Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kemiskinan Struktural Melahirkan Lingkaran Setan Kemiskinan


TintaSiyasi.com -- Direktur Indonesia Justice Monitor Agung Wisnuwardana mengungkapkan kemiskinan struktural melahirkan lingkaran setan kemiskinan.

"Hari ini kemiskinan kita ini bukan kemiskinan biasa-biasa tetapi disebut kemiskinan struktural dan kemiskinan struktural ini melahirkan lingkaran setan kemiskinan," uangkapnya dalam rangkaian Ekspo Rajab 1433 Ambruknya Kapitalisme Tegaknya Peradaban Islam season Speak Up Rajab 1443, Sabtu, (26/02/2022) di EkspoRajab.com.

Ia memberikan contoh karena konsumsi rendah, papan tidak memiliki, prasarananya lemah, status gizinya lemah, kesehatan terganggung, kinerja rendah, produksi rendah miskin lagi. 

"Kemudian pendapatan rendah jual beli rendah daya konsumsi rendah pengetahuan rendah produksi rendah miskin, inilah lingkaran setan kemiskinan," paparnya.

Sehingga ia mengungkapkan, maka masalah di tengah kita ini bukan sekadar masalah biasa tetapi masalah struktural dan masalah sistemik. 

"Untuk membedakannya, kalau masalah itu jumlahnya sedikit tidak tersebar luas berarti masalah individu, tapi kalau masalah itu jumlahnya banyak tersebar luas kemana-mana maka itu masalah sistemik. Kemiskinan tersebar dimana-mana ya, kekayaan 70 persen diambil 1 persen, lahan diambil segelintir orang ada di mana-mana berarti ini masalah sistemik," terangnya.

Ia mengatakan, kerusakan seperti ini fenomena gunung es kelihatannya yang nampak utang luar negeri, kesenjangan sosial, kekayaan diambil oleh sekian banyak. 

"Apa problem di bawahnya? Kerusakan sistem kemasyarakatan sebenarnya yang terjadi, pemikirannya, perasaannya, aturannya ada masalah di bawahnya yang harus diselesaikan," katanya.

Lanjut ia menjelaskan, ada sistem demokrasi ada sistem kapitalisme, seperti dua sisi mata uang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain dan semua muncul dari sekularisme memisahkan kehidupan dengan agama. 

"Sekularisme dibidang ekonomi melahirkan kapitalisme, sekularisme dibidang politik melahirkan demokrasi dan mereka saling kerja sama melahirkan sistem rusak yang sekarang ini ada di tengah-tengah kita,"imbuhnya

Ia menyatakan bahwa hari ini, negeri ini banyak racunnya. Delapan puluh persen konsesinya milik asing berlangsung sejak tahun 1949, 1967 sampai hari ini. Batu bara swasta asing, swasta dalam negeri, semennya bagaimana masih ada BUMN titik kritis ada disitu. 

“Tanahnya subur, impor beras. Bentangan pantai panjang harus impor garam, pengen emas tinggal ambil di grasberg eh emasnya dibawa lari ke AS. Anehnya pemimpin negeri ini itu selalu mengatakan this is your opportuniti my uncle ini lho negaraku oportuniti buat kamu silahkan dalam tanda petik ‘jarah’ negeriku, silahkan ambil semua kekayaanku,” pungkasnya [] Alfia Purwanti
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments