TintaSiyasi.com -- Founder Art Of Dakwah Ustaz Asep Supriatna memberikan tiga tiga tip agar berdamai dengan takdir.
"Agar kita bisa berdamai dengan takdir, ada beberapa poin yang harus kita perhatikan," ujarnya dalam Public Class Membelah Hikmah: Berdamai dengan Takdir, Jum'at (25/03/2022) via daring Zoom Meeting.
Pertama, mengimani bahwa takdir Allah pasti baik. Ia menukil surah Al-Baqarah Ayat 216,
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ ࣖ
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi, boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
"Allah yang menentukan takdir baik dan buruk, bukan kita, kita enggak tahu apa-apa, Allah yang tahu, Allah yang ngerti," tuturnya.
Kang Asep, sapaan akrabnya, mencontohkan, jika anak menangis itu baik buat paru paru, sedih dan menangis itu kasih sayang Allah, agar anak sehat.
"Ibunda Nabi Musa as diminta menghanyutkan bayinya. Menurut ukuran kita buruk, tetapi ketika Allah yang menyuruh itu baik. Kita menolak karena kita tidak mengerti, kita yang enggak paham, kalau takdir Allah sesuatu yang terbaik. Takdir Allah agar Musa sampai ke istri Fir'aun, dan selamat dari Perpu Fir'aun yang menetapkan semua bayi laki-laki dibunuh," ujarnya.
Demikian juga, lanjut dia, dengan kisah Nabi Yusuf as, yang dicemburuin saudaranya, dimasukkan sumur, dijual ke Mesir, dan dipenjara. Allah ingin memberikan pelajaran pada keluarganya. Dengan jalan itulah Nabi Yusuf dapat kemuliaan di hari nanti.
"Jadi, jangan tergesa-gesa menyimpulkan takdir itu buruk, karena takdir itu pasti baik buat kita," sambung kang Asep.
Ia menukil, hadis riwayat Muslim nomor 918. Dari Ummu Salamah Radhiallahu anha, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wasalam bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ مَا أَمَرَهُ اللَّهُ { إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ }
اللَّهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا إِلَّا أَخْلَفَ اللَّهُ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا
Tidaklah seorang mukmin tertimpa musibah lalu ia membaca apa yang telah diperintahkan oleh Allah, 'Inna lillahi wainna ilaihi raajiun, allahumma jurni fii mushiibati wa akhlif lii khairan minhaa (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan akan kembali kepada Allah. Ya Allah, berilah kami pahala karena mushibah ini dan tukarlah bagiku dengan yang lebih baik daripadanya),' melainkan Allah menukar baginya dengan yang lebih baik.
"Ketika suami Ummu Salamah meninggal, Ummu Salamah berkata, ‘Adakah yang lebih baik dari Abu Salamah?’ Ternyata Allah berikan Rasulullah pengganti Abu Salamah. Rasullulah datang untuk melamarnya. Di balik ujian yang menimpa Ummu Salamah, ternyata mendapat suami yang lebih baik. Semua karena takdir Allah yang selalu baik," jelasnya.
Kedua, fokus pada tugas manusia. Manusia lahir jadi wanita itu di luar kontrolnya. Manusia tidak bisa mengubahnya.
"Mau pakai hijab atau tidak, itu ada di dalam kontrol kita, kita bisa ubah," imbuhnya.
Oleh karena itu, kang Asep membeberkan bahwa manusia harus fokus pada urusan yang bisa dikendalikannya, yang masih bisa dirubahnya.
"Minyak goreng mahal, itu di dalam kontrol pemerintah, di luar kontrol kita. Kita tidak bisa kendalikan harga, yang bisa kendalikan harga pemerintah," ujarnya.
Founder Art of Dakwah tersebut menjelaskan, suami menganggur itu di luar kontrol istri. Suami yang tidak mau bekerja akan dihisab, tugas istri menasihati dan memotivasinya agar mau bekerja.
"Ketiga, mengambil hikmah dalam setiap peristiwa. Selalu ada hikmah dan ada pesan Allah dalam setiap peristiwa. Semakin cepat menemukan hikmah, hidup semakin tenang," pungkasnya.[] Rina
0 Comments