Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Inilah Seruan yang Membebaskan dari Neraka Kebebasan yang Bersifat Kebinatangan dan Merusak Masyarakat


TintaSiyasi.com -- Ulama dari Palestina Syekh Yousuf Makharzah menyeru kepada kaum Muslim agar menegakkan khilafah Islam, karena hal itu adalah seruan yang membebaskan umat manusia dari neraka kebebasan yang bersifat kebinatangan dan merusak masyarakat.

"Perjuangan menegakkan khilafah seharusnya menjadi aktivitas yang tidak boleh dilepaskan dari umat, dan menancap dalam kalbu umat. (Karena) inilah seruan yang akan membesakan manusia dari neraka kebebasan yang bersifat kebinatangan yang telah merusak masyarakat," jelas Syekh yang biasa disapa Abu Humam ini dalam Islam Hanya Terealisasi dalam Naungan Khilafah, Selasa, 1 Maret 2022 di YouTube ALWaqiyahTV. 

Ia menambahkan, kapitalisme sekuler yang menyebabkan kezaliman hingga banyak manusia ditimpa kelaparan, berkumpulnya sumber daya alam di tangan para elit kapitalis, menyuburkan zina, riba, LGBT dan semua kehinaan lainnya yang tidak layak disebutkan oleh lisan. 

"Demi kemuliaan dunia akhirat, maka sambutlah seruan para pengmban dakwah Islam kaffah untuk mengeakkan khilafah agar deen (agama) ini diterapkan. Karena Islam kaffah hanya terealsisasi di bawah naungan khilafah. Karena khilafah akan menyatukan umat Islam, mendakwahkan Islam ke seluruh dunia," tegas Abu Humam.

Ia mengatakan, "Wahai saudaraku umat Islam di seluruh dunia, saya membawa salam dari tanah yang diberkati yang sekarang ditawan dan menunggu tegaknya khilafah. Allah SWT memerintahkan kita menjaga deen ini dari berbagai kotoran yang melekat padanya, dan menjaganya tetap suci sebagaimana ia datang sejak awal dahulu."

Ia mengutip firman Allah SWT dalam surah Al-Isra ayat 73: Dan mereka hampir memalingkan engkau (Muhammad) dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar engkau mengada-ada yang lain terhadap Kami; dan jika demikian tentu mereka menjadikan engkau sahabat yang setia.

"Pastinya, tidak ada ruang bagi siapa pun yang mampu mengubah deen ini selamanya yang terikat dengan asas-asas dan akidahnya. Para khalifah datang sepeninggal Rasulullah SAW, untuk memegang tanggung jawab melindungi akidah Islam ini. Mereka mennerangi orang–orang murtad dan mendisiplinkan mereka yang mengikuti perkara-perkara mutasyabihat (yang ingin menyebarkan keraguan dan menakwilkannya)," jelasnya.

Ia menambahkan, para khalifah masa awal, telah mengumpulkan Al-Qur'an yang merupakan sumber pertama dalam syariat Islam dan merupakan asas kepada deen ini dan iman bagi kaum Muslimin. "Pengamalan sunah bagi para generasi sahabat merupakan sesuatu yang jelas dan terbukti. Meskipun sejarah menuliskannya sangat sedikit dan kodifikasi bagi pemeliharaan deen ini, bermula dari kurun pertama atas arahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Khalifah selanjutnya juga memelihara akidah, deen, serta mengurusi umat ini sehingga ia dihancurkan 100 tahun yang lalu hingga hari ini," bebernya.

Dua abad sebelum ini, ia mengungkapkan, misi kaum misionaris yang didorong oleh kekuasaan kolonial, telah mengeskploitasi kekuasaan khilafah dibantu oleh penguasa-penguasa zalim yang berusaha menghancurkan akidah Islam, berusaha menyuntikkan racun keraguan ke dalam pikiran anak-anak kaum Muslim dengan tujuan menghancurkan Islam dari dalam jiwa-jiwa kaum Muslim. "Para misionaris ini bekerja keras untuk meyakinkan umat Islam agar menjadikan Islam yang tidak memberi kesan dalam kehidupan. Agama yang diperintahkan oleh situasi yang buruk bagi memudahkan mereka untuk menghancurkannya. Dan mencoba untuk terus membentuk kesalahpahaman dalam akidah, agar mendorong umat ini terpisah dari akidahnya," bebernya.

Ia menjelaskan, kaum penjajah mulai menyemarakkan semua pikiran sesat dan perkara menyimpang daripada akidah Islam hatta di negeri-negeri Muslim. "Agar pemahaman umat Islam terhadap akidah mulai meredup. Dan turut menggalakkan kaum Muslim agar saling menyesatkan sesama Muslim," katanya.

Ia menjelaskan, kaum Asy’ariyah contohnya, mengklaim bahwa kelompok merekalah yang paling benar. Salafiyah juga mengklaim bahwa golongan mereka adalah yang paling benar. Semua ini karena adanya perbedaan dalam pandangan dan pemahaman seorang Muslim yang tidak seharusnya saling mengkafirkan saudaranya atau mengkritik agamanya, papar Abu Humam.

Dalam situasi yang demikian, ia menjelaskan, banyak umat Islam yang sudah merasa nyaman dan hanya sekadar membangun ketaatan secara individu terhadap agamanya. "Seperti dalam perkara shalat, zakat, puasa dan pakaian. Mayoritas umat Islam hari ini masih menganggap bahwa menegakkan kembali peradaban Islam dianggap sebagai mimpi yang tidak mampu dicapai," jelasnya.

Ia menilai, harakah-harakah yang muncul pun hanya terfokus pada perkara akhlak dan ibadah khusus, dan ridha begitu saja saat Islam tidak diterapkan. "Bahkan mirisnya, ada yang merasa senang dengan penerapan demokrasi karena mendapat jabatan atau kekuasaan. Mereka meninggalkan Islam dan ridha dengan penerapan sekularisme. Ada yang tidak mendapatkan jabatan atau kekuasaan, tidak juga mau melibatkan diri dalam perjuangan penegakan Islam atau semisalnya," katanya.

Di saat yang sama, ada satu kelompok yang menyerukan kembali penegakan Islam agar agama ini semata-mata untuk Allah dan menolak semua pemikiran kufur seperti demokrasi, nasionalisme, patriotisme, sosialisme, dan semangat kebangsaan yang sempit. "Perkara pertama yang dilakukan oleh kelompok dakwah ini adalah mengajak umat agar memahami Islam dengan murni sebagaimana dahulu yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Negara yang ditegakkan Nabi Muhammad SAW adalah negara yang kuat, kemudian mengemban risalah ini ke berbagai penjuru dunia," katanya. 

Ia menjelaskan, kelompok ini bergerak berdasarkan sabda Rasulullah SAW yang melarang untuk membawa pemikiran asing terhadap agama ini. "Kelompok ini membawa Islam yang telah merancang seluruh aspek kehidupan, seperti ekonomi, sosial, politik, dan lain-lain. Kelompok ini mengikuti thariqah yang ditetapkan oleh Nabi SAW dalam menegakkan dawlah Islam yang terbukti dalam sejarah," katanya.

Ia menjelaskan, kelompok dakwah itu menentang segala bentuk dan pemikiran yang rusak, kepercayaan yang merusak juga konsep yang keliru. "Dan memastikan akidah umat agar bebas dari konsep yang salah. Kelompok ini menolak akidah yang dibangun dengan argumentasi para mutakallimin yang membangun akidah atas asas khayali dan dzan (dugaan). Karena hendaklah akidah dibangun berdasarkan dalil-dalil qat'i dan al-yakin. Dalil yang diambil dari Al-Qur'an dan As-Sunnah," katanya.

Ia menjelaskan, karena kedengkian kaum kafir Yahudi yang telah melontarkan benci dan dusta mengatakan bahwa agama yang dibawa Muhammad SAW tidak lebih baik dari agama kafir Quraisy. "Maka, sekarang kita melihat adanya rezim, kerajaan ataupun agen yang mencoba memfitnah citra buruk kelompok dakwah Islam dengan tuduhan palsu karena kelompok dakwah tersebut membawa Islam secara kaffah dengan berjuang untuk menegakkan kembali khilafah hingga nanti Islam didakwahkan ke seluruh dunia oleh khalifah serta menyatukan umat Islam seluruh dunia," jelasnya.

Inilah yang menurutnya telah menggangu tidur mereka dan menimbulkan ketakutan pada diri mereka. "Bahkan kelompok dakwah yang menyerukan penerapan Islam secara kaffah telah berhadapan dengan rezim-rezim yang zalim di negeri-neegri Muslim. Mereka menyetir perkataan dakwah dan menafsirkan sendiri sesuai keinginan mereka. Mereka melakukan fitnah keji agar orang lain percaya bahwa kelompok dakwah Islam yang menyerukan Isam secara kaffah adalah menyimpang dari akidah. Mereka dibantu dengan penerapan hukum kufur dan meninggalkan Al-Qur'an dan Hadis," jelasnya.

Ia menjelaskan, seperti contohnya negara Malaysia sendiri di wilayah Johor, melakukan kezaliman terhadap pengamban dakwah Islam kaffah dengan melakukan penangkapan, mengancam keselamatan, dan menghlalkan beberapa perkara haram. "Kelompok dakwah yang menyampaikan Islam kaffah hanya mengikuti akidah yang dibawa oleh Rasulullah SAW sebagaimana terdapat dalam Al-Qur'an dan Hadis. Namun sesungguhnya tujuan mereka (rezim zalim) sebenarnya adalah menghadang kembalinya Islam," pungkasnya.[] M. Siregar/Ika Mawarningtyas 


Baca Juga

Post a Comment

0 Comments