Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pendidikan Itu Memerdekakan, Bukan Menjadi Jongos Asing di Negeri Sendiri


TintaSiyasi.com -- Pakar Pendidikan dan Peradaban Islam Prof. Daniel M. Rosyid, Ph.D., MRINA mengatakan bahwa semestinya pendidikan itu memerdekakan, bukan menjadi jongos orang asing di negeri sendiri. 

"Kalau saya melihat peta jalan kita sekarang dari tahun 1945 hingga tahun 2045, dan kita berada pada tahun 2022, berarti kira-kira 20 tahun lagi kita itu melenceng jauh dari tujuan pendidikan semula. Semestinya pendidikan itu memerdekakan kita, bukan menjadikan kita jongos orang asing di negeri sendiri seperti sekarang ini," ujarnya dalam Kajian Ngave yang berjudul Peta Jalan Pendidikan Indonesia di Youtube Majelis Gaul, Kamis (26/05/2022) 

Prof. Daniel mengatakan, sejak berlakunya Konferensi Meja Bundar (KMB), bangsa Indonesia harus mengikuti aturan-aturan IMF (International Monetary Fund). “Sejak awal sebenarnya bangsa Indonesia sudah dijerat oleh jebakan-jebakan penjajah. Sehingga pada waktu Pak Harto berkuasa akhir tahun 1960 itu, sistem pendidikan nasional dirumuskan hanya sebagai persekolahan," ujarnya. 

“Jadi pendidikan itu direduksi menjadi satu sistem persekolahan paksa (forced school system). Persekolahan paksa melalui Inpres. 

Ditegaskannya, tujuan dari sistem persekolahan itu bukan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebetulnya, tetapi untuk mempersiapkan tenaga-tenaga kerja terampil yang nantinya di pekerjakan untuk menjalankan mesin-mesin pabrik. 

“Bangsa kita cukup terampil, tetapi sekaligus cukup dungu untuk bekerja bagi kepentingan asing," lugasnya. 

Menurutnya, sistem persekolahan itu simpel, instrumen teknokratik untuk menyiapkan tenaga kerja yang terampil dalam menjalankan mesin-mesin, sekaligus cukup dungu untuk bekerja bagi kepentingan investor asing. “Rancangan dasar seperti itu tidak banyak berubah sampai sekarang. Jadi, mesin persekolahan itu sangat kuat,” tandasnya.

"Belajar itu tidak perlu dikungkung oleh lembaga yang disebut persekolahan, pada praktiknya itu sekadar menjadi instrumen teknokratik untuk proses penjongosan besar-besaran, sekadar menyiapkan tenaga kerja yang cukup terampil dalam menjalankan mesin-mesin, sekaligus cukup dungu untuk bekerja bagi kepentingan orang asing," pungkasnya.[] Rina
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments