TintaSiyasi.com -- Setiap mukmin pastinya sepakat bahwa dakwah Islam tak boleh terhenti, harus tetap tertunaikan sampai kapan pun, dalam kondisi apa pun. Benarlah bahwa ancaman, tantangan, hambatan, gangguan, dan rintangan bukanlah alasan untuk menyerah dalam dakwah. Sebaliknya, ide-ide brilian mesti dimunculkan agar cahaya Islam menyinari relung hati tiap insan, hingga ia kembali ke jalan kebenaran.
Semangat itulah yang tampak pada diri seorang Pompy Syaiful Rizal. Ide briliannya membangun Tasqif.com menyiratkan makna kegigihannya menaklukkan tantangan dakwah. Ketika pandemi memukul sektor ekonomi masyarakat, sementara kemajuan dakwah mesti ditopang finansial yang kuat, Pompy pandai membidik peluang di balik tantangan.
Channel dakwah Ngaji Subuh TV besutan Ustaz Supri yang ia kelola, kian besar anggaran pengeluarannya. Sementara, tidak dilakukan monetisasi pada kanal YouTube tersebut. Segala kebutuhan pengeluarannya, seperti biaya internet dan peralatan-peralatan lain untuk mendukung kualitas broadcasting mengandalkan donasi. Karena itu, seiring kian besarnya Ngaji Subuh TV yang berarti makin besar pula pengeluarannya, pria 37 tahun itu pun mendirikan Tasqif.com sebagai alternatif solusi.
"Ya, sebenarnya Tasqif.com ini didirikan karena untuk men-support channel dakwah kita itu, Ngaji Subuh, channel YouTube Ngaji Subuh TV," tuturnya kepada TintaSiyasi, Sabtu (12/02/2022).
Pompy berinisiatif mengusulkan kepada Ustaz Supriyadi sebagai pendiri Ngaji Subuh untuk membuat sebuah lini yang bisa menghasilkan pemasukan. Semacam kelas premium untuk men-support Ngaji Subuh. Hingga akhirnya, ia bersama Ustadz Supri dan Ustadz Atma Budi Irawan ber-syirkah (bekerja sama) mendirikan pesantren digital. Tepat tanggal 11 Februari 2021 atau 29 Jumadil Akhir 1442 Hijriyah, Tasqif.com berdiri.
Bukan sebatas menyumbang ide. Pria yang juga aktif di dunia penerbitan buku islami untuk anak itu pun mengaktualkan inisiasinya. Ia kerahkan kemampuannya membuat platform dan kelas perdana untuk Tasqif.com. Kelas perdana berupa Kelas Premium Intensif yang membahas tentang tentang Daulah Utsmaniyah dari mula hingga runtuhnya itu pun sukses menarik peminat. "Tanpa kita sangka juga peminatnya banyak sekali," ujarnya gembira.
Sesuai harapan, Tasqif.com pun mampu menopang kebutuhan Ngaji Subuh. "Ya, memang pengeluaran utama kita itu adalah untuk support biaya bulanan Ngaji Subuh TV," ungkap Pompy.
"Alhamdulillah ya, sampai saat ini kita mandiri. Walaupun juga kita tetap membuka donasi bagi siapa pun yang berminat pengen jariyah dalam dakwah digital. Selalu kita buka donasinya. Alhamdulillah, sampai saat ini terus eksis," lanjutnya.
Setelah berjalan, Tasqif.com kian berkembang. Program-program baru ditelurkan. Ada 'Hibah Kitab' hingga 'Internet for Asatidz'. Tasqif.com kian serius menjadi pesantren digital yang profesional dengan materi ajar dan guru-guru berkualitas.
"Kegiatan Tasqif.com ini memang fokus ke edukasi atau kelas yang intensif. Ya, kita platformnya pesantren digital. Jadi, kita memang benar-benar bagaimana memudahkan orang belajar tsaqafah Islam dan skill dakwah," ujar Pompy.
Tangan dingin Pompy selaku CEO telah membawa Tasqif.com berkembang pesat menuju visinya, membangun peradaban mulia era digital dan menyebarkan Islam ke seantero dunia, serta melahirkan generasi Rabbani. Dalam kurun satu tahun saja, lebih dari 6500 orang telah menjadi member Tasqif.com. Terdapat lebih dari 40 kelasnya menyajikan pembelajaran Islam yang aktif, kreatif, produktif, dan menarik. Dengan konsep digital, pembelajaran pun mudah diakses kapan saja dan di mana saja.
"Saya rasa mendapatkan enam ribuan lebih itu menurut kami capaian luar biasa. Bagi kami, kita patut bersyukur. Sangat bersyukur. Dan capaiannya lagi, sampai saat ini mungkin ada sekitar 40-an lebih kelas. Dan Alhamdulillah, ya, setiap kelas yang kita bikin, selalu antusias, selalu banyak peminatnya," tuturnya penuh syukur.
Namun, memang tak ada perjuangan tanpa tantangan. Meski mungkin tampak tak terlalu berarti, tetapi tetap perlu perhatian. Ada komentar-komentar miring yang diterima Pompy. "Ada orang-orang yang komentar, 'Belajar, kok, bayar?' dan sebagainya. Ya memang, tapi kita sih, selalu aja ada beasiswa. Di kita juga kalau memang enggak mampu silakan tempuh jalur beasiswa. Ada bahkan yang gratis juga kita gratiskan," ungkapnya.
"Sebagai catatan bahwa dewan pengajar yang ngurusin, juga asatiz itu ketika mencari ilmu juga enggak gratis, ya. Karena semuanya ilmu itu ya pasti jer basuki mawa bea. Pasti ada biayanya," imbuhnya.
Pompy menyayangkan komentar miring tersebut. "Kita menyebarkan Islam itu seolah-olah enggak boleh bayar. Padahal, harusnya kalau untuk dakwah itu kan harus bayarnya harus gede, supaya lebih barakah kayak gitu," ungkapnya.
Keprihatinan pada kondisi umat itu semakin membuatnya bertekad mewujudkan harapannya, yaitu menyuguhkan pembelajaran yang mudah diakses kaum Muslim. Ia pun berharap pembelajaran online kian banyak dan kaum Muslim semakin antusias untuk belajar Islam. "Ya, memang belum banyak platform e-learning yang spesial untuk belajar Islam," ungkapnya.
Dengan adanya platform e-learning Tasqif.com ia berharap masyarakat akan lebih mudah dalam proses belajar. Ia berharap Tasqif.com tumbuh menjadi pesantren digital yang terus menghidupkan dakwah di era digital melalui platform pembelajaran online yang bisa bersaing dengan platform e-learning sejenis dengan jangkauan yang kian luas. "Nantinya harapan kami akan setara bukan hanya (dengan) Ruang Guru aja, tapi setara dengan platform pembelajaran level internasional," harapnya.[] Saptaningtyas
0 Comments