Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Orang Beriman Wajib Mengimani Janji Allah


TintaSiyasi.com – Ulama Aswaja Gus Tuhu menyatakan bahwa orang beriman dituntut oleh Allah Subhanahu wa Taala untuk mengimani janji-Nya, bahwa janji Allah pasti benar dan akan terjadi. 

"Sebagai orang yang beriman, sebagai hamba Allah yang beriman, kita dituntut oleh Allah untuk beriman banyak hal. Di antara keimanan itu, adalah beriman kepada janji Allah Subhanahu wa Ta'aala," lugasnya pada Liqa' Syawal Ulama Aswaja Tapal Kuda 1443 H, yang disiarkan langsung di YouTube Bromo Bermartabat, Kamis (17/05/2022).

Gus Tuhu membacakan ayat Al-Qur'an surah Ar-Rum ayat 6 yang artinya, "(Itulah janji Allah). Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." 

Ia menguraikan bagaimana kaitan janji Allah dengan kondisi kehidupan kaum Muslim saat ini yang diliputi berbagai kerusakan. "Dari kaca mata umum, dikatakan kerusakan (fasad) yang terjadi saat ini, karena sistem yang rusak. Menurut istilah agama, istilah sunnah Nabi Shalallahu alaihi Wasalam, kerusakan saat ini berkaitan dengan fase-fase yang akan dijalani kaum Muslim, yaitu fase keempat, mulkan jabariyyan," paparnya.

Pengasuh Majelis Ta'lim Al-Mustanir Probolinggo itu menanyakan, kalau melihat kenyataan hari ini di seluruh dunia, semua penguasanya, apakah yang tampak seperti Afghanistan yang sudah menggunakan bendera al-liwa tetapi ada tambahan kalimatnya, yang tampak Islami, menggunakan istilah imarah, ataukah sistem yang dijalankan di negeri-negeri Muslim yang meniru persis seperti sistem yang ada di negara kafir.

"Sebut saja Indonesia Raya, apakah yang bernuansa Muslim, artinya Islami kelihatannya, ataukah yang bernuansa kafir, semuanya bisa dikatakan sebagai penguasa diktator, tidak ada perkecualian," ulasnya. 

Menurutnya, secara faktual, gambaran penguasa diktator adalah penguasa yang tidak menerapkan syariat Allah. Ia mencontohkan kondisi negara Afghanistan masa kini. Meskipun menggunakan bendera bertuliskan Laa ilaha illallah Muhammad Rasulullah, namun masih belum menerapkan syariat Allah secara total. 

"Arab Saudi pun sama. Berbentuk mamlakah (kerajaan) dan penguasanya disebut malik. Begitu pula di negeri Indonesia, penguasanya tidak menerapkan syariat Islam, sehingga termasuk mulkan jabariyyan," lanjutnya.

“Jadi, apakah yang kelihatan serius atau kelihatan dagelan, semuanya diktator. Jangan tertipu dengan tampang dagelannya, semuanya diktator. Karena itu adalah janji Allah Subhanahu wa Taala, berkaitan dengan fase-fase yang akan dilalui umat," imbuhnya.

Gus Tuhu melanjutkan penjelasannya bahwa setelah mulkan jabariyyan selesai, akan muncul khilafah di atas manhaj kenabian. Ia pun membacakan potongan sebuah hadis riwayat Imam Ahmad. 

ثُم تَكُوْنُ مُلْكًا جَبَرِيَّةً فَتَكُوْنُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُوْنَ، ثُمَّ يَرْفَعَهَا اللهُ إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا، ثُمَّ تَكُوْنُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ

Lalu akan ada kekuasaan diktator yang menyengsarakan. Ia juga ada dan atas izin Allah akan tetap ada. Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. 

"Berarti fase kepemimpinan umat itu hanya lima fase. Sementara hari ini adalah fase keempat. Nah, dalam istilah para ulama, dan ini benar faktanya, kullu ma huwa aatin fahuwa qariibun, setiap hal yang dipastikan datang, maka itu berarti dekat. Maka janji Allah melalui lisan Nabi Shalallahu alaihi Wasalam, tsumma takuunu khilafah ala minhajin nubuwwah, meski kita tak tahu kapan itu terjadi, percaya atau tidak, itu pasti dekat," yakinnya. 

Ia pun menjelaskan, persoalan yang ada di tengah umat terkait janji Allah. Seperti yang disebutkan dalam Al-Qur'an surah Ar-Rum ayat 6, walakinna aktsarannasi laa ya'lamuun. Tetapi banyak orang tidak mengetahui.

"Banyak umat Islam yang tidak mengetahui hadis Rasulullah tentang akan kembali tegaknya khilafah. Kalaupun ada yang mengetahui hadis tersebut, kadang mereka tidak percaya pada janji Allah," sesalnya.

Maka menurut Gus Tuhu, agar bersyukur, bergembira bagi siapa saja yang meyakini janji Allah itu pasti benar. 

"Nah, persoalannya bagaimana sikap kita. Bagaimana kita menghadapi hari-hari ini, yang dalam istilah hadis Nabi, hari-hari yang semacam ini disebut sebagai ayyamul fitan, hari-hari fitnah," ujarnya. 

Gus Tuhu mengajak umat untuk tidak khawatir menghadapi kondisi yang penuh fitnah tersebut, terutama pengemban dakwah, untuk tetap beramal shalih. 

"Jadi, di masa-masa fitnah semacam ini, ibadah taat kepada Allah, mengikuti sunah Nabi Shalallahu alaihi Wasalam, itu fadilahnya seperti hijrah kepada Rasulullah Shallalahu alaihi Wasalam. Di dalam syarah hadis disebutkan, Itu bermakna pahalanya luar biasa," tuturnya. 

Gus Tuhu kembali mengingatkan, para pengemban dakwah untuk tetap bersemangat beribadah, taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Para Pengemban dakwah harus tetap menyebarkan kebaikan, karena yang menyebarkan keburukan juga semangat.

"Pertempuran antara al-haq dan al-bathil begitu luar biasa. Para penyeru kebaikan harus senantiasa istikamah dan sabar hingga tiba nashrullah," sarannya.

Kemudian ia membacakan sebagaimana janji Allah dalam Al-Qur'an surah An-Nur ayat 55 yang diperkuat dengan janji-Nya melalui lisan Rasul-Nya. 

"Maka sekali lagi, tetaplah semangat, tetaplah istikamah, kita beramal salih sambil menunggu janji Allah. Demokrasi ini hanya masalah waktu, dia akan berakhir. Tanda-tanda keburukannya semakin hebat. Sementara, khilafah juga akan segera datang, karena tanda-tandanya pun ada. Semakin banyak yang menyeru tegaknya khilafah. Mudah-mudahan forum semacam ini terus bisa bergelora sampai Allah menentukan janji-Nya," pungkasnya.[] Binti Muzayyanah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments