Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Tiga Lapis Tantangan dalam Menghadapi L68T di Media Sosial


Tintasiyasi.com -- Influencer Dakwah Aab Elkarimi mengungkapkan tentang tiga layer (lapis) tantangan dalam menghadapi L68T di media sosial. “Tantangan kita itu ada tiga layer (lapis) dalam menghadapi L68T di media sosial," ungkapnya di UIY Official yang bertajuk Jangan Menjadi Corong Setan, Ahad (15/05/2022).

Aab mengungkapkan, ada pola-pola yang harus dipahami ketika berbicara masalah L68T di sosial media. Artinya kalau pro aman, kalau anti bisa sebaliknya.

“Kita akan dikenai dengan panduan komunitas, itu yang pertama di setiap sosial media, baik TikTok, Youtube, Instagram, dan Facebook. Ketika menyinggung L68T pasti kena, bisa jadi postingan kita yang dihapus atau akun kita yang bisa hilang,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, tiga layer dalam menghadapi L68T di media sosial. “Pertama, panduan komunitas kita melawan mesin; kedua, kita melawan pengguna sosial media yang pro, yaitu orangnya. Kalau tadi mesinnya, sekarang orangnya, dalam hal ini konten kreator dan pengguna sosial media,” jelasnya.

Ketiga, kekuatan finansial yang kita hadapi. Dana terkait dengan gerakan ini luar biasa besar. Dana yang besar ini bisa digunakan untuk monetisasi, sponsor, iklan, maupun bisa order opini,” tambahnya.

Ia menerangkan, tantangan menghadapi L68T bukan semata-mata opini biasa. “Kalau bicara tentang konten, kekuatan daya influencer-nya itu di konten. Kalau dijabarkan konten itu bisa menjadi tidak hanya satu keran,” ungkapnya. 

“Artinya bisa di monetisasi dari adsense dan sponsor. Model monetisasi menjadi faktor sebagai motivasi untuk membuat video. Jika tujuannya membuat konten adalah hanya untuk materi, ini sangat berbahaya, dan bisa dimanfaatkan oleh kaum-kaum L68T tadi,” terangnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan, ketika konten yang dihasilkan menjadi trending dan menjadi opini publik, maka akan bisa mempengaruhi cara pandang individu. Tata nilai akan rusak dan itu berbahaya sekali.

Aab mengungkapkan, argumen L68T tidak akan terkejar jika dihajar dengan narasi isu kesehatan, isu seksualitas, isu gender, isu humanisme. “Satu-satunya yang bisa kita bawa adalah narasi agama. Ini satu-satunya yang paling mereka benci. Tantangannya sebetulnya di situ,” ungkapnya.
 
“Sebagai generasi muda, main aktif di sosmed akan berhadapan dengan perang. Lahan perang terbuka sekali di depan kita. Kalau kita abai terhadap adu argumen, adu opini publik di sosial media, ini akan sangat berbahaya,” pungkasnya.[] Isty Da’iyah.
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments