TintaSiyasi.com -- Ahli Ekonomi Kenya Ustaz Khamis Mwinyi menegaskan, kaum Muslim tidak butuh solusi tambal sulam kapitalisme, tetapi harus menerapkan ekonomi Islam di bawah naungan khilafah untuk memimpin dunia ke arah keadilan dan kesejahteraan.
"Untuk memebaskan kaum Muslim dari segala penderitaan, penjajahan, oleh kapitalisme, kita tidak butuh solusi tambal-sulam lagi dari ideologi rusak dan gagal ini. Tetapi kita harus menerapkan sistem ekonomi Islam di bawah naungan khilafah, sekali lagi untuk memimpin umat manusia ke arah dunia yang adil dan sejahtera," tutur Ustaz Khamis, sapaan akrabnya, dalam Islam Hanya Terealisasi dalam Naungan Khilafah, Selasa, 1 Maret 2022 di YouTube ALWaqiyahTV.
Menurut Aktivis Muslim Kenya tersebut, ajaran islam tentang ekonomi telah disebutkan dalam Al-Qur’an. "Islam tidak menolak kekayaan material, justru sebaliknya, menerimannya. Allah Subhanahuwa taala berfirman dalam surah An-Nisa ayat 5 dan surah Qasas ayat 77. Dalam ayat lain, Allah Subhanahuwa taala juga menyebutkan bahwa sesungguhnya kekayaan yang ada di darat, di laut diciptakan oleh Allah Subhanahuwa taalauntuk dimanfaatkan manusia," bebernya.
Ia mengatakan, ekonomi Islam mengajarkan bahwa persoalan utama dalam hal materi (kekayaan) tadi adalah aspek distribusi. Allah Subhanahuwa taala berfirman dalam surah Al-Hasyr ayat 7: Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukuman-Nya. (TQS Al-Hasyr: 7)
"Persoalan ekonomi bukanlah terletak pada kurangnya sumber-sumber, seperti yang digaungkan oleh kapitalisme. Islam mengajarkan fokus utama ekonomi adalah pada aspek distribusi dan individunya boleh memenuhi hak-hak kebutuhan dasarnya. Seperti makanan, pakaian, tempat tinggal. Juga memenuhi kebutuhan masyarakat seperti pendidikan, keselamatan, kesehatan. Serta menyediakan insentif agar masyarakat mendapatkan kemakmuran hidup," jelasnya.
Berikut adalah bukti-bukti kegemilangan ekonomi Islam di bawah naungan khilafah. Ia menjelaskan, pada masa Khalifah Umar bin Khattab pernah menegur walinya di Yaman, Muadz bin Jabal ra setelah menyerahkan kepada Umar sepertiga daripada harta zakat yang dikumpulkannya dari Yaman.
Umar bin Khattab Ra pada saat itu berkata, "Aku tidak memerintahkanmu untuk mengutip cukai, melainkan untuk mengutip zakat daripada orang kaya lalu membagikannya kepada orang miskin." Lalu Muadz menjawab, “Aku tidak akan mengembalikan yang telah kukumpulkan kepadamu sampai aku menemukan orang yang layak menerimanya (zakat)." Pada tahun kedua, Muadz pun mengembalikan separuh dari harta zakat yang dipungutnya dan pada tahun berikutnya dia kembalikan sepenuhnya harta zakat yang dipungut di Yaman kepada Khalifah Umar di Madinah sambil berkata, “Aku tidak menemukan warga miskin yang layak menrimanya.”
Pada masa Umar bin Abdul Aziz, ia mengatakan, ekonomi sangat sejahtera. Sehingga tidak ada orang miskin yang layak menerima zakat. Situasi tersebut dibenarkan oleh wakil Umar bin Abdul ke Tunisia (Afrika) yang memungut zakat, namun gagal menemui seorang pun yang layak menerimanya. Ia berkata, “Aku telah menebus beberapa hamba sahaya dari uang zakat dan membebaskannya."
Ia menjelaskan, Imam Abu Yusuf ra, yang hidup di masa Khalifah Harun Al-rasyid menuliskan satu kitab fiqih yang membahas tentang hukum pertanahan, keuangan, dan dasar infrastuktur negara. Dan sampai sekarang masih menjadi rujukan utama dalam bidang ekonomi Islam. Semua itu tercapai di bawah naungan pemerintahan Islam.
"Berbeda dengan pendistribusian kekayaan oleh kapitalisme, sistem ekonominya hanya diutamakan dalam urusan produksi untuk mempertahanakan pertumbuhan ekonomi yang selalu diterjemahkan dalam bentuk GDP (Gross Domestic Product). Namun, realitanya terdapat jurang yang sangat besar dalam pendistribusian kekayaan di tengah-tengah masyarakat," bebernya.
Menurut dia, teori “trick down effect“ kekayaan yang sering digembar-gemborkan oleh elit kapitalis Barat, sebenarnya adalah kebohongan yang nyata. "Dan kapitalisme telah gagal untuk mengalirkan kekayaan kepada msayrakat. Bukan hanya soal tidak mendistribusikan ke kalangan bawah, justru kapitalisme menjadikan yang kaya semakin kaya dan yang miskin kian menderita. Seperti Afrika misalnya tidak pernah dikenal sebagai kawasan yang miskin di masa peradaban Islam Khalifah Umar bin Abdul Aziz," pungkasnya.[] M. Siregar dan Ika Mawarningtyas
0 Comments