Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ustazah Dedeh: Negara Bertanggung Jawab Menjadikan Keluarga Benteng yang Kokoh


TintaSiyasi.com -- Menanggapi nestapa yang banyak dialami oleh para wanita dan keluarga, Konsultan dan Trainer Keluarga Sakinah Ustazah Ir. Dedeh Wahidah Achmad lugas mengatakan negara harus bertanggung jawab menjadikan keluarga sebagai benteng yang kokoh.

“Negara harus bertanggung jawab menjadikan keluarga sebagai benteng yang kokoh,” lugasnya kepada TintaSiyasi, Selasa (22/02/2022).

Ustazah Dedeh menjabarkan bahwa negara wajib me-ri’ayah (melayani) keluarga untuk mampu menjalankan fungsinya, yakni seorang ayah sebagai qawwam (pemimpin) dalam keluarga yang harus mampu menjadi pemimpin dan menjalankan kewajiban sebagai wali, seorang ibu menjadi ummun wa rabbatul baiti (ibu dan pengatur rumah tangga).

Strategi Islam

“Strategi Islam untuk memuliakan perempuan dan anak adalah dengan penerapan sistem sosial di dalam rumah, masyarakat, dan kehidupan bernegara,” ujarnya.

Ustazah Dedeh menjelaskan, penerapan sistem sosial di dalam rumah adalah hukum minta izin memasuki area khusus orang tua dalam tiga waktu, yakni sesudah Isya, sebelum Shubuh, dan sesudah Dzuhur. Kamar dan tempat tidur anak laki-laki dan perempuan harus dipisah.

“Penerapan sistem sosial di tengah masyarakat yaitu an-nadzru ila mar’ah dan infishal baina mar’ah wa rajul, yakni bagaimana memandang wanita dan pemisahan antara wanita dan laki-laki,” urainya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan, dalam kehidupan bernegara diterapkan sistem sanksi pelanggar ijtima’i (interaksi laki-laki dan perempuan) dan penerapan sistem pendidikan dengan kurikulum penyiapan ayah dan ibu dalam menjalankan tugasnya.

“Terakhir, ditunjang dengan penerapan sistem ekonomi. Tanggung jawab negara menyediakan lapangan kerja untuk ayah, sehingga mampu melindungi dan memenuhi kebutuhan keluarga. Bisa jadi para suami dan ayah sudah berusaha mencari pekerjaan, tetapi tidak ada kesempatan kerja atau sudah bekerja tetapi tidak mencukupi,” paparnya.
 
Ditegaskannya bahwa sangat berbeda peran negara dalam sistem Islam dengan kapitalis. “Dalam sistem Islam, persentase tanggung jawab negara adalah paling besar dibanding keluarga dan masyarakat, sedangkan negara kapitalis porsi individu dan keluarga paling besar,” tandasnya.

Penjagaan Khilafah 

“Banyak bukti bagaimana penjagaan sistem Islam terhadap perempuan dan keluarga. Rasulullah Shalallhu ‘alayhi Wassalam pernah mengepung Bani Qainuqa selama 15 hari, karena ada seorang Yahudi yang melecehkan Muslimah di pasar mereka,” kisahnya.

Rasulullah shalallahu ‘alayhi Wassalam menunda hukuman rajam pada Al-Ghamidiyah sampai bayi yang dikandungnya lahir dan sudah disapih sebagai bukti Islam menjamin hak anak. 

“Khalifah Umar bin Al-Khaththab biasa melakukan ronda keliling rumah penduduk setiap malamnya untuk mengetahui siapa diantara rakyatnya yang kesulitan, menetapkan kebijakan batas waktu giliran pasukan jihad maksimal empat bulan agar suami dan para ayah tidak berlama-lama meninggalkan keluarga,” ungkapnya.

Tidak itu saja, Khalifah Umar mengganti kebijakan pemberian subsidi yang awalnya hanya untuk bayi yang sudah disapih menjadi hak semua bayi. 

“Khalifah Al-Mu’tashim Billah membela kehormatan perempuan yang dianiaya di negeri Amuria dengan mengirim surat pada Raja Amuria, '…Dari Al Mu’tashim Billah kepada Raja Amuria. Lepaskan wanita itu atau kamu akan berhadapan dengan pasukan yang kepalanya sudah di tempatmu sedang ekornya masih di negeriku. Mereka mencintai mati syahid seperti kalian menyukai khamar…!'," pungkasnya.[] Reni Tri Yuli Setiawati
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments