TintaSiyasi.com -- Editor TintaSiyasi.com Reni Tri Yuli Setiawati membeberkan pentingnya mengedit tulisan dengan mengacu pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
"Mengapa ketika kita mengedit tulisan harus mengacu pada PUEBI dan KBBI?" tuturnya dalam acara Open House TintaSiyasi.com bertajuk Mengapa Tulisan Perlu Disunting/Diedit?, Ahad (26/06/22) di Youtube TintaSiyasi.com.
Pertama, karena sebagai orang Indonesia dan warga negara Indonesia. “Bahasa Indonesia adalah bahasa komunikasi kita, ya bisa disebut sebagai bahasa ibu,” sebutnya.
"Maka, mau enggak mau, suka enggak suka, kita harus mengacu pada PUEBI dan KBBI agar memiliki standar yang sama dari ujung barat sampai ujung timur Indonesia," ujarnya.
Kedua, karena sebagai jurnalis. Menurutnya, bahasa jurnalistik itu harus mengacu kepada kaidah yang sudah ditentukan oleh pihak berwenang atau yang memiliki otoritas.
“Mulai dari pemakaian huruf, kata, tanda baca, dan juga unsur serapan. Sehingga jangan sampai keseringan salah kaprah," jelasnya.
Kemudian, ia memberikan contoh sederhana tentang kesalahan makna dalam penggunaan kata yang sering diucapkan.
"Contohnya kata absen. Banyak yang menganggap kata absen itu adalah sebagi bentuk kehadiran, padahal kan sebaliknya. Yang tepat adalah kata presensi. Dari mana kita bisa tahu hal itu? Tentunya kita harus ngecek ke KBBI," ulasnya.
Penting
Reni, sapaan akrabnya, mengatakan bahwa banyak yang tidak suka dengan pelajaran bahasa Indonesia.
"Saya memahami, banyak yang enggak suka dengan pelajaran bahasa Indonesia. Gampang-gampang susah gitu. Kayaknya yang betul-betul tulus mencintai bahasa Indonesia sejak awal adalah guru bahasa Indonesia," katanya.
Sekretaris Redaksi TintaSiyasi.com tersebut menyebutkan kalimat menggugah tentang pentingnya belajar bahasa Indonesia sebelum mempelajari bahasa asing lainnya.
"Saya mendapatkan sebuah kalimat begini, mempelajari bahasa ibu itu penting sebelum mempelajari bahasa asing lainnya. Urutan mempelajari bahasa adalah dimulai dari bahasa ibu, kemudian bahasa peradaban masa depan, berikutnya bahasa peradaban masa kini," terangnya.
Ia menambahkan, "Bahasa ibu adalah bahasa Indonesia. Bahasa peradaban masa depan adalah bahasa Arab, karena masa depan adalah di tangan Islam, Insya Allah. Islam dan bahasa Arab tidak bisa dipisahkan. Bahasa peradaban saat ini adalah bahasa Inggris, karena negara yang mendominasi saat ini berbahasa Inggris. Ada juga bahasa China, Prancis dan sebagainya. Akhirnya, kita merasa bersemangat untuk belajar bahasa Indonesia," lanjutnya.
Ia menegaskan, "Kembali ke sunting atau ngedit, maka tidak lepas dari bahasa Indonesia. Mau enggak mau harus belajar."
Ibrah
Reni memotivasi bahwa peran editor itu sangat besar dalam penulisan. “Tetap semangat belajar, minimalisir kesalahan, dan tetap teliti,” pesannya.
"Ibrah ngedit, yaitu tentang tipo. Jadi ingat dengan virus Covid-19. Pernah menyimak pakar biomekuler yang mengatakan mutasi itu kan salah ketik dari message yang diterima virus ketika dia bereplikasi. Dalam satu juta ketik, ternyata hanya salah satu. Bayangkan editor, mengedit beberapa ribu karakter saja, tiponya banyak banget. Makanya jangan sombong, terus semangat belajar, dan tambah teliti,” cetusnya.
Ia juga berpesan, menjadi seorang editor harus sabar dan mampu mengendalikan ego. "Editor harus bisa mengendalikan ego. Hargai reporter dalam pemilihan angle, diksi, maupun susunannya," tuturnya.
"Dukanya mengedit itu kalo ada berita enggak proper, dibalikin, dan reporter harus menyimak ulang. Enggak proper berita itu nanti banyak imbasnya. Ya, imbas ke narasumber, media, dan reporternya. Reporter juga harus tetap teliti dalam menulis berita,” pesannya.
Lebih lanjut, ia meyakinkan kembali bahwa melalui bahasa yang baik akan mengantarkan pada pesan dakwah diterima dengan baik. "Berawal dari bahasa yang baik, Insya Allah akan menjadi media komunikatif yang nyaman untuk mengantarkan pesan dakwah kita dan diterima dengan baik yang menyentuh perasaan dan mengajak berpikir. Jadi bagi para penulis baik opini maupun berita, dalam gadget kita harus terinstal aplikasi PEUBI dan KBBI. Semudah itu kita bisa ngecek," pungkasnya.[] Najwa Alifah
0 Comments