Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ulama Aswaja: Kapitalisme, Perusak Moral yang Terstruktur

TintaSiyasi.com -- Ulama Aswaja Guru Taufiq N.T., M.Si. mengatakan bahwa kapitalisme merupakan perusak moral yang terstruktur. "Kapitalisme merupakan perusak moral yang terstruktur," lugasnya dalam acara Ekspo Rajab 1443 H Collaboration Talkshow yang tayang serentak secara daring di EkspoRajab.com bertajuk Ambruknya Kapitalisme, Tegaknya Peradaban Islam, Ahad (27/02/2022).

Ia mengungkapkan, untuk melihat secara moral dampak kapitalisme yang berkuasa saat ini bagi warga dunia, paling mudah adalah dengan menggunakan statistik. Jika dilihat, masyarakat di masa nabi maupun sekarang, yang namanya kerusakan sudah ada. 

"Pada masa nabi ada perzinaan dan mungkin ada homoseksual, sehingga muncul hadis nabi tentang hukuman homoseksual," ucapnya.

Data perzinaan dilihat dari penelitian pada masa pandemi yang disampaikan oleh Durex, 33 persen remaja generasi muda usia antara 18 sampai 25 tahun, pernah melakukan hubungan perzinaan. Separuhnya tidak menggunakan Durex, dan tidak juga menggunakan alat pengaman yang lain.

“Ini di negara religius, kalau di negara lain, tidak usah dibahas. Negara yang katanya pendidikannya paling bagus di dunia, yaitu Finlandia, di sana seks bebas itu seperti orang numpang kencing saja. Tidak perlu pacaran, tidak ada hubungan cinta, cukup kepengen, suka sama suka, ga masalah, ya sudah," ungkapnya.

Efek perzinaan merupakan sesuatu yang sangat keji di dalam Islam. Ia mengutip hadis Rasulullah Shalallahu ‘alayhi Wassalam yang berbunyi:

« إذا ظهرَ الزِّنا و الرِّبا في قَريةٍ ، فقد أَحَلُّوا بأنفسِهم عذابَ اللهِ »

Apabila telah tampak zina dan riba di sebuah negeri, kampung, maka sungguh (pada hakikatnya) mereka telah menghalalkan diri mereka sendiri untuk mendapatkan azab Allah Subhanu wa Taala.

"Jadi kalau masalah zina seperti itu kondisinya. Nah, riba lebih berat lagi dosanya dari perzinaan. Sehingga, jika kita masukan juga dalam poin moral, ancur-ancuran sudah," sesalnya.

Karena tadi dikatakan tidak memakai alat kontrasepsi, akibatnya kemudian banyak terjadi kehamilan tidak diinginkan. Di Yogjakarta menurut laporan Dinas Kesehatan, waktu pandemi hampir 500 kasus yang nikah karena ‘kecelakaan’.

Lanjut ia katakan, karena kehamilan tidak dikehendaki, efeknya lain lagi, yaitu muncul lagi yang namanya aborsi. Beberapa bulan lalu, klinik aborsi di Jakarta yang digrebek, kasusnya ribuan. Jika dilihat datanya, setahun 2,6 juta lebih terjadi kasus aborsi dan 700 ribu pelakunya adalah remaja.

"Problem yang lebih besar lagi dari sekadar itu adalah perilaku perzinaan ini dibiarkan. Jadi, kalau orang berzina merasa bersalah, itu dikatakan sebuah dosa besar. Tetapi kalau orang berzina tidak merasa bersalah, ia dilindungi dan dibuatkan undang-undang dan kemudian hal tersebut tidak boleh dipermasalahkan. Ini justru moral yang lebih rusak lagi," jelasnya.

Ia menceritakan, di Kalimantan Selatan, ada seorang ibu jamaah pengajian, menceritakan suaminya selingkuh dengan seorang laki-laki. Dan kasus tersebut tidak hanya satu, menurut data di Indonesia, terdapat satu jutaan kasus, lelaki menyukai lelaki, dan terbanyak di Sumatera. Menurut data sekitar 18 ribu kasus, kalau menurut Badan Dunia ada sekitar 3 jutaan.

“Pada masa khilafah, berzina merupakan tindak kriminal. Sehingga kalau pun ada, tidak menyebar dan bisa terselesaikan. Untuk apa orang berzina, karena untuk mencari yang halal, menikah itu mudah,” ujarnya.

Ia menyesalkan, sekarang ibaratnya orang dirangsang setiap hari dengan berbagai tonton, cuma tidak diberi jalan keluar. Usia kalau belum sekian, tidak boleh menikah, karena tidak boleh menikah, sementara dirangsang kemudian gejolaknya naik, apa solusinya.

"Kapitalisme memang begitu, kemaksiatan di undang-undangkan dan termenej,” tuntasnya.[] Nurmilati
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments