Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Tujuh Kunci Sukses Mengkaji Tsaqafah Islam


TintaSiyasi.com -- Ahli Fiqih Islam K.H. Shiddiq Al Jawi, S.Si., M.Si. menjelaskan tujuh kunci sukses mengkaji tsaqafah Islam di hadapan santri Pesantren Cinta Quran Center. “Untuk sukses belajar tsaqafah Islam, inilah tujuh kunci sukses mengkajinya,” tuturnya di Masjid Al Fatih Pesantren Cinta Quran, Senin (06/06/2022). 

Kesatu, ikhlas. “Ikhlaskan semua hidupmu karena Allah, demi kemuliaan Islam wal Muslimin! Carilah ilmu untuk meraih ridha Allah, bukan supaya mendapat pujian dari manusia dengan disebut ulama atau kiai,” ujar Kiai Shiddiq.

Ia menukil Sabda Rasululah ﷺ,

إنَّما الأعمال بالنيات

Sesungguhnya segala amal perbuatan itu bergantung pada niat-niatnya. (HR Bukhari).

Kedua, memiliki cita-cita besar. “Milikilah cita-cita besar, karena dia akan memberikan energi yang dahsyat dan tanpa batas. Misalnya, menjadi mujtahid, bukan sekadar menjadi mukalid.

Kiai Shiddiq mengutip sabda Rasululah ﷺ,

إنَّ اللهَ تعالى يُحِبُّ مَعاليَ الأُمورِ ، و أَشرافَها ، و يَكرَهُ سَفْسافَها

Sesungguhnya Allah Taala mencintai perkara-perkara yang tinggi dan mulia, serta membenci perkara-perkara yang rendah. (HR Thabrani dan Baihaqi, hadis shahih).

Ketiga, bergaulah dengan orang-orang besar. “Bergaullah dan belajarlah kepada orang-orang besar! Orang besar adalah orang yang berpengaruh besar kepada umat Islam. Contoh, imam mazhab, ulama besar, muhaddis (ahli hadis), ahli tafsir, dll,” sarannya.

Disebutkannya hadis riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim,

عن أَنَسٌ: فَمَا فَرِحْنَا بِشَيْءٍ فَرَحَنَا بِقَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ((أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ))، قَالَ أَنَسٌ: فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَبَا بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّي إِيَّاهُمْ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ أعْمَالَهَم.رواه البخاري ومسلم

Dari Anas RA, dia berkata, ”Kami tidak pernah merasa gembira dengan sesuatu sebagaimana kegembiraan kami mendengar sabda Rasulullah SAW,”Kamu akan bersama dengan orang yang kamu cintai.” Anas berkata,”Saya mencintai Nabi SAW, Abu Bakar, dan Umar, dan saya berharap akan bersama mereka karena kecintaanku kepada mereka, meskipun aku belum beramal seperti amal-amal perjuangan mereka. 

Keempat, bacalah karya-karya besar. “Bacalah karya-karya besar, peninggalan orang-orang besar itu!” jelasnya.

Lebih lanjut, ia menyitat perkataan Imam Syathibi dalam Al-Muwafaqat,

كان العلم في صدور الرجال ثم ينتقل إلى الكتب ومفاتحه بأيدي الرجال

“Dulu ilmu itu awalnya ada di dada para ulama, kemudian berpindah ke kitab-kitab, namun pembukanya tetap di tangan para ulama.”

Kelima, lingkungan atau komunitas yang mendukung. “Carilah lingkungan atau komunitas yang mendukung! Misal, tinggal di pesantren atau bergabung dengan jamaah dakwah,” anjurnya.

Kiai Shiddiq menyebutkan sabda Rasulullah ﷺ,

الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُر أَحَدُكُم مَنْ يُخَالِل. رواه ابو داود والترمذي واحمد

Seseorang itu akan mengikuti agama temannya, maka hendaknya salah seorang kamu memperhatikan dengan siapa dia berteman. (HR Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ahmad).

Dilanjutkan dengan sabda Rasulullah ﷺ,

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة. متفق عليه

Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk, adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Adapun penjual minyak wangi, boleh jadi dia akan memberikan kepadamu secara gratis, atau boleh jadi kamu akan membeli darinya, atau boleh jadi kamu mendapat darinya bau yang harum. Adapun pandai besi, boleh jadi dia akan membakar pakaianmu, dan boleh jadi kamu akan mendapat darinya bau yang tidak sedap. (HR Bukhari dan Muslim).

Keenam, bekerja keras. “Bekerja keraslah untuk menuntut ilmu! Misalnya, Syekh Wahbah Zuhaili menghabiskan 17 jam sehari untuk belajar. Karya-karya besar, lahir dari effort (usaha, al-juhuud) yang besar!” serunya. 

Ia pun menuturkan sabda Rasulullah ﷺ,

المؤمنُ القويُّ خيرٌ وأحبُّ إلى اللهِ مِنَ المؤمنِ الضَّعيفِ. رواه مسلم.

Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah. (HR Muslim)

Ketujuh, kuasai ilmu-ilmu dasar. “Kuasailah ilmu-ilmu dasar! Misalnya, bahasa Arab, dasar Ulumul Qur`an, dasar Ulumul Hadis, dsb. Belajarlah dari yang basic sekali, secara bertahap, jangan langsung meloncat, nanti jatuh,” pesannya lebih lanjut.

“Dalam Al-Quran Allah membuat perumpaan Islam itu seperti pohon yang baik, berakar dalam, dan cabangnya menjulang ke langit, serta memberi buahnya yang bermanfaat,” sebutnya menukil Al-Qur’an surah Ibrahim ayat 24.

“Maka belajar Islam juga demikian, awali dengan penguatan dulu pada pada akarnya, baru cabang-cabangnya, Insya Allah membuahkan hasil,” ujarnya.

Tsaqafah Islam

Kiai Shiddiq menjelaskan pengertian tsaqafah Islam adalah,  

الثقافة الإسلامية هي المعارف التي كانت العقيدة الإسلامية سبباً في بحثها

“Segala macam pengetahuan yang titik tolak pembahasannya adalah aqidah Islamiyyah,” kutipnya dari Syekh Taqiyyuddin An-Nabhani di dalam kitab Al-Syakhshiyyah Al-Islamiyyah, Juz I, hlm. 264.

Ia membeberkan contoh yang termasuk aqidah Islam, “ilmu Tauhid, Fiqih, Tafsir, Hadis, bahasa Arab, Mushthalah Hadis, Ushul Fiqih.”

“Tsaqafah Islam itu disebut dengan beberapa istilah sinonim, seperti ‘al-ilmu al–syar’i atau al-ma’arif al-Islamiyyah,” jelasnya.

Dikutip dari Imam Ibnu Hajar Al Asqalani, Kiai Shiddiq menjelaskan kata 'ilmu',

المراد بالعلم : العلم الشرعي الذي يفيد ما يجب على المكلف من أمر دينه في عبادته ومعاملاته والعلم بالله وصفاته وما يجب له من القيام بأمره وتنزيهه من النقائص ومدار ذلك على التفسير والحديث والفقه) فتح الباري 1/141

“Yang dimaksud dengan ‘ilmu’ adalah ilmu syar’i yang menghasilkan apa-apa yang diwajibkan atas setiap mukalaf dalam urusan agamanya baik dalam ibadahnya ataupun muamalahnya, juga ilmu mengenai Allah, sifat-sifat-Nya, sifat-sifat yang wajib ada pada Allah maupun penyucian Allah dari segala sifat-sifat kekurangan. Dan kisaran ilmu syar’i itu adalah ilmu tafsir, hadits, dan fiqih.” (Ibnu Hajar Al ‘Asqalani, Fathul Bari, 1/141).[] Reni Tri Yuli Setiawati
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments