Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Mazhar Khan Pertanyakan Sikap Erdogan Usai Bertemu Isaac Herzog


TintaSiyasi.com -- Merespons pertemuan Presiden Erdogan dengan Penguasa Negara Zionis Israel Isaac Herzog di Palestina baru-baru ini, Aktivis Islam Inggris Mazhar Khan pertanyakan sikap Erdogan yang membingungkan. 

“Bagi sebagian umat Islam, hal ini cukup membingungkan. Di satu sisi Erdogan sangat terbuka untuk mengkritik penjajah zionis, dan menyebutnya sebagai negara teroris. Tetapi disi lain, Erdogan membantunya. Jadi, mari kita cari titik terang dalam hal ini untuk mencoba membuat suatu nalar, mengapa satu sisi Erdogan berperilaku sesuai yang diinginkannya,” ungkap Mazhar dalam rekaman video singkat dengan tema Erdogan: What’s He Up To, di kanal YouTube Let’s Take a Look (15/03/2022). 

Perilaku Presiden Erdogan yang membuka tangan untuk negara Zionis kata Mazhar jelas mengundang pertanyaan. Alasan apa yang membuatnya mau bertemu dengan Zionis yang telah membunuh banyak anak-anak Palestina, masyarakat sipil, bahkan memenjarakan warga Palestina di kamp penjara terbuka.

Mazhar mengatakan, ada dua pendapat yang berkembang terkait sikap Erdogan yang demikian. "Pertama, kalangan yang  mengatakan hal itu sebagai bentuk pertahananannya. Bahwa hubungan dengan negara Zionis sudah lebih dahulu terjalin sebelum menjabat Presiden  sehingga ia tidak dapat melakukan banyak hal,” ujarnya. 

Sedangkan pendapat kedua, mengatakan bahwa terdapat beberapa kelompok sekuler-kamalis di Turki yang sedang mencari celah untuk mengusirnya. Erdogan tidak punya kekuatan apapun dan harus melangkah dengan hati-hati. 

Namun, menurut aktivis Inggris itu, keduanya tidak tepat. Ia berpendapat bahwa Erdogan adalah sosok yang memiliki power (kekuatan) dan mampu melakukan segala hal yang ia inginkan. 

“Klaim yang mengatakan Erdogan tidak punya kekuatan tidaklah benar. Ia sangat kuat dan mampu melawan kebijakannnya sendiri yang ia telah tetapkan,” kata Mazhar. 

Mazhar mengungkapkan beberapa fakta yang telah terjadi sebagai bukti kuatnya kepemimpinan Erdogan dan bantahan terhadap kedua pendapat tersebut. 

“Apakah Erdogan tidak mampu berbuat yang ia inginkan? Tidak betul. Tahun 2010, saat zionis menyerang kapal Turki, Marmara, dan membunuh masyarakat sipil Turki, ia memutus diplomatik dengan Zionis. Tahun 2018 lalu, saat terjadi sebuah demonstrasi di Gaza dan banyak warga sipil terbunuh, sekali lagi Erdogan memutus hubungan diplomatik dengan negara Zionist tersebut. Jadi, klaim ini tidak sungguh berpihak sebagai pengawasan bagi Erdogan oleh Zionis,” bebernya. 

Selanjutnya, klaim yang mengaitkannya dengan kelompok kemalis yang ingin menggulirkannya dan harus berisikap hati-hati, juga menurut Mazhar tidak tepat. 

“Ketika terjadi peristiwa percobaan kudeta melawan Erdogan, pemerintah Turki menetapkan batas tiga bulan situasi darurat. Namun Erdogan mempertahankannya dan memaksakan situasi darurat hingga dua tahun. Ratusan ribu warga dipenjara yang terlibat melawannya.  Dan juga mengendalikan kalangan militer serta pengadilan sebagai bentuk kekuatan yang mampu dilawannya," ungkapnya. 

Jadi menurutnya, Erdogan sangatlah kuat dan memiliki kekuatan untuk melawan aturannya sendiri. Namun, semata-mata bukan digunakan untuk melawan Zionis. 

Politik Erdogan 

Sikap Erdogan yang terlihat baik terhadap Zionis ungkap Mazhar sesungguhnya karena urusan kepentingan dagang (trade), bukan untuk kepentingan Islam dan kaum Muslim. Karenanya, meskipun Erdogan mengeluarkan pidato yang berapi-api mengecam Zionis, tidak akan mempengaruhi apa pun bagi negara Zionis. 

”Karenanya, hubungan dengan negara Zionis bukanlah untuk kepentingan Islam, melainkan terhadap kepentingan dagang. Dan untuk semua pidatonya yang berapi-api tidak akan berpengaruh karena ikatan kepentingan dagang tadi,” terangnya. 

Mazhar menegaskan bahwa sikap politik Erdogan tersebut tentu bukan berdasarkan Islam dan kepentingan kaum Muslim di Palestina. Erdogan hanya berbuat untuk kepentingan atas nama nasonalis Turki di bawah politik kapitalisme yang dianggap akan memajukan dan mempertahankan negara Turki. 

Bahkan Mazhar katakan, keberadaan kaum Muslim yang mayoritas menjadi agama masyakat Turki hanyalah dimanfaatkan untuk mendulang kekuatan dan neraih kekuasaan demi membantu para elit kapitalisme selama kekuatan berada ditangan Erdogan. 

Menurutnya, perilaku Erdogan sama halnya dengan yang ditunjukkan oleh perdana menteri Pakistan, Imran Khan, saat menjalin hubungan diplomatik dengan China. Semata-mata bukan untuk menunjukkan kepeduliaan terhadap muslim Uighur. 

"Jadi, Erdogan berbuat untuk kepentingan nasionalis Turki bukan kepedulian terhadap rakyat Palestina. Sama halnya seperti Imran Khan saat berkunjung ke China dan mengatakan Uihgur bukan urusanku. Dan itu juga hanya untuk kepentingan nasionalis Pakistan. Dan kepentingan atas nama nasionalisme ini adalah biang masalah,” bebernya. 

Negara Sekuler Kapitalis Nasionalis adalah Biang Masalah 

Biang masalah kepemimpinan Erdogan dan lainnya terletak pada asas negara yang sekuler kapitalis nasionalis tutur Mazhar Khan. Ia menyatakan dengan yakin bahwa pemimpin yang ada di negeri Muslim saat ini tidak menjalankan kepemiminannya berdasarkan Islam, melainkan nilai-nilai Barat. Begitu juga dengan hubungan antar negara yang dibangun menjunjung nilai-nilai Barat semata. 

Sehingga, yang dilakukan Erdogan dan pemimpin muslim lainnya hanya akan melanggengkan hegemoni Barat dan merugikan kaum Muslim. Dan hal tersebut terlihat jelas kata Mazhar saat Erdogan menjalin kepentingan bersama Amerika. 

"Saat mendatangi pemberontak di Suriah, Erdogan memanfaatkan pemberontak untuk melawan kaum Kurdi dan mengizinkan Suriah merebut wilayah yang telah dikuasai para pemberontak. Dengan Armenia? Turki menolak menjalin hubungan dengan Armenia karena perselisihan dengan Ajarbeizan. Namun ketika Amerika ingin mendapatkan pengaruh di Armenia,  Amerika memperoleh persetujuan dari Turki  dengan  Armenia di belakang Ajarbeizan,” terangnya. 

Begitu juga dengan hubungan dagang antar Turki dan Zionis yang disebut Mazhar Khan memiliki jumlah yang fantastis. 

“Ia (Erdogan) juga memiliki  miliaran dolar kesepakatan dagang dengan negara Zionis penjajah. Jumlahnya sekitar $4.7 miliar dolar,” tegas Mazhar. 

Dengan demikian, kebijakan dan kepemimpinan yang dibangun oleh Erdogan dan di negeri muslim lainnnya tidak lain adalah bentuk kapitalisme yang nyata menurut Mazhar. Mereka (para pemimpin negeri Muslim) menerima kepemimpinan Barat, karena mereka berpikir dengan mengikutinya, akan membawa kemajuan dan keamanan. 

Oleh karena itu, ia menghimbau agar umat Islam bersama mengembalikan kehidupan Islam di bawah naungan institusi khilafah yang menyatukan seluruh negeri muslim dan membawa keseimbangan di dunia ini. 

Sebab sebagai ummmatan wastahan, adalah tanggung jawab dan kewajiban kaum Muslim untuk memelihara bumi ini dari mutan kapitalisme. 

“Kita digelari sebagai ummatan washatan. Artinya, hanya kita umat Islam yang diberikan tanggung jawab dan kewajiban oleh Allah SWT untuk memelihara planet ini dan memberikan keseimbangan bagi dunia,” tandasnya.[] M. Siregar
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments