TintaSiyasi.com Influencer Dakwah Islam Ustaz Felix Siauw menilai, ada upaya asosiasikan radikalisme dengan Islam. "Saya melihat banyak sekali isu-isu tentang deradikalisasi itu, yang sangat-sangat diasosiasikan dengan Islam. Jadi, seolah-olah tidak ada yang radikal selain daripada orang-orang yang Muslim, sehingga konteks deradikalisasi itu terbaca sama saya sebagai deislamisasi," jelasnya dalam Fokus Live Special Bincang Hangat Radikal Radikul, Ada Apa? Di kanal YouTube UIY Official, Ahad (13/03/2022).
Ustaz Felix menerangkan narasi-narasi tentang radikalisme dan ekstrimisme bukanlah permasalahan utama di Indonesia. “Saya lihat ini kepentingannya untuk kekuasaan, jadi karena mereka itu perlu narasi untuk meneruskan kekuasaan mereka, sehingga narasi yang dipakai itu adalah radikalisme,” bebernya.
Ia mencontohkan, narasi yang dipakai senantiasa mengidentikkan seorang yang menginginkan kebaikan, seorang yang berdakwah itu seperti orang yang membawa keburukan, kehancuran, dan ancaman buat masyarakat .
“Nah, maka yang mereka inginkan adalah berusaha agar perubahan menuju kebaikan tidak terjadi. Karena kalau perubahan ini terjadi, maka pasti akan berpengaruh terhadap kepentingan mereka. Misal, andai umat ini sampai bisa mengetahui dan bisa membandingkan bagaimana Islam itu mengatur sebuah negeri dengan mereka mengatur sebuah negeri, akhirnya mereka pasti memilih Islam,” terangnya.
“Jadi, ketika mereka tidak mampu bertanding secara konsep dan konten, maka mereka pasti akan menyerang orang-orang yang mendakwahkan. Nah, sebagaimana yang mereka lakukan pada Rasulullah shalallahu alaihi wassalam. Ketika mereka tidak siap untuk berdebat secara ide dan konsep mereka menyerang Rasul-Nya. Ini orang kayaknya gila nih. Ini orang kayaknya tukang sihir nih, dan seterusnya. Jadi, ujung-ujungnya ke sana,” tambahnya.
Lebih lanjut ia mengingatkan, bahwasanya radikal-radikul itu tidak akan pernah berhenti. Sebelum kemudian mereka bisa memastikan bahwa mereka punya kekuasaan yang lebih banyak. Dan lebih berat untuk menghilangkan semua ancaman-ancaman yang datang.
“Jadi mereka inginkan agar semuanya itu diam terhadap kezaliman-kezaliman yang mereka lakukan. Ketika mereka jual aset keluar negeri, ketika mereka bahkan enggak bisa ngurusin minyak goreng. Bahkan urusan haji saja enggak beres. Terus kemudian malah ribut soal logo, perkara-perkara kecil harusnya. Dan siapa pun yang mengkritik, siapa pun yang tidak suka, pastinya dilabeli sebagai radikal,” pungkasnya. [] Sri Nova Sagita
0 Comments