Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Fenomena Nikah Beda Agama Dinilai Bagian dari Liberalisasi Agama


TintaSiyasi.com -- Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto (UIY) menilai fenomena nikah beda agama merupakan bagian dari liberalisasi agama 

“Ini harus di waspadai sebagai bagian dari liberalisasi agama,” ungakpnya dalam Fokus: Nikah Beda Agama dan Fenomena Kemusyrikan, di kanal YouTube UIY Official, Ahad (27/3/2022). 

Dia menjelaskan bahwa liberalisasi agama tidak lagi jadi fenomena masyarakat, orang perorang, tetapi sudah masuk ke level negara yang dibuktikan dengan dua peristiwa penting. Pertama, pernikahan (Stafsus) staf khusus Presiden yang di hadiri oleh Presiden, kemudian yang kedua adalah fenomena kemusyrikan yang dilakukan di dalam event Internasional yang disitu pelakunya itu dibayar oleh negara dan disaksikan oleh negara, sejumlah Menteri bahkan Presiden. 

“Jadi saya kira disitu liberalisasi agama, liberalisasi agama itu sebenarnya apa sih? Liberalisasi agama itu kalau kita mau ringkas dengan istilah mudahnya itu adalah abai terhadap agama, jadi ketentuan agama itu hendak di hilangkan,” ujarnya. 

Menurutnya, disaat yang sama, mereka-mereka yang berusaha untuk mengingatkan betapa pentingnya ketentuan agama, itu di cap dengan aneka macam sebutan seperti radikal, Islam garis keras, fundamentalis, sementara disisi lain ketentuan agama itu hendak di abaikan. 

“Nah saya kira liberalisasi agama ini sedang berjalan, karena itu saya kira jelas sekali harus mendapatkan perhatian sangat penting terutama oleh dua ormas besar (Nahhdlatul Ulama) NU dan Muhammadiyah. Sebab menurutnya, kalau sampai satu memberikan endorse terhadap gejala-gejala liberalisasi agama, maka proses liberalisasi agama semakin lurus dan pada titik tertentu itu semua aturan agama itu akan digusur terutama kaitannya dengan perkawinan,” jelasnya. 

Sementara itu menurut UIY, bahwa perkawinan itu akan berujung pada keluarga dan keluarga adalah unit yang pertama dan utama dalam pembentukan macam-macam pembentukan generasi dan keperibadian (syakhsiyah). Ia menambahkan, kalau berbicara perjuangan kader-kader pejuang Islam dan baiknya sebuah masyarakat, negara juga di mulai dari keluarga. Ia menyebut, keluarga paling penting dalam pendidikan anak-anak. 

“Kalau dia rusak atau dirusak, maka sesungguhnya dia sedang merusak tempat bersemayannya generasi, jadi kalau bapak dan ibunya itu sudah abai terhadap ketentuan agama, bisa di bayangkan bahwa pasti dia juga abai terhadap ketentuan agama bagi anaknya,” terangnya. 

“Kira-kira mau di didik dengan cara apa anak-anaknya? ketika bapak dan ibunya sudah tidak peduli dengan agama pasti juga akan kurang lebih seperti itu, kebayang gak oleh kita bahwa akan lahir generasi yang juga akan abai terhadap agama, bahwa ini saya kira akan menjadi generasi penerus liberalisasi agama,” tandasnya. []Aslan La Asamu
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments