagalan membayar utang ini diakibatkan oleh krisis ekonomi terburuk dalam 70 tahun terakhir. Para pejabat Sri Lanka menyebutkan pandemic Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina membuat ekonomi negara semakin sempoyongan. 

Negara Asia Selatan ini telah lama dilanda protes massal karena rakyatnya menderita kekurangan pangan, banyaknya pengangguran, melonjaknya harga dan pemadaman listrik. Negara itu tengah benegoisasi dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk program pinjaman baru, agar negara itu bisa keluar dari krisis.

Pemerintah Sri Lanka mengklaim, sejak merdeka dari Inggris tahun 1948, negara itu tak pernah sekalipun gagal membayar utang. Namun, sederet krisis beberapa tahun terakhir membuat pemerintah akhirnya tidak sanggup lagi membayar utangnya.

Bahkan mata uang Sri Lanka pun terperosok hingga 80%. Nilai tukar yang lemah menyebabkan biaya impor semakin mahal dan membuat harga makanan melonjak 57%. Parahnya negara itu tidak memiliki cukup uang. Untuk mengimpor bahan bakar minyak, susu, gas elpiji, hingga kertas toilet. Sejumlah kebijakan dalam negeri pun memperburuk kondisi ini. Salah satunya penerapan pajak terbesar sepanjang sejarah. Ini menyebabkan banyak investor kesulitan membayar sekaligus kesulitan meminjam dana dari bank.

Belum lagi masalah korupsi semakin memperumit masalah ekonomi. Para pejabat negeri sibuk untuk memperkaya diri sendiri, namun di saat yang sama memperburuk perekonomian. Alhasil, di tengah keterpurukan ekonomi ini rakyat kelaparan, sementara penguasa hidup bermewah-mewahan. Hingga membuat kekacauan politik. PBB memperkirakan 9 dari setiap 10 keluarga dari Sri Lanka akan kesulitan makan dalam sehari. Sedangkan dari 3 juta penduduk tergantung dari bantuan kemanusiaan. Untuk bisa keluar dari kondisi ini, Pemerintah Sri Lanka memberikan hari libur ekstra selama tiga bulan hanya agar bisa penduduknya menanam makanannya sendiri.

Dalam sejarah peradaban kapitalisme ada beberapa negara yang pernah mengalami gagal bayar utang. Tiga di antaranya negara yang gagal bayar utang kepada negara China. Yaitu Zimbabwe, Nigeria, dan Pakistan. Lalu bagaimana dengan negara lainnya? Yang sama memiliki utang luar negeri. Seperti negara kita Indonesia, dengan utang Rp. 7.000 triliun.

Jika suatu negara mengalami gagal bayar utang maka negara tersebut akan kehilangan kepercayaan dari investor. Akibatnya pasar saham yang merupakan komponen penting ekonomi kapitalisme mengalami kekacauan. Kemudian lembaga keuangan akan mengalami kegagalan untuk melakukan antisipasi apa pun terhadap kondisi default yang bergerak seperti efek domino. Setelah itu dampaknya akan terasa oleh masyarakat. 

Para pelaku bisnis atau pabrik-pabrik tidak beroperasi. Kebutuhan barang di dalam negeri harus sepenuhnya diimpor, karena negara sangat mengandalkan barang impor untuk bertahan hidup dan ekspor menjadi terhenti. Masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhan mereka. Terjadilah tidak kriminal ekstrem seperti kerusuhan dan kekerasan. Ancaman gagal bayar utang adalah sebagian contoh dari buruknya sistem ekonomi kapitalisme. 

Utang luar negeri yang diberikan pada dasarnya merupakan senjata politik negara-negara kapitalis kepada negara lain untuk memaksakan kebijakan kepada negara lain. Tujuan sebenarnya memberikan utang bukan untuk membantu negara lain. Melainkan untuk kemaslahatan, keuntungan, dan eksistensi mereka sendiri. 

Negara-negara yang dijajah secara ekonomi tidak bisa keluar dari permasalahan ini. Mereka hanya mempunyai dua pilihan yaitu memiliki utang dan tunduk pada negara pemberi pinjaman atau tunduk menyerahkan kedaulatan kepada lembaga-lembaga penjajahan internasional.

Bagi mereka yang serius untuk menghendaki kebaikan bagi negerinya, seharusnya berkaca dari krisis ekonomi yang terjadi pada negara Sri Lanka. Bahwa akibat jeratan kapitalisme negara mereka gagal bayar utang dan masyarakatnya menjadi sengsara. 

Lalu bagaimana Islam memberikan solusi atas permasalahan tersebut? Tidak ada pilihan lain selain melihat dan mengkaji sistem Islam sebagai jalan keluar. Dan turut bersama untuk mengembalikannya. Membangun negara dengan fondasi sistem Islam yang kokoh dan memasang bangunan yang kokoh yang membuat keuangan negara begitu tangguh. Serta tidak terlibat dalam jeratan utang berbahaya yang dapat membuat bangkrut dan menyengsarakan masyarakat. 

Hal pertama yang paling pokok dalam sistem ekonomi Islam menghindari negara default, memastikan tidak terlibat dengan sistem riba dalam bentuk apa pun. Dengan itu, tertutup 100% kemungkinan tumpukan bunga utang seperti yang saat ini. 

Yang kedua, tidak terlibat dengan pasar uang dan turunan-turunannya yang amat rentan rusak dan memberi efek domino kerusakan pada perekonomian nasonal. Memasang prinsip negara berdaulat yang mandiri dalam pengelolaan kepemilikan, dengan pembagian kepemilikan yang jelas dan implementasi yang tegas. Contohnya, tidak mengizinkan pengelolaan sumber daya alam yang merupakan aset publik oleh pihak swasta, sehingga semua hasil dapat masuk pada kas negara untuk keperluan masyarakat.

Kemudian seyogyanya memastikan fungsi negara selalu berada dalam jalur pelayanan kepada masyarakat, membuat pengawasan para pejabat publik agar menghindari tindakan korupsi model pengusaha-pengusaha yang dapat merugikan negara. Selain itu, negara diharapkan lebih menjaga dan mengutamakan kebutuhan primer daripada kebutuhan sekunder masyarakatnya. Semua itu akan terwujud jika sistem ekonomi yang digunakan adalah sistem ekonomi Islam yang ditopang dengan penerapan Islam secara kaffah di segala lini kehidupan.

Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Yeni Anggraeni
Sahabat TintaSiyasi
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments