TintaSiyasi.com -- Menyorot Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal (Komjen) Boy Rafly Amar mengajak seluruh pihak memerangi radikalisme terutama di perguruan tinggi, Hanif Kristianto selaku Analis Politik Media Pusat Kajian dan Analisis Data (PKAD) memberikan catatan penting dalam diskusi BNPT dalam Sorotan, Sabtu (14/5/2022) di YouTube Kasepuhan TV.
Pertama, "Adapun catatan tersebut yaitu bagaimana kita sebagai umat islam diminta untuk menerima sebuah ideologi, sebuah kebudayaan, sebuah nilai dan sikap yang bukan dari islami kan gitu. Ini catatan yang pertama.”
Hanif mengkritisi sebuah riset oleh International Crisis Group (ICG) yang memberikan masukan kepada BNPT. Hal itu berkaitan dengan pencegahan radikalisme dan terorisme. “Menarik sekali kita amati. Bagaimana sebuah lembaga negara diberi masukan oleh sebuah lembaga tink tank dari luar negeri atau asing. Fakta itu sekarang ada. Mungkin dulu belum begitu ramai. Pencatatan masjid, kemudian ada klasifikasi penceramah radikal, kemudian ada sebutan kelompok radikal, macam-macam. Ini adalah catatan,” katanya.
Kedua, dalam menangani radikalisme ini terkadang masih menyasar kelompok-kelompok Islam. “Kalau bicara terkait ambigu, memang definisi (radikalisme) ini sebuah perang kata-kata ya pemirsa atau perang meggunakan beberapa media ya,” sesalnya.
Hanif membeberkan temuannya pada pemberitaan. Jika BNPT ini bekerja sama dengan Jepang pencegahan terkait di media sosial. Selain itu dengan Lemhanas Inggris. Permainan opini ini sangat kental sekali, terangnya.
Ia menjelaskan terkait BNPT secara rinci dan bagaimana peran Barat dalam memecah belah umat islam dengan istilah perang melawan terorisme. Padahal sejatinya yang ada hanyalah perang melawan Islam.
“Nah tujuannya, yang pertama dijadikan alasan umum untuk memerangi pemikiran, organisasi atau perjuangan yang berusaha melawan ideologi, kepentingan ekonomi, politik dan imperialisme barat atas negeri-negeri kaum muslimin. Dengan kata lain isu perang melawan terorisme itu juga sebenarnya dimaksudkan untuk mengokohkan penjajahan dan dominasi barat atas negeri-negeri kaum muslimin,” jelasnya menanggapi pertanyaan terkait dampak narasi radikalisme menjadi sebab terorisme
“Kita harus paham dari masjid umat Islam itu bangkit sebenarnya. Makanya kenapa itu (masjid) diwaspadai banget. Upaya-upaya ini akan mengalami kegagalan. Yang dilawan sebenarnya siapa? Allah SWT pemilik alam raya ini. La haula wa la quwwata illa billahi aliyyil adzim. Kekuatan mereka adalah kekuatan fulus. Itu anggapan mereka bisa mulus. Padahal dengan itu mereka mampus,” pungkasnya.[] Ika Mawarningtyas
0 Comments