Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Menulis, Dapat Pahala Menuntut Ilmu yang Akan Terus Mengalir


TintaSiyasi.com -- Jurnalis Joko Prasetyo mengatakan bahwa menulis setidaknya masuk dalam menuntut ilmu yang akan mendapatkan pahala yang banyak yang terus mengalir. 

“Menulis setidaknya masuk dalam menuntut ilmu yang apabila dilakukan akan mendapatkan pahala yang banyak dan akan terus mengalir. Kita tidak bisa membayangkan seperti apa bentuknya,” ujar jurnalis yang akrab disapa Om Joy tersebut dalam acara Open House: Jadikan Menulis Sebagai Uslub Dakwah, Ahad (19/6/2022) di Youtube TintaSiyasi.com. 

Menurutnya, sebelum menulis yang harus dilakukan adalah mencari bahan tulisan berupa ilmu-ilmu, baik ilmu yang terkait kepenulisan, maupun terkait ilmu perkara yang akan dibahas. 

“Ketika mencari bahan penulisan tersebut, artinya kita sedang menuntut ilmu karena jelas-jelas Islam mewajibkan menuntut ilmu bagi kaum muslimin,” paparnya. 

Ia mengibaratkan, kalau misal menuntut ilmu itu dilakukan akan mendapat satu pahala kalau dikatakan dengan angka. 

Agar ilmu bisa terserap dengan baik, kata Om Joy, maka harus dicatat. “Kalau hanya mendengarkan saja semakin lama semakin lupa. Catatan harus benar tidak boleh salah, ketika mendengarkannya itu benar, Insya Allah mencatatnya juga benar,” ujarnya. 

“Ketika mencatat dengan benar insya Allah akan menambah kekuatan daya ingat, jadi ingatan itu akan bertambah kuat ketika kita mencatat ilmunya. Sehingga sewaktu-waktu lupa kita bisa melihat lagi catatannya dan menyegarkan ingatan kita,” lanjut dia. 

Pahala Mengalir 

Ia menjelaskan, ketika mencatat akan mendapat pahala lagi, karena sesuai dengan sabda Rasulullah Salallahu alaihi Wasaalm yaitu ilmu harus dicatat. 

Setelah itu, lanjutnya, akan mendapat pahala berikutnya yaitu ketika ilmu dipublikasikan. “Untuk mempublikasikan itu beragam cara, salah satunya adalah melalui media massa, bisa dalam bentuk opini, berita, dan lain sebagainya,” tuturnya. 

“Bisa juga di media sosial dengan beragam tulisan pula. Tetapi intinya ketika catatan itu hanya kita sendiri yang baca, tak ubahnya hanya sebagai buku harian, hanya sampai di situ berkahnya enggak nambah,” lanjut dia lagi. 

Namun, ketika dipublikasikan di media massa atau media sosial, terang Om Joy, atau pertama dimuat dulu di media massa lalu dimuat di media sosial itu Insya Allah keberkahannya bertambah. 

“Jadi bukan hanya sampai pada kita itu ilmu, juga bisa sampai ke orang lain, sehingga di situ Insya Allah mendapatkan pahala juga ketika orang lain tercerahkan dengan tulisan tersebut,” jelas jurnalis senior itu. 

Om Joy mencontohkan, misal tulisan itu menjelaskan tentang najis air kencing. “Biasanya kan saya suka memperhatikan ibu-ibu itu di lap begitu saja pakai celana bekas ompol anak. Celana anak dibuka terus dilapkan di lantai begitu saja, sudah. Itukan jelas najisnya enggak hilang,” cakap dia. 

Kalau itu dibahas, menurut dia, misal dalam bentuk opini yang langsung ditulis atau bisa wawancara dengan ahli fiqih, dan dimuat di pojok berita atau bisa dibuat dalam bentuk cerita (feature news), sehingga orang baca dalam bentuk cerita padahal nyata. 

“Dijelaskan itu tidak menghilangkan najis, konsekuensinya kan berat sampai shalat saja tidak sah. Ketika orang baca itu, langsung menjadi sadar misalnya, itukan kita mendapatkan pahala menyadarkan orang. Itu baru satu orang yang baca bagaimana kalau yang bacanya lebih dari satu orang, Insya Allah pahalanya lebih dari satu kalau dihitung dari satu,” jelas Om Joy. 

Ia meneruskan, bisa bertambah lagi pahala misal orang yang baca tadi memberitahukan kepada teman-temannya, kemudian menjelaskan berdasarkan ilmu yang didapat dari cerita yang kita tulis kita dapat pahalanya lagi. 

“Jadi pahalanya akan terus mengalir, enggak berhenti selama orang-orang yang merasakan dari ilmu yang kita sampaikan itu terus mengamalkannya, kita akan terus dapat pahala jariah dari situ,” ungkapnya. 

Ia juga menerangkan, misal kalau menulis secara rutin dengan membuat jadwal satu minggu sekali atau beberapa kali dalam satu bulan, itu ketika tidak bisa menulis, dengan alasan sakit atau karena bepergian, maka akan tetap dicatat pahala juga.

“Gara-gara kita menuliskan mencari ilmu, mau enggak mau kita mencari ilmu kan mau enggak mau kita menulis,” cakapnya. 

Tulisannya juga, papar dia, akan jadi dapat pahala karena disebarluaskan. Dan akan dapat pahala lagi ketika banyak orang yang tercerahkan, dan akan mendapat pahala lagi ketika orang yang membaca mengamalkan kepada orang lain. 

“Jadi kalau pun kita sedang tidur, atau bahkan mungkin sudah meninggal, pahala akan terus mengalir kepda kita,” pungkasnya.[] Mariyam Sundari
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments