Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pengamat: Kelangkaan Pangan Itu Problem Struktural dan Perlu Solusi Sistemis


TintaSiyasi.com -- Prihatin kelangkaan pangan di negeri Indonesia yang terkenal sebagai negara agraris, Pengamat Ekonomi Dr. Arim Nasim, M.Si. Ak. C.A. mengatakan, itu merupakan problem struktural dan perlu solusi sistemis.

"Padahal problem kelangkaan pangan merupakan problem struktural yang memerlukan pembenahan sistemis,” ujarnya dalam Insight ke-144 Pusat Kajian dan Analisis Data: Siapa Tahu Nasib Tempe dan Tahu? Rabu (23/2/2022) di YouTube Pusat Kajian dan Analisis Data.

Menurut Arim, kelangkaan pangan yang terjadi belakangan ini disebabkan dua hal. Yang pertama adalah diterapkannya sistem ekonomi kapitalis yang meliberalisasi perdagangan dengan mekanisme pasar bebas. Kedua, pemimpin khianat yang tidak amanah. 

Dalam konteks kedelai, katanya, kelangkaan disebabkan buruknya produksi, sarana produksi dan distribusi. Selain itu, pasar bebas menyebabkan negara tidak lagi memiliki kedaulatan pangan. 

“Bulog yang merupakan representasi pemerintah tidak dapat melindungi dan menjamin pemenuhan kebutuhan pangan rakyat, yang terjadi justru terkadang bulog juga bermain melalui mekanisme impor yang mereka lakukan,” ungkap Arim.

"Tahun 2021 sekitar 2,6 juta kebutuhan kedelai kita dapatkan dari impor, berarti sekitar 70 sampai dengan 80 persen kebutuhan kedelai dipenuhi dari impor. Sampai hari ini pun kita masih impor. Ironis di negara agraris yang subur dan banyak ahli pertanian kita ketergantungan pada impor," imbuhnya.

Solusi

Ia menawarkan solusi Islam atas permasalahan kelangkaan pangan. Menurutnya, semuanya perlu diawali dari paradigma berpikir bahwa negara wajib memenuhi kebutuhan pangan rakyat. Dalam konteks kedelai, menurut Arim, negara harus berperan dominan untuk hal produksi, sarana produksi dan distribusi, meski tidak semuanya harus dilakukan negara.

“Sudah menjadi kewajiban negara dalam Islam mengupayakan harga pangan murah sebagai bentuk tanggung jawab terhadap kebutuhan pangan rakyatnya," terangnya.

Perlu adanya edukasi di tengah masyarakat, ia menyayangkan, jika masih dijumpai ungkapan: Tidak apa mahal yang penting masih mampu membeli. Menurutnya, itu ungkapan yang pragmatis. Oleh karena itu, katanya, solusi permasalahan tersebut adalah solusi yang komprehensif.

"Solusi kompherensif terhadap permasalahan ini adalah dengan melihat akar masalahnya, yaitu memperbaiki sistem dengan sistem politik ekonomi Islam dan mengganti pemimpin dengan pemimpin yang amanah dan bertanggungjawab,” pungkasnya.[] HN/Ika Mawarningtyas
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments