Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Seruan Demo Mahasiswa 11 April 2022, Prof. Suteki: Mahasiswa Jangan Jadi Calo


TintaSiyasi.com -- Terkait rencana demo mahasiswa 11 April 2022 mendatang, Pakar Hukum dan Masyarakat, Prof. Dr. Suteki, S.H., M.Hum. menyeru agar mahasiswa tidak menjadi calo. 

"Mahasiswa seharusnya mampu memastikan dirinya menjadi the agent of change, bahkan the leader of change jika ingin turut serta meluruskan berbagai penyimpangan di negeri ini, bukan malah menjadi calo," tuturnya pada TintaSiyasi.com, Rabu (6/3/2022).  

Mantan pengurus Pelajar Islam Indonesia (PII) ini mengaku kecewa dengan Kelompok Cipayung Plus -berisi 12 organisasi mahasiswa- yang bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (23/3/2022) dan mereka menyatakan sangat bangga, terhormat, bisa bertemu langsung dengan Jokowi. 

"Saya merasa sangat kecewa dan 'pisowanan' itu sangat ironis mengingat dilakukan ketika berbagai kelompok elemen masyarakat tengah melakukan protes perlawanan terhadap berbagai kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat, melainkan lebih cenderung pro oligarki," ujarnya. 

Ia membeberkan berbagai kebijakan rezim yang dinilai zalim misalnya soal penanggulangan pandemi, penyunatan hukuman koruptor, nekatnya proyek IKN, ngotot tunda pemilu, wacana tiga periode, kriminalisasi terhadap ulama, aktivis hingga gerakan Islam, kenaikan harga BBM, dan banyak alasan lagi yang menjadi pertimbangan untuk segera mengevaluasi rezim, terutama langkanya minyak goreng yang sangat meresahkan ibu-ibu, dan lain-lain. 

"Dan lebih kecewa lagi karena para mahasiswa itu tidak mengenakan jas almamater atau identitas masing-masih organisasi kemahasiswaan, melainkan malah pakai batik. Idealitasnya pun saya yakin ambyar, luntur, dan terkesan hanya akan menjadi mediator, mak comblang, pelobi alias calo, mengutip pernyataan Rocky Gerung," ungkapnya.  

Lebih lanjut Prof. Suteki menjelaskan, memang pergerakan mahasiswa tidak harus dalam bentuk konfrontasi ketika pemerintah sudah on the track, di jalan yang lurus, pro rakyat, melayani rakyatnya. Namun imbuhnya, ketika banyak kebijakan pemerintah dan wakil rakyat lainnya yang justru menyimpang dari amanat penderitaan rakyat, pro oligarki, nir keadilan dan kebenaran tapi mahasiswa tidak berada di jalur konfrontasi, maka itu berarti mahasiswanya yang tidak on the track. 

"Mereka tidak lagi punya sense of crisis terhadap peristiwa penyimpangan jalannya pemerintahan dan penderitaan rakyat di depan matanya," sesalnya. 

Guru Besar Fakultas Hukum Undip ini mengingatkan, peran dan fungsi mahasiswa tak hanya belajar dan sukses kuliah. 

"Sebagai kaum muda intelektual, mahasiswa didorong agar tak hanya berguna bagi diri sendiri, namun juga mampu menjadi sosok berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara," pesannya. 

Secara umum menurutnya, mahasiswa dapat berfungsi sebagai: agen perubahan (the agent of change, the leader of change), kekuatan moral (moral force), pengontrol sosial, penerus bangsa, penjaga nilai kebenaran dan keadilan.

"Ingatlah kata para pejuang kebenaran dan keadilan, 'Live oppressed or rise up against!'," pungkasnya. [] Puspita Satyawati
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments