TintaSiyasi.com -- Pakar Ekonomi Islam Dwi Condro Triono Ph.D. menjelaskan bagaimana kedudukan antara ilmu ekonomi dan sistem ekonomi.
"Untuk menunjukkan kedudukan antara ilmu ekonomi dan sistem ekonomi, maka saya mengibaratkan atau menganalogikan bahwa sistem ekonomi itu sebenarnya lebih tepat didudukkan sebagai wadahnya, sedangkan ilmu ekonomi itu didudukan sebagai isinya," ujarnya dalam Kajian Sistem Ekonomi Islam: Perbandingan Sistem Ekonomi Bagian 2, Ahad (13/11/21) di YouTube Ngaji Subuh.
Ia menjelaskan bahwa sistem ekonomi harusnya lebih besar, karena ilmu ekonomi hanyalah isi, sedangkan yang wadahnya adalah sistem ekonomi.
“Mana yang bisa dianggap sebagai induk dan mana yang didudukkan sebagai anak. Jangan terbalik ya. Perkembangan ilmu ekonomi seharusnya benar-benar mengikuti wadahnya, yaitu sistemnya," lanjutnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan, ilmu ekonomi itu akan tumbuh dan berkembang di dalam sebuah wadah tertentu, perkembangan ilmu ekonomi harus mengikuti wadahnya. “Oleh karena itu, bagaimana corak dan warna ilmu ekonomi tersebut ditentukan oleh wadah sistem ekonomi yang dikembangkan” terangnya
“Analogi lain yang digunakan untuk melihat hubungan ilmu ekonomi dan sistem ekonomi, ibarat buruh dan majikannya, siapa yang menjadi majikan dan siapa yang menjadi buruh, ilmu ekonomi harus didudukkan sebagai buruh, sedangkan sistem ekonomi didudukkan sebagai majikan, jangan terbalik,” ujarnya.
Maka, ilmu ekonomi menurutnya harus menaati apapun perintah sistem ekonomi sebagai majikannya. Termasuk jika majikannya berganti, maka buruh pun harus tunduk dan patuh kepada majikannya yang baru, dia tidak bisa menolaknya. “lmu ekonomi akan selalu menjadi pihak yang dimanfaatkan oleh majikannya yaitu sistem ekonomi,” tegasnya.
“Jika sudah memahami ilmu ekonomi dan sistem ekonomi dengan analogi yang sederhana, sekarang kita masuk pada contoh kedudukan ilmu dan sistem ekonomi,” ujarnya.
Menurut pakar ekonomi Islam tersebut, perusahaan minyak swasta asing yang menguasai sumur minyak Indonesia, bagaimana pembahasan yang harusnya dilakukan, kebanyakan ilmuwan ekonomi banyak terjebak dalam hal itu.
“Jika kita diterima di perusahaan asing dan menjadi petugas yang menghitung daya beli dan harga jual berapa, harusnya ditanyakan keabsahannya. Harusnya ditanyakan berapa perusahaan asing di Indonesia. Jangan disuruh hitung siap,” tambahnya.
Ia mengungkapkan, ilmuwan ekonomi harusnya tanya dulu, boleh enggak swasta asing menguasai sumur minyak di Indonesia. Karena itu, ilmuwan ekonomi sering terjebak, jika hal itu dilakukan, sesungguhnya dia sudah masuk perangkap dan terjebak di dalam wadah sistem ekonomi tertentu.
“Wadah sistem ekonomi yang sumber daya minyak suatu negara bebas dikuasai siapa saja, ini adalah wadah sistem ekonomi kapitalisme. Dia sudah tidak sadar menjadi jongos kapitalisme. Tidak layak ilmuwan ekonomi seperti itu,” paparnya
Dia menyebutkan, peran ilmu ekonomi akan muncul jika sistem yang dipilih sudah tahu kedudukan minyak seperti apa. Baru dipanggil ilmu sesuai wadah ekonominya.
"Tugas ilmu ekonomi menghitung biaya produksi mulai dari eksplorasi sampai ke tangan rakyatnya," tutupnya.[] Riana Magasing
0 Comments