Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Peneliti IJM: Bentuk Komunikasi Menko Luhut Sangat Buruk, Egois, dan Diktator

TintaSiyasi.com -- Pernyataan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan yang menyatakan, "Jangan cari popularitas dengan nyerang saya," ketika dikritik soal rencana kenaikan tiket wisata Borobudur, dinilai sebagai bentuk komunikasi yang sangat buruk, egois dan diktator. 

"Pernyataan tersebut bentuk komunikasi yang sangat baruk, egois dan diktator," tutur Peneliti Indonesia Justice Monitor Dr. Erwin Permana kepada TintaSiyasi.com, Selasa (14/6/2022). 

Menurut Erwin, dari sikapnya, menunjukkan Luhut itu mau menang sendiri, tidak mau disalahkan atas kebijakannya yang sering membuat kegaduhan di tengah masayarakat. 

"Selama rezim Jokowi terlihat dia sangat dominan di berbagai bidang,” ungkapnya.
Erwin pun menyebut beberapa bidang yang dijabat secara rangkap oleh Luhut. Di antaranya, sebagai Ketua Tim Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia; Komite Kereta Cepat Jakarta-Bandung; Ketua Dewan Pengarah Penyelamatan Danau Nasional; Koordinator PPKM Darurat Jawa-Bali; Wakil Ketua KPC-PEN. 
“Belasan jabatan pernah dia duduki semenjak kepemimpinan Joko Widodo," ungkap Erwin. 

Adapun terkait pernyataan Luhut bahwa dirinya hanya melaksanakan tugas menaikkan harga tiket Borobudur dinilai Erwin sebagai kesalahan Luhut berikutnya. Luhut tidak mau disalahkan sambil bersembunyi di balik kalimat tersebut. Sebagai petugas yang diberikan amanah, artinya dia tidak bertanggung jawab dengan tugasnya tersebut. 

"Kalau dia bertanggung jawab, harusnya dia mampu menjelaskan dengan argumen rasional mengenai kebijakan dia yang menaikkan harga tiket Borobudur. Sebab publik mengetahui pemikiran tersebut datang dari dia," imbuhnya. 

Dari kasus pernyataan Luhut, Erwin mengatakan, pelajaran penting yang dapat dipetik dari kasus itu adalah siapa saja akan selalu punya alasan berdalih mencari pembenarannya sendiri selama sistemnya masih demokrasi sekuler. 

Sebab dalam demokrasi, lanjut Erwin, semua kebenaran itu relatif sehingga mudah dikendalikan oleh kekuasaan. Maka tidak sepatutnya masyarakatnya memberikan kepercayaan kepada rezim yang mengadopsi demokrasi sekuler untuk mengurus rakyat. 

"Masyarakat harus bangkit dengan kebangkitan yang benar agar mereka tidak dikadali terus. Kebangkitan yang benar itu hanya terjadi dengan Islam," pungkasnya.[] Anita Puspasari
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments