Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kapitalisme Jadi Sumber Malapetaka, Ketua FDMPB Ungkap Tanda-Tanda Kehancurannya


TintaSiyasi.com -- Ketua Forum Doktor Peduli Bangsa (FDPB) Dr. Ahmad Sastra, M.M. mengungkap tanda-tanda kehancuran sistem kapitalisme yang menjadi sumber malapetaka manusia dan kemanusiaan.

"Inilah beberapa contoh tanda-tanda kehancuran sistem kapitalisme yang menjadi sumber malapetaka manusia dan kemanusiaan," tuturnya kepada TintaSiyasi.com, Minggu (20/2/2022).

Ia menyebutkan, awal segala malapetaka peradaban ini semenjak khilafah runtuh 101 tahun yang lalu, dunia dihegemoni kapitalisme dan mendefinisikan demokrasi secara sekularistik, yang meniadakan hukum agama dalam ruang publik.

"Dari definisi dan karakter inilah awal segala malapetaka peradaban modern saat ini, baik aspek ekonomi, sosial, budaya, pendidikan dan bahkan politik," jelasnya.

Setelah tiga dekade, ia menjelaskan muncul berbagai kajian akademis dan ratusan tulisan ilmiah tentang rusaknya peradaban kapitalisme. Bahkan menurutnya, kritik tersebut sampai ke gerakan sosial.

"Alhasil, kapitalisme sedang menuju pada penghujungnya. Kritik normatif ini justru memperkuat asumsi betapa secara empirik juga membuktikan kebobrokan sistem kapitalisme ini," terangnya.

Ia juga menyebutkan tiga indikator yang memperkuat kebobrokan kapitalisme di bidang politik. Pertama, hegemoni korporasi dalam proses pengambilan keputusan publik di lingkungan eksekutif dan legislatif. Kedua, banyak politisi memperkaya diri dan hanya mementingkan kelompok. Ketiga, partisipasi masyarakat dalam pemilu menurun sebagai wujud kekecewaan.

Dalam aspek ekonomi, ia menjelaskan kecongkakan kapitalisme mulai memperlihatkan kecacatannya sejak era Adam Smith pada 1800-an. "Setelah itu, kehidupan ekonomi dunia yang menganut kapitalisme dilanda krisis keuangan atau ekonomi secara berulang dan tak berkesudahan," paparnya.

Ia juga menunjukkan kerusakan dalam aspek sosial, yaitu akibat prinsip dasar sekularisme yang mengusung ide-ide liberalisme (kebebasan), ukuran kebahagiaan yang bersifat materialistik, dan pengabaian unsur-unsur spiritualitas sosial.

"Hal ini mengakibatkan penyakit-penyakit sosial semakin marak, kejahatan merajalela, dan terus berulang tanpa solusi yang fundamental. Keberadaan agama hanya menjadi pengisi dahaga spiritualitas personal belaka," jelasnya.

Bahkan ia tandaskan, dengan dalih hak asasi manusia (HAM) berbagai kerusakan moral justru diberikan ruang yang luas. [] Dewi Srimurtiningsih

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments